• KEMURAHAN YANG MENYELAMATKAN
  • Mazmur 106
  • Lemah Putro
  • 2024-09-01
  • Pdm. Edi Sugianto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1631-kemurahan-yang-menyelamatkan
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
kemurahan-yang-menyelamatkan

Shalom,

Kita memasuki Mazmur 106 dengan tema “Kemurahan yang Menyelamatkan”. Yang dimaksud kemurahan di sini ialah kemurahan dari Allah sendiri. Kemurahan-Nya menyangkut kebaikan hati dan kasih sayang kepada umat-Nya yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Bukankah kekristenan dikenal dengan kemurahan dan kasih oleh sebab teladan yang telah Allah berikan? Buktinya karena begitu besar kasih Allah sehingga Ia telah mengaruniakan Anak- Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal (Yoh. 3:16). Ini benar-benar anugerah terbesar sebab kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Jelas keselamatan yang kita terima sepenuhnya adalah anugerah dari-Nya bukan karena perbuatan baik dan jasa kita (Ef. 2:8-9; Tit. 3:4-7).

Mazmur 106 menunjukkan bagaimana kemurahan Allah menyelamatkan, melepaskan dan menolong bangsa Israel dari waktu ke waktu. Apa yang ditulis oleh pemazmur 106?

Ingatlah aku, ya TUHAN, demi kemurahan terhadap umat-Mu, perhatikanlah aku demi keselamatan dari pada-Mu,  Ia ingat akan perjanjian-Nya karena mereka dan menyesal sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar. Diberi-Nya mereka mendapat rahmat dari pihak semua orang yang menawan mereka.” (ay. 4, 45-46)

Ayat di atas merupakan doa permohonan pemazmur karena dia tahu Allah Israel penuh kemurahan dan kebaikan hati. Ia memilih orang Israel bukan karena mereka termasuk bangsa besar tetapi karena Ia memegang sumpah kepada nenek moyang mereka (Ul 7:6-8). Demikian pula Ia memilih kita bukan karena kehebatan, kekayaan, kepandaian, kekuatan, dll. tetapi sepenuhnya karena kasih dan perjanjian-Nya, itulah kemurahan yang menyelamatkan kita.

Ironis, Tuhan tetap mengasihi bangsa Israel walau sikap dan tindakan mereka menyakiti hati-Nya dengan melupakan kasih karunia-Nya. Perbuatan-perbuatan apa yang mereka lakukan yang kontras dengan apa yang diperbuat oleh Tuhan?

  • Ayat 7-12 → pemberontakan Israel bangsa Israel dimulai sejak mereka keluar dari tanah Mesir.

Saat berada di Mesir, bangsa Israel diperbudak dan ditindas kemudian berteriak kepada TUHAN dan Ia mendengar seruan mereka. TUHAN yang ingat akan perjanjian-Nya dengan Abraham datang melawat mereka dan melakukan perbuatan besar yakni menimpakan 10 tulah kepada bangsa Mesir. Terjadi perbedaan dengan bangsa Israel yang dipilih oleh-Nya, mereka tidak menderita seperti bangsa Mesir akibat tulah-tulah yang ditimpakan. Mereka akhirnya keluar dari Mesir setelah tulah ke-10 yakni kematian anak sulung yang mana anak sulung orang Israel selamat karena TUHAN menyediakan anak domba Paskah sebagai gantinya. Mereka juga pergi dengan membawa banyak emas, perak dan kain-kain dari orang Mesir yang hatinya digerakkan Tuhan untuk bermurah hati kepada bangsa Israel (Kel. 12:35-36).

Tak berselang lama setelah itu mulailah bangsa Israel mengomel ketika menghadapi pergumulan – di depan ada Laut Teberau, di belakang mereka, Firaun dan tentaranya mengejar. Mereka tidak tahu berterima kasih bahkan lupa akan perbuatan TUHAN yang menolong mereka. Mereka mengomel dan memberontak kepada- Nya (Kel. 14:11-12). Namun TUHAN masih sayang kepada mereka dan membukakan jalan dengan menguakkan air laut sehingga mereka selamat menyeberang Laut Teberau sementara Firaun dan tentara Mesir mati tenggelam (ay. 21-30).

  • Ayat 13-15 → di padang gurun bangsa Israel tidak menantikan nasihat TUHAN tetapi berjalan menuruti nasihatnya sendiri bahkan mencobai Dia dengan bersungut-sungut minta makanan (Kel. 16:2-3). TUHAN mengirim Manna dari langit (ay. 4), mereka bosan dan minta daging yang dikabulkan pula oleh-Nya dengan dikirimnya burung puyuh (Bil. 11:4-6,18-20) belum lagi mereka mengomel masalah minum. Bagaimanapun juga ada konsekuensi yang harus ditanggung akibat ketidakpercayaan mereka akan pimpinan TUHAN.
  • Ayat 16-18 → mereka memberontak kepada TUHAN dengan menuntut pangkat kepemimpinan atas umat Israel. Mereka iri hati terhadap Musa dan Harun yang pemimpin mereka. Ini berarti mereka tidak menghargai otoritas TUHAN dan kepemimpinan yang TUHAN berikan kepada umat Israel.
  • Ayat 19-23 → mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka dengan membuat patung anak lembu emas dan sujud menyembah kepada patung itu. Mereka menggantikan kemuliaan Allah dengan sesuatu yang fana.
  • Ayat 24-27 → mereka menolak negeri yang indah, tidak percaya pada Firman-Nya, menggerutu dan tidak mendengarkan suara-Nya. Akibatnya, hanya Yosua dan Kaleb yang masuk ke tanah Kanaan (Bil. 14:30). Memang negeri itu baik nan indah tetapi mereka ketakutan melihat tantangan di hadapan mereka (Bil. 13:28- 33). Mereka melihat permasalahan tersebut lebih besar daripada Tuhan yang sudah menyelamatkan mereka.
  • Ayat 28-31 → mereka menyakiti hati Tuhan dengan berpaut pada Baal Peor. Mereka berzina rohani dan menduakan Tuhan.
  • Ayat 32-33 → mereka menggusarkan Tuhan di dekat mata air Meriba dan memahitkan hati Musa sehingga Musa teledor dalam berkata-kata. Bangsa Israel memang tidak tahu berterima kasih; mereka berulang-ulang menggusarkan hati Tuhan juga memahitkan hati pemimpinnya membuat Musa melanggar kekudusan Tuhan sehingga tidak boleh memasuki tanah Kanaan (Bil. 20:11-12).
  • Ayat 34-42 → generasi muda yang lahir di padang gurun mengikuti jejak nenek moyang mereka yakni melupakan perbuatan Tuhan, tidak mendengarkan perintah-Nya, kawin campur dengan penduduk lokal, beribadah kepada allah bangsa lain yang sama artinya mereka berzina, menduakan Tuhan. Allah menyatakan kepada Samuel, bahwa bangsa Israel sejak keluar dari Mesir hingga di tanah Kananaan mereka menolak Tuhan sebagai Raja (1Sam. 8:7-8).
  • Ayat 43-46 → Tuhan senantiasa berkemurahan kepada mereka oleh sebab perjanjian dan kasih setia-Nya. Berkali-kali Tuhan menolong dan melepaskan mereka tetapi mereka terus menerus bersikap memberontak kepada-Nya. Mereka tenggelam di dalam kesalahan mereka dengan mencari jalan sendiri tidak mengikuti jalan yang sudah Tuhan tetapkan baginya. Bersyukur Tuhan menilik kesusahan bangsa Israel (ay. 45) dan menolong bangsa yang tegar tengkuk ini.

Bagaimana reaksi kita menghadapi orang-orang yang sering menyakiti kita padahal kita selalu menolongnya? Mampukah kita memaafkan mereka?

Apa penyebab bangsa Israel terus menerus memberontak kepada Tuhan? Karena tidak percaya kepada Firman-Nya dan tidak mendengarkan suara-Nya (ay. 24-27).

Perlu diketahui Kitab Mazmur adalah kitab sastra/puisi, dan Mazmur 106 ini ditulis dengan struktur “kiasmus” artinya: pengulangan sekaligus pembalikan dua bagian teks dan klimaks/poin utamanya terletak di bagian tengahnya. Misal: struktur ABCDE pada bagian pertama kemudian bagian keduanya E’D’C’B’A’. Jadi apa yang dinyatakan di A diulang di A’; apa yang ditulis di B diulang di B’ dst dan puncaknya di bagian E.

Contoh:

A (ay. 1)   diulang di A’ (ay. 48)

B (ay.2-5)     diulang di B’ (ay. 47)

C (ay. 6-18)  diulang di C’ (ay. 32-46)

D (ay. 19-23) diulang di D’ (ay. 28-31)

E (ay. 24-27) adalah klimaks yang menjadi inti permasalahan yaitu: umat diserakkan karena menolak, tidak mendengar dan tidak percaya akan janji Firman Tuhan.

Tampak pemazmur mengetahui dan memahami sejarah bagaimana bangsa Israel dan nenek moyangnya memberontak kepada Tuhan. Untuk itu dia memohon belas kasihan dari Tuhan yang kasih setia-Nya kekal.

Introspeksi: sejauh mana kita setia kepada Tuhan? Atau sebaliknya, seberapa banyak kita memberontak kepada- Nya? Ingat, kalau kita boleh ada sampai saat ini, semua karena kemurahan dari Tuhan. Namun kemurahan Tuhan bukan berarti murahan sebab di dalam kemurahan-Nya tetap ada keadilan. Dengan kata lain, di dalam kasih setia

Tuhan tetap ada kekudusan (Ul. 7:9-10). Ia membalas setiap kejahatan untuk mendisiplinkan umat-Nya yang memberontak kepada-Nya. Contoh: walau Tuhan mengasihi bangsa Israel, Ia menghukum mereka sehingga yang masuk ke tanah Kanaan dari generasi Mesir hanya dua orang (Yosua dan Kaleb). Di era raja-raja, Ia mencerai- beraikan mereka menjadi kerajaan Israel (10 suku) yang nantinya dibuang ke Asyur dan Kerajaan Yehuda (2 suku) dibuang ke Babel selama 70 tahun.

Pembelajaran: kita perlu menyadari Tuhan tidak menghukum kita setimpal dengan perbuatan kita (Mzm. 103:10). Hukuman ini bertujuan agar kita kembali kepada Tuhan. Perhatikan, keadilan adalah upah atau balasan yang pantas kita terima entah karena kejahatan atau kebaikan sementara kemurahan adalah pemberian kebaikan dari Tuhan yang tidak layak kita terima. Mana yang lebih sering kita alami? Kemurahan Tuhan atau pehukuman dari- Nya? Sikap dan tindakan bangsa Israel menjadi peringatan supaya kita tidak menginginkan hal-hal jahat seperti yang telah mereka perbuat (1 Kor. 10:6). Jangan kita menyia-nyiakan kesempatan untuk menghargai kemurahan- Nya (Rm. 2:4-11; 11:22)!

Apa doa pemazmur di akhir tulisannya? “Selamatkanlah kami, ya TUHAN, Allah kami, dan kumpulkanlah kami dari antara bangsa-bangsa supaya kami bersyukur kepada nama-Mu yang kudus dan bermegah dalam puji-pujian kepada-Mu.” (ay. 47)

Saat itu bangsa Israel lagi terserak berada di dalam pembuangan; pemazmur ingat akan janji Tuhan kepada bangsa Israel dan berdoa memohon kepada-Nya agar mereka dapat berkumpul kembali. Pemazmur tentu ingat akan janji kutuk yang didatangkan Tuhan bagi mereka yang menolak ketetapan-Nya, makin menolak makin keras hajaran yang diterimanya hingga mereka diserakkan di antara bangsa-bangsa lain (Im. 26:14-16, 18, 23, 27, 31-34). Namun bila mereka mengakui kesalahan mereka, Tuhan mengingat janji-Nya dan memulihkan keadaan mereka (ay. 40-43).

Pemazmur memosisikan diri seperti Musa dan Pinehas yang ingin menghentikan “tulah” yang sedang melanda bangsa Israel (Mzm. 106:19-23; 28-31). Sebagaimana Musa berdoa kepada Tuhan supaya bangsa Israel tidak dimusnahkan juga Pinehas bertindak sesuai Firman Tuhan menghentikan tulah; demikian pula yang diinginkan oleh pemazmur dalam doanya.

Kasih setia Tuhan yang menyelamatkan bangsa Israel masih berlaku hingga saat ini, bahkan telah dan sedang kita rasakan. Oleh sebab itu, kita perlu semakin lebih dalam mengenal pribadi Tuhan yang kekal, yang berkemurahan dan penuh kasih setia tetapi juga adil. Mari kita menghargai kemurahan Tuhan dengan cara beryukur (Mzm. 106:1,47), yaitu memuji TUHAN, melayani-Nya, menyaksikan perbuatan-Nya dan memuliakan Dia melalui lidah mulut kita bahkan seluruh aspek gaya hidup kita sesuai dengan Firman-Nya. Akhirnya, semakin kita merasakan kemurahan Allah, semakin kita bersyukur kepada-Nya dan semua bagi kemuliaan Allah (Rm. 12:1-2). Amin.

  • Video Youtube Ibadah: