• INGATLAH PERBUATAN TUHAN
  • Mazmur 105
  • Lemah Putro
  • 2024-08-25
  • Pdm. Setio Dharma Kusuma
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1626-ingatlah-perbuatan-tuhan
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
ingatlah-perbuatan-tuhan

Shalom,

Pernahkah kita ditolong oleh seseorang berupa sumbangsih pemikiran, konseling dengan pribadi yang kompeten, dana yang sangat dibutuhkan dll.? Tentu kita akan selalu mengingat orang tersebut yang mengisi bagian dari perjalanan hidup kita, paling tidak seorang anak mengingat perlakuan orang tuanya entah perlakuan buruk atau perawatan yang baik. Yang jelas kita akan selalu mengingat orang yang menyakiti kita maupun mereka yang berperan positif membangun kehidupan kita menjadi lebih baik.

Apakah kita juga mengingat perbuatan Tuhan? Apa untungnya mengingat segala perbuatan-Nya? Dan mengapa kita harus mengingatnya? Bukankah semua sudah tertulis di Alkitab menjadi sejarah bagi kita? Apakah perbuatan Tuhan (lebih) berdampak positif atau negatif bagi kita?

Apa pesan pemazmur dalam tulisannya di Mazmur 105?

  • Mengingatkan kita untuk bersyukur, memperkenalkan perbuatan-Nya, bernyanyi/bermazmur, memperbincangkan perbuatan-Nya yang ajaib, bermegah dalam Nama-Nya, bersukacita mencari TUHAN dan mengingat perbuatan yang dilakukan-Nya juga keputusan-Nya (ay. 1-6).
  • Mengingatkan perbuatan Tuhan kepada Abraham dan Ishak (ay. 7-15).
  • Mengingatkan perbuatan Tuhan kepada Yakub sampai Yusuf (ay. 16-23).
  • Mengingatkan perbuatan Tuhan terhadap Musa sampai Yosua (ay. 24-44).

Mengapa kita harus mengingat perbuatan besar Tuhan?

  • Karena perbuatan Tuhan yang dinyatakan dalam janji senantiasa diingat-Nya (ay. 7-15).

Terbukti Tuhan ingat selama-lamanya akan perjanjian-Nya, Firman yang ditetapkan-Nya bagi seribu generasi (ay. 8; TB2).

Ingat, Allah kita bukan pelupa tetapi Ia senantiasa ingat dan menepati janji-Nya; jauh berbeda dengan janji manusia yang bisa “esuk dhele sore tempe”. Bukankah sering terjadi seseorang berjanji “begini” tetapi berakhir menjadi “begitu”?

Beberapa contoh dalam Perjanjian Baru yang membuktikan Tuhan menggenapi janji-Nya:

    • Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat melainkan menggenapinya (Mat. 5:17).
    • Hukum Taurat (Perjanjian Lama) melarang membunuh (Kel. 20:13) tetapi Perjanjian Baru menggenapinya dengan menegaskan setiap orang yang membenci saudaranya adalah pembunuh manusia (1 Yoh. 3:15).
    • Hukum Taurat melarang berzina dan Perjanjian Baru menggenapinya dengan mengatakan setiap orang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzina di dalam hatinya (Mat. 5:28).
    • Demikian pula amarah yang tidak diselesaikan sebelum matahari terbenam (Ef. 4:26) dapat mengakibatkan terjadinya pembunuhan oleh sebab dendam.
    • Dst.

Para teolog mengatakan bahwa 70-80% dari Alkitab sudah digenapi, tinggal 20-30% tersisa yang akan terealisasi menurut waktu-Nya.

Apa tantangan terbesar menghadapi penggenapan janji Tuhan? Ketidakpercayaan dan kemustahilan terhadap janji-Nya bahkan tak jarang kita menertawakannya dengan sinis. Contoh: Abraham, bapa orang beriman, tertawa tidak percaya akan janji Tuhan yang akan memberinya anak karena mereka berdua sudah lanjut umur (Kej. 17:16-17). Bahkan reaksi Sara juga sama, dia tertawa dalam hati mendengar dia akan melahirkan anak sebab dia sudah mati haid (Kej. 18:11-14).

Waspada, tantangan kemustahilan timbul dari diri kita sendiri. Itu sebabnya kita perlu ingat perbuatan Tuhan yang dinyatakan dalam janji-Nya yakni “Ya” dan “Amin”.

Kenyataannya kita sering mengabaikan janji Tuhan yang menjadi ketetapan bagi Yakub dan perjanjian kekal bagi Israel (Mzm. 105:10-11).

Memang janji Tuhan tidak terjadi di masa Abraham sebab janji-Nya melalui waktu dan proses. Abraham ditempatkan sebagai seorang asing di Kanaan tetapi janji Tuhan digenapi ketika keturunannya membangun kerajaan dan menempatkan tanah pusaka di sana melalui Yosua.

Tuhan juga berjanji tidak membiarkan orang-orang yang diurapi-Nya diusik dan nabi-nabi-Nya diperlakukan dengan jahat (ay, 14-15). Hal ini terjadi pada Abraham yang memiliki istri yang cantik, Sara, diambil oleh Abimelekh, raja Gerar (Kej. 20:2-3). Namun Tuhan tidak membiarkan seorang pun menindas mereka walau mereka termasuk kelompok kecil sebagai pendatang di tanah itu.

  • Karena perbuatan Tuhan mengandung perlindungan dan penyertaan (ay. 16-27).

Proses dari Tuhan terkesan seakan-akan mau-mau-Nya Dia seperti dialami oleh Yusuf muda yang dijual menjadi budak oleh kakak-kakaknya (Kej.37:28). Yusuf dipasung kakinya dengan rantai serta lehernya dikalungi besi (Mzm. 105:18). Semua ini terjadi seizin Tuhan namun perbuatan Tuhan senantiasa disertai dengan perlindungan seperti telah dialami oleh Abraham (ay. 15).

Perhatikan, kita perlu mengingat perbuatan Tuhan karena janji-Nya “ya’ dan “amin” serta hati-Nya selalu berhasrat untuk melindungi. Buktinya dalam kondisi apa pun – dilempar ke dalam sumur, dijual menjadi budak di Mesir, difitnah oleh istri Potifar, dipenjara (Kej. 39:2-3,21) – Yusuf selalu disertai Tuhan.

Aplikasi: sebagai imam-imam yang diurapi oleh Tuhan, hendaknya kita yakin bahwa perbuatan Tuhan melindungi dan menyertai kita apa pun keadaan kita – ekonomi terpuruk, stres kena masalah, sakit penyakit yang meresahkan dll.

Perjanjian Tuhan kekal selamanya, beda dengan perusahaan-perusahaan di dunia yang mempunyai MoU berbatas waktu tergantung untung ruginya; bahkan dikatakan di akhir klausalnya bila kedua belah pihak tidak ada kata musyawarah maka perkara berlanjut ke pengadilan.

Introspeksi: masihkah kita berencana mau meninggalkan Tuhan juga penggembalaan? Jujur, kita yang sering lari dari Tuhan karena masalah tetapi kita malah menyalahkan mengapa Tuhan meninggalkan kita. Sesungguhnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan tetapi kejahatan dan dosa yang memisahkan kita dari-Nya (Yes. 59:1-2). Jadi, kita bergumul dengan diri sendiri menghadapi kemustahilan akan perbuatan Tuhan juga harus menanggalkan dosa kalau mau dilindungi oleh-Nya.

Kita patut bersyukur memiliki Jehovah yang luar biasa, masihkah kita meragukan-Nya dan sengaja tidak mengingat perbuatan baik Tuhan tetapi malah mengedepankan masalah-masalah kita? Bukankah dalam keadaan terpenjara, Yusuf masih dapat menjadi berkat di sana? Jangan menjadi berkat hanya saat kita berada dalam situasi sukacita dan nyaman!

  • Karena ada mukjizat dalam perbuatan Tuhan (ay. 28-44).

Terjadi mukjizat dalam membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Perlu diketahui mukjizat berdampak pada dua sisi – sisi membebaskan berdampak sukacita dan sisi menghukum berisiko penderitaan. Contoh: bangsa Mesir sangat menderita karena turunnya sepuluh tulah sementara bangsa Israel keluar dari Mesir bebas dari perbudakan.

Pertanyaan: kita berada di sisi mana? Kita berharap mukjizat Tuhan membebaskan kita dari sakit penyakit, keterpurukan apa pun juga dari perasaan ketidakpercayaan/kemustahilan tetapi sesungguhnya mukjizat terbesar yang dikerjakan oleh Tuhan ialah keubahan hidup bukan kekayaan materi.

Sekarang kita mengerti mengapa kita harus memperkenalkan perbuatan-Nya, memperbincangkan dan menyaksikannya di mana pun termasuk saat bergabung dalam komsel G-TO. Dalam pertemuan bersama kita prioritaskan berbicara tentang perbuatan-perbuatan ajaib yang telah Tuhan kerjakan. Perhatikan, kita harus mengingat perbuatan Tuhan karena Ia selalu mengingat dan menepati janji-Nya, perbuatan-Nya mengandung perlindungan, penyertaan juga mukjizat di dalamnya. Dengan demikian kita bermegah hanya pada satu-satunya

Tuhan dengan tujuan kita tetap mengikuti ketetapan-Nya dan memegang segala pengajaran-Nya (Mzm. 105:45). Amin.

  • Video Youtube Ibadah: