Shalom,
Kita patut bersyukur atas rahmat Tuhan bagi negeri kita yang begitu kaya nan indah pemandangan alamnya. Pernahkah Anda berdiri di puncak gunung melihat sekeliling pemandangan yang begitu menakjubkan – lembah yang hijau, sungai- berkelok-kelok seperti ular, hutan lebat, langit biru terbentang luas dan dari kejauhan tampak lautan berkilauan tertimpa sinar matahari belum lagi burung-burung melintas dan angin sepoi-sepoi mengembus mengelus wajah Anda? Pada momen seperti itu hati kita pasti dipenuhi dengan kekaguman dan pujian kepada Allah, Sang Pencipta. Perasaan seperti ini dialami oleh pemazmur 104 yang kemudian dituangkan dalam tulisannya.
Pemazmur 104 menuliskan nyanyian pujian dan mengajak kita melihat keagungan dan kemuliaan Tuhan melalui keindahan dan keteraturan ciptaan-Nya mulai dari langit, samudra, gunung-gunung, lembah-lembah dll.
Bagaimana pemazmur melukiskan kebesaran dan keagungan TUHAN, Sang Pencipta?
- Memuji Tuhan atas keajaiban ciptaan-Nya (ay. 1).
Pemazmur mengajak kita menaikkan pujian didasari atas pengakuan akan keagungan Tuhan. Kita kagum pada desain ciptaan Tuhan dan bersyukur atas pemeliharaan-Nya. Dengan mengekspresikan rasa syukur dan kekaguman kepada-Nya, ini memperdalam hubungan kita dengan Sang Pencipta dan meningkatkan kesadaran kita akan tanggung jawab terhadap alam sekitar kita. Dengan demikian terbentuklah ibadah holistik/menyeluruh yang melibatkan hati, pikiran serta tindakan kita.
- Tuhan adalah Pencipta yang agung.
Tulisan pemazmur ini mengingatkan kita akan enam hari penciptaan Tuhan dimulai dari penciptaan terang, langit dan bumi (ay. 2-5).
Pemazmur menuliskan:
Tuhan berselimutkan terang (ay. 2a) menggambarkan kemuliaan dan kekudusan-Nya (1 Tim. 6:16). Perhatikan, Tuhan adalah sumber terang dan Dia adalah terang itu sendiri yang tidak pernah padam. Terang mutlak dibutuhkan bagi kelangsungan hidup semua makhluk di dunia ini. Tanpa terang, tidak ada satupun makhluk dapat bertahan hidup.
Tuhan membentangkan langit seperti tenda (ay. 2b), menunjukkan kepemilikan Tuhan atas alam semesta. Tenda mengingatkan kita pada Kemah Suci di padang gurun di mana Tuhan mau berdiam di tengah umat-nya. Jadi, alam semesta adalah tempat kediaman TUHAN, diperkuat dengan pernyataan Nabi Yesaya dalam tulisannya di Yesaya 40:22.
Tuhan mendirikan kamar-kamar loteng-Nya di air (ay. 3a). Bukankah di hari kedua Allah menjadikan cakrawala dan memisahkan air yang ada di bawah cakrawala dari air yang ada di atasnya (Kej. 1:7)?
Tuhan menjadikan awan-awan sebagai kendaraanNya yang bergerak di atas sayap angin (ay. 3b), menunjukkan kekuasaan dan kedaulatan Tuhan atas unsur-unsur alam ciptaan-Nya (Nah. 1:3).
Tuhan membuat angin sebagai suruhan-Nya dan api yang menyala sebagai pelayan-Nya (ay. 4), menekankan bahwa seluruh unsur alam tunduk pada kehendak Tuhan. Angin dan api juga merujuk pada malaikat-malaikat Tuhan (Ibr. 1:7).
Tuhan meletakkan dasar bumi sehingga tidak akan goyang selamanya (ay. 5), menggambarkan stabilitas dan keteraturan yang melebihi pemikiran, kepandaian dan hikmat manusia. Contoh: manusia tidak mampu memikirkan
bagaimana bumi berotasi pada porosnya dengan kecepatan stabil menghasilkan siang dan malam; bumi juga berotasi mengelilingi matahari dengan orbit teratur menghasilkan pergantian musim secara tepat dan konstan; bagaimana hukum gravitasi bekerja secara konsisten di seluruh alam menjaga kestabilan orbit dan bintang. Sampai saat ini manusia tidak dapat memikirkan apalagi menciptakan semua ini. Masihkah kita mempertanyakan dan meragukan keagungan TUHAN kita?
Tuhan menyelubungi gunung-gunung dengan samudra, menghardik air hingga lari ke gunung dan lembah sampai batas yang ditentukan oleh-Nya (ay. 6-9), membuktikan Ia berkuasa atas air termasuk peristiwa air bah yang terjadi pada zaman Nuh. Tuhan pula yang menentukan batas di mana air itu berhenti (Yer. 5:22) dan mengatur siklus air untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan memelihara manusia dan hewan (Mzm. 104:10-13; Kej. 1:11). Jelas segala sesuatu berasal dari Tuhan dan semua bergantung kepada-Nya (Kol. 1:16-17). Ia penuh hikmat, keteraturan dan kesetiaan.
Apa respons kita terhadap Tuhan, Pencipta yang agung ini?
- Mengagumi dan memuji kebesaran Tuhan dalam ciptaan-Nya.
- Menyadari ketergantungan kita kepada Tuhan sebagai sumber kehidupan kita.
- Bertanggung jawab dalam memelihara dan mengelola ciptaan Tuhan dengan bijaksana (Kej. 2:15).
- Tuhan adalah Pemelihara yang penuh kasih (ay. 10-13).
Tuhan mengatur mata-mata air ke lembah-lembah dan gunung-gunung untuk ketersediaan dan konsumsi binatang- binatang ciptaan-Nya. Ia memelihara orang-orang yang diam di bumi dengan menyediakan tanah yang kaya nan subur (Mzm. 65:9).
Tuhan menumbuhkan tanaman bagi pemeliharaan manusia dan hewan ciptaan-Nya (ay. 14-15) juga menyediakan tempat tinggal bagi mereka (ay. 16-18). Selain itu Tuhan mengatur waktu dan musim secara tepat dan sistematis tidak bertabrakan satu sama lain (ay. 19-23). Manusia bekerja mulai pagi sampai sore dan malamnya binatang- binatang buas mencari makanannya. Sungguh hikmat Tuhan tidak tertandingi oleh hikmat manusia. Pemeliharaan Tuhan sangatlah sempurna tidak hanya untuk pribadi tertentu tetapi mencakup makhluk laut, udara dan seluruh ciptaan-Nya (ay. 24-26; 145:9).
Pemeliharaan Tuhan mengakibatkan makhluk ciptaan-Nya bergantung kepada-Nya (ay. 27-28) dan Dia berkuasa penuh atas hidup-mati mereka sebab Dia pemberi dan pengambil nyawa makhluk siapa/apa pun (ay. 29-30).
Aplikasi: hendaknya kita percaya dan menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Tuhan yang setia dan berkuasa memelihara kita (1 Ptr. 5:7).
Pemazmur kemudian tergerak untuk menyanyi bagi Tuhan selama dia hidup, bermazmur bagi-Nya selagi masih ada dan bersukacita karena-Nya (ay. 31-34). Hendaknya kita memiliki rasa hormat serta takut kepada-Nya dengan menjalani hidup penuh hikmat dalam kebenaran-Nya. Kita juga berkomitmen memuji Tuhan sepanjang hidup bukan dengan mulut tetapi disertai perbuatan kita. Biarlah doa permohonan yang kita lakukan secara konsisten berakhir dengan lenyapnya orang-orang berdosa dari bumi ini dan kemuliaan Tuhan dinyatakan seperti dinyatakan di Wahyu 21:4 bahwa segala sesuatu yang lama telah berlalu.
Marilah kita memuji Tuhan selama kita masih hidup dan senantiasa bersyukur atas pemeliharaan Tuhan kepada kita. Kita juga mengagumi hikmat Tuhan yang terpancar dalam ciptaan-Nya dan aneka ragam makhluk ciptaan-Nya memperkaya pemahaman kita tentang dunia sekitar juga memperdalam iman serta hubungan kita dengan Sang Pencipta. Sebagai respons atas kebaikan dan kesetiaan-Nya, kita bertanggung jawab mengelola dengan bijaksana sumber daya alam yang dipercayakan kepada kita. Kita sadar bahwa setiap ciptaan mempunyai tujuan dan rencana Tuhan; oleh sebab itu hendaknya kita berjalan sesuai dengan kehendak-Nya dan bergantung sepenuh kepada-Nya hingga satu kali kelak kemuliaan Tuhan dinyatakan sepenuhnya dan kita bersukacita bersama-Nya selamanya. Amin.