Shalom,
Khotbah penggembalaan hari ini bertemakan “Pujilah Tuhan hai Jiwaku” diambil dari Mazmur 103. Istilah “”pujilah Tuhan atau “memujilah Tuhan” tidak dapat dipahami secara sempit sebagai kegiatan menyanyi, memuji Tuhan yang biasa kita lakukan di sesi pujian yang diatur menurut liturgi ibadah. Memuji Tuhan memiliki pengertian lebih luas yakni penyembahan, pemujaan, penghormatan yang kita tujukan kepada Tuhan. Ekspresi pengagungan semacam ini dikehendaki Tuhan; oleh sebab itu kita wajib melakukannya karena Ia memang layak dan berhak dimuliakan serta menerima puji-pujian kita. Tuhan sendiri menegaskan bahwa tidak boleh ada penyembahan dan pemujaan diarahkan kepada siapa pun atau apa pun kecuali kepada-Nya, tercantum dalam 10 hukum Allah (Kel. 20:3-5). Waspada, jangan kita (sengaja) membelokkan pemujaan ini kepada yang lain kecuali kepada Tuhan yang adalah Allah. Sebaliknya, hendaknya kita mempersembahkan pujian kepada Dia dengan hati dan jiwa penuh ketulusan, sukacita dan ucapan syukur.
Mazmur ini mengajarkan bahwa pujian kepada Tuhan dianjurkan untuk dilakukan oleh semua makhluk ciptaan Tuhan di mana pun – malaikat-malaikat di Surga yang melayani-Nya termasuk manusia yang hidup di bumi – karena Surga maupun bumi adalah wilayah kekuasaan-Nya. Pemahaman ini mendorong Daud untuk memuji Tuhan sebagai wujud keyakinannya bahwa Tuhan itu hidup bukan sekadar khayalan, Ia tidak jauh, Ia mahaagung dengan segala kebaikan-Nya yang dapat dilihat dari sifat/karakter-Nya juga tindakan/perbuatan-Nya. Ia Bapa sekaligus Raja.
Daud memperlakukan Tuhan begitu spesial dan mendisiplin diri untuk tidak melupakan semua kebaikan-Nya. Hal itu terlihat dari sikapnya yang memprioritaskan Pribadi Tuhan dan memuji Dia tidak hanya di bibir tetapi memanggil jiwanya dan mengerahkan semua potensi serta kekuatan dalam dirinya untuk memuji dan memuliakan-Nya. Perlu diketahui hati berkaitan erat dengan jiwa (nephesh) yang mengekspresikan seluruh kehidupan kita yakni: keberadaan, kehadiran, pemikiran, kemampuan, kehendak, ingatan, keinginan, emosi, gairah dst. Segala yang ada di dalam diri kita ini harus dilibatkan dalam memuji Tuhan. Singkatnya, kita memuji Tuhan dengan totalitas hidup kita.
Introspeksi: seberapa jauh pengalaman kita bersama Tuhan? Sudahkah kita memuji dan menyembah Dia dengan seluruh jiwa raga kita?
Kehidupan kita harus diupayakan selalu memiliki dorongan untuk memuji Tuhan. Untuk hal itu pemazmur memberi teladan dengan mendisiplin dirinya senantiasa mengingat kebaikan-Nya.
Sebagai seorang yang pernah melakukan aib kepada Allah, Daud semestinya tidak layak mengalami kebaikan dari Tuhan. Namun dia menerima pemberian Allah dan hal itu merupakan anugerah Tuhan baginya.
Berikut ini dijelaskan dua hal agar kita dapat selalu mengingat kebaikan Tuhan:
- Ingatlah Rahmat-Nya.
Di dalam anugerah Tuhan kita menerima berbagai kebaikan kasih sayang Tuhan, itulah yang disebut rahmat atau kebaikan ilahi. Di ay 3-5, rahmat itu berupa:
-
- Tuhan mengampuni segala kesalahan.
Pada Allah ada kasih melimpah untuk mengampuni bahkan melupakan segala dosa kesalahan kita. Pengampunan atas dosa menjadi pintu utama bagi kita untuk dapat menikmati berkat-berkat ilahi lainnya. Perhatikan, apa gunanya kita beroleh seluruh isi dunia ini tetapi jiwa kita binasa oleh sebab dosa yang tidak terampuni? Jadi, pengampunan menjadi harta terbesar dan paling berharga yang diberikan Allah kepada kita.
- Tuhan mengampuni segala kesalahan.
-
- Menyembuhkan segala penyakit.
Sesungguhnya penyakit yang paling mematikan ialah dosa namun Allah telah menyembuhkannya. Dosa telah merusak pemahaman kita. Hal ini terbukti ketika kita diajar tentang karya Allah seperti pengampunan dan penebusan, manusia duniawi kita tidak dapat menerima apa yang berasal dari Allah. Bersyukur Roh Allah menerangi pemahaman kita untuk menemukan kebenaran. Contoh: mata kita yang tadinya dibutakan oleh ilah dunia kini dapat melihat hal-hal bersifat kekal; telinga yang tuli kini dapat merespons panggilan Tuhan; tangan yang sebelumnya lumpuh kini dapat menjalankan tugas-tugas dari Sang Raja; kaki yang berat kini mampu menjalankan pekerjaan-pekerjaan Tuhan dengan sigap penuh sukacita; wajah murung tanpa pengharapan karena dosa sekarang menyinarkan sukacita karena Allah telah menyembuhkannya.
-
- Penebusan.
Kehidupan yang berdosa sebenarnya sedang antri masuk lubang kubur, tetapi rahmat-Nya menebus kita dari konsekuensi dosa yaitu siksa abadi dan kebinasaan karena murka Allah. Perhatikan, penebusan nyawa (jiwa) kita sangatlah mahal dan kita tidak mampu membayarnya. Sungguh kita berutang budi kepada Dia yang telah mengerjakan kelepasan dari kehancuran hidup kita.
- Penebusan.
Ketahuilah, kebaikan dan rahmat Allah kepada seseorang bukan hanya sarana untuk memuliakan Dia tetapi juga cara Allah menghormati, menghargai dan memuliakan kita. Buktinya, Ia memahkotai kita dengan kasih setia dan rahmat ketika kita masih dalam keadaan berdosa. Pantaskah kita berdiri di hadapan Allah sebagai orang berdosa? Kita hanya pantas menyandang predikat orang yang layak dihina, terbuang, malang, direndahkan tetapi kasih, rahmat dan kebaikan Allah telah mengangkat kita dari keadaan terpuruk seperti itu.
-
- Memuaskan hasrat kita dengan kebaikan.
Hasrat itu melekat dengan jiwa dan kemuliaan manusia yang ada di dalamnya; dipuaskan oleh Allah dengan hal-hal yang baik. Sementara itu tubuh yang lemah, layu, tidak berpengharapan (Mzm. 102:3-5) mengalami pembaruan masa muda dengan kekuatan seperti burung rajawali; keindahan tubuh luar yang terlihat juga dialami oleh jiwa yang ada di dalamnya.
- Memuaskan hasrat kita dengan kebaikan.
Postur burung rajawali tampak gagah dan indah perkasa, sangat kontras dengan burung undan, burung ponggok, burung pipit yang merasa putus asa dalam cengkeraman depresi yang mendalam (Mzm. 102:6- 7). Oleh sebab rahmat dan kebaikan-Nya, terjadi peralihan dari hidup gelap penuh kesuraman kepada kehidupan cerah berpengharapan yang direncanakan Tuhan untuk menjadi milik-Nya (bnd. Yes. 40:31).
Selain gagah perkasa, burung rajawali terkenal dengan kekuatan sayapnya yang mampu terbang ke tempat tinggi menjulang bahkan melampaui puncak-puncak tertinggi untuk terbang ke langit biru yang indah. Inilah gambaran anak-anak Tuhan yang kuat di dalam Dia karena kematangan rohani kita.
- Memahami dan meneladan karakter Tuhan (ay. 6-14).
Kekristenan kita harus selaras dengan karakter Allah untuk menjadi pembeda antara mereka yang dipilih dan ditentukan menjadi anak-anak Bapa Surgawi dengan mereka yang bukan anak (Rm. 8). Bagaimana karakter Bapa menurun pada anak? Faktor genetik bukanlah penentu utama dalam membentuk karakter anak, faktor lingkungan juga memberi peran besar dalam mencetak karakter anak seperti: pola asuh penuh kasih sayang dan perhatian orang tua akan membantu anak mengembangkan rasa percaya diri dan memupuk tumbuhnya empati. Interaksi dengan teman sebaya, guru dan masyarakat juga membentuk karakter anak. Tak ketinggalan nilai-nilai yang diajarkan di rumah dan di sekolah dapat memengaruhi pandangan hidup dan perilaku anak. Demikian pula status kita sebagai anak Allah; Ia memperlakukan kita sedemikian rupa supaya karakter kita terbentuk menurut kehendak-Nya. Caranya? Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya dan menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak (Ibr. 12:5-6; Ams. 3:11-12). Inilah pola asuh Bapa Surgawi dalam mendisiplin kita. Didikan, hajaran dan teguran dari Bapa akan membentuk karakter kita menjadi sama seperti karakter-Nya yakni: dari karakter yang baik (menjalankan kebenaran dan keadilan, penyayang, pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih setia) mengalirlah perbuatan-perbuatan baik (tidak selalu menuntut, tidak mendendam, tidak membalas, ada praktik pengampunan dan kasih sayang). Bapa menunjukkan prinsip-prinsip ilahi dan tindakan- tindakan-Nya agar Pribadi-Nya dikenal dan diteladani oleh kita.
Bagaimana kita dapat memiliki karakter Allah dalam kehidupan kita? Kita mendapatkan seluruh kepribadian, sifat dan moral Allah yang berdiam pada Kristus yaitu pada kemanusiaan-Nya (Kol. 2:9). Jadi, Kristus harus
menjadi dasar, bangunan dan isi dari hidup kita untuk menerima keselamatan dengan beriman kepada-Nya. Ia juga mengerjakan kekudusan dalam membentuk karakter dan kekuatan rohani kita menjadi seperti Dia. Itu sebabnya kita perlu tinggal tetap di dalam Dia. Bila kita ada di dalam Kristus yang adalah kepenuhan Allah, kita memiliki semua yang Allah berikan kepada kita melalui Yesus Kristus. Kita ikut merasakan, mencicipi, menikmati apa yang dimungkinkan oleh Yesus Kristus bila kita ada di dalam persekutuan dengan-Nya. Misal: Paulus mengatakan kepada jemaat Galatia bahwa hidupnya bukan lagi dia sendiri yang hidup melainkan Kristus hidup di dalamnya dan hidupnya sekarang adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang mengasihi dia dan menyerahkan diri-Nya karena dia (Gal. 2:20). Paulus sadar telah menerima kasih Allah yang tidak terukur setinggi langit dari bumi (bnd. Mzm. 103:11-12). Seharusnya Allah menghabisi Paulus dengan balasan setimpal karena telah menjadi musuh-Nya tetapi ini tidak dilakukan-Nya. Sebaliknya, dosa pelanggarannya dijauhkan oleh-Nya sejauh Timur dari Barat. Paulus sangat memahami karakter Allah karena dia telah mengalaminya. Kasih karunia Allah melampaui ketinggian langit juga tidak terukur melebihi hamparan horison cakrawala dari Timur ke Barat. Hanya Tuhan yang mampu melakukan semuanya ini sebab Ia tahu martabat kita yang hina dina seperti debu dan keseharian kita hanyalah seperti rumput, seperti bunga di padang yang hilang ditiup angin (Mzm. 103:15).
Apa dampak dari kasih yang mengalir dari tempat yang mahatinggi? Seperti seorang anak merasakan kasih bapanya, dia akan berupaya menghormati bapanya, menjaga hidupnya supaya memiliki moral baik seperti pesan dan harapan bapanya, tidak mengecewakan apalagi menyakiti hati bapanya yang sangat mengasihinya. Dia tidak akan sembrono dalam bertindak agar tidak mencoreng kehormatan bapanya. Sebaliknya, ada pujian dan ucapan syukur ditujukan kepada bapanya. Demikian pula yang harus kita lakukan kepada Bapa Surgawi. Kita terus belajar mencari tahu karakter dan kebaikan-kebaikan-Nya untuk diteladani dan dilakukan karena kita bangga kepada-Nya.
Allah telah memberikan anugerah/rahmat-Nya kepada kita yang tidak pantas menerimanya. Kasih Bapa dalam anugerah disertai kebaikan-Nya mengangkat martabat kita yang hina, terbuang ke tempat tertinggi. Untuk itu kita patut memuji dan menyembah-Nya serta belajar meneladan karakter Bapa dan hidup bermoral Surgawi. Juga memberikan hidup ini selalu dipimpin oleh Roh Allah sebagai bukti bahwa kita adalah anak-anak-Nya. Marilah kita senantiasa terdorong untuk memuji Tuhan dan tidak melupakan kebaikan serta rahmat-Nya juga memiliki karakter- Nya. Amin.