Shalom,
Mazmur 103 diawali dengan sebuah ajakan dan pemazmur mengajak dirinya sendiri, “Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!” (ay. 1-2)
Di dalam diri manusia ada raga/tubuh yang kelihatan, dapat dipegang dan disentuh sementara bagian manusia yang tidak dapat dilihat kasatmata dinamakan jiwa. Jiwa berbicara tentang siapa kita melalui pikiran, hati, kemauan, imajinasi dan semangat kita. Masih ada bagian lain dalam diri manusia yang disebut roh. Secara umum roh menunjuk pada kehidupan batin manusia. Jadi manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh.
Ketika Daud mengatakan, “Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!’
maksudnya dia mengajak tubuh, jiwa dan rohnya memuji Tuhan.
Allah menciptakan manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Semuanya hidup dan ciri bahwa ketiga hal itu hidup ialah masing-masing bertumbuh, misal: tubuh/raga tumbuh dari bayi – remaja – dewasa – lansia. Jiwa juga bertumbuh dalam pemikiran dan pengetahuan sedangkan roh bertumbuh menjadi penghubung antara manusia dan Allah.
Rasul Paulus merindukan tubuh, jiwa dan roh kita terpelihara sempurna tanpa cacat (1 Tes. 5:23). Perhatikan, tubuh kita adalah Bait Allah (1 Kor. 3:16) yang harus dijaga untuk memuliakan Dia, jangan dinodai dengan konsumsi narkoba atau perilaku seks bebas.
Sekali lagi frasa “pujilah Tuhan segenap batinku” merupakan ajakan untuk diri sendiri. Kita tidak akan pernah mampu mengajak dan menyemangati orang lain untuk memuji Tuhan jika kita sendiri tidak mempunyai hati dan gairah untuk memuji Dia. Contoh: ketika seorang pemimpin pujian mengajak jemaat memuji Tuhan, semangat, roh dan jiwa akan terlihat dan dampak positif yang dipancarkan dapat dirasakan oleh jemaat.
Kenyataannya, dalam situasi tidak menentu saat ini, kita mudah sekali mengeluh karena sulitnya kehidupan. Namun Daud memotivasi dirinya sendiri untuk memuji Tuhan. Apa alasan dia memuji Tuhan? Karena kebaikan Tuhan. Kebaikan apa yang membuat Daud memuji Tuhan?
- Ia memberi pengampunan atas dosa (ay. 2).
Jujur, sering kali kita mengucap syukur kepada Tuhan karena perolehan berkat-berkat jasmani tetapi lupa memuji Tuhan karena pengampunan.
Ketika manusia melanggar perintah Allah dan jatuh dalam dosa, mereka dan semua keturunannya berdosa kemudian mengalami penderitaan, sakit-penyakit bahkan kematian. Kalau Allah berkuasa mengampuni dosa, Ia juga berkuasa menyembuhkan sakit penyakit. Kalau kita diampuni oleh Tuhan dan dilepaskan dari segala dosa kesalahan, kelegaannya sama seperti kita mengalami kesembuhan dari penyakit kronis yang mematikan. Melalui pengampunan, hubungan antara Allah dan manusia dipulihkan dan melalui penebusan, Allah memiliki kita.
Apa tindakan Allah dalam mengampuni manusia?
Allah yang adil tidak menghukum manusia berdosa setimpal dengan dosanya sebab Ia tidak selalu menuntut juga kasih-Nya yang setinggi langit dari bumi serta sejauh Timur dari Barat (ay. 6, 9,11-12).
Allah mengampuni manusia berdosa karena Ia mahakasih dan mahapenyayang. Bagaimanapun juga, pengampunan dari Allah tidak segampang itu tetapi harus ada tindakan penebusan sebab Ia mahadil. Allah yang mahakasih diwujudkan dengan mengampuni tetapi Ia juga harus melakukan keadilan.
Di awal penciptaan manusia, Allah memperbolehkan Adam-Hawa makan semua buah dari pohon yang ada di Taman Eden kecuali buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat sebab pada hari mereka
memakannya, mereka akan mati (Kej. 2:16-17). Perintah-Nya jelas sekali – pelanggaran berarti berbuat dosa dan upah dosa ialah maut/kematian (Rm. 6:23). Jadi, kalau Allah hanya mengampuni tanpa tindakan, Ia tidak konsekuen dan tidak adil. Oleh karena itu dosa harus dihukum dengan kematian, Sebaliknya, kalau Ia mengadili manusia berdosa dengan keadilan-Nya, tidak ada seorang pun selamat dan Ia akan kehilangan manusia yang dikasihi-Nya.
Tindakan apa yang dilakukan Allah dalam menampilkan keadilan dan kasih-Nya? Untuk menyelesaikan persoalan manusia, Allah harus melakukan tindakan penebusan ketika Ia mengampuni karena Ia tahu manusia tidak mampu menerima penghukuman akibat dosa. Demi kasih-Nya yang tak terukur, Allah mengampuni manusia dan demi keadilan-Nya, Ia melakukan penebusan.
- Ia melakukan penebusan dan memahkotai dengan kasih setia.
Allah sangat mengasihi manusia berdosa dan menebus mereka untuk dikasihi dan dimiliki oleh-Nya. Tindakan pengampunan harus disertai dengan tindakan penebusan. Allah menebus hidup kita dari lubang kubur (= kematian).
Bagaimana cara Allah menebus manusia? Ia memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya (tubuh Kristus – Red.) di kayu salib supaya kita yang telah mati terhadap dosa hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kita telah sembuh (1 Ptr. 2:24). Ternyata penebusan dari kematian juga dikaitkan dengan kesembuhan. Kristus mati untuk menggantikan posisi kita supaya kita tidak binasa akibat dosa yang seharusnya ditimpakan kepada kita. Allah melakukan tindakan penebusan sebab tidak ada seorang pun mampu menebus dirinya sendiri.
Mengapa Allah harus menebus/membayar harga dosa yang telah dilakukan oleh manusia? Karena manusia terjual oleh sebab (dosa) kesalahan dan pelanggaran padahal Allah tidak pernah berutang (Yes. 50:1). Ia tampil sebagai Penebus sebab tidak ada satu orang pun dapat menebus manusia.
Apa arti kata “menebus’? Menebus berlaku untuk membayar sesuatu (harta benda atau sesuatu berharga) sebagai kompensasi atau imbalan seharga/senilai benda yang hendak ditebus. Untuk memiliki manusia berdosa menjadi milik-Nya, Allah harus membayar kompensasi seharga kematian/nyawa Anak-Nya, Yesus, karena hukuman manusia berdosa ialah maut. Di sinilah letak keadilan Allah.
Allah menebus dengan memberikan imbalan sepadan berupa nyawa Anak-Nya dan mengambil kembali manusia menjadi milik-Nya. Waktu berdosa, manusia diterima apa adanya. Namun setelah diampuni untuk dipersandingkan dalam kemuliaan kembali ke pangkuan Bapa Surgawi, Allah tidak mau manusia ini apa adanya tetapi harus mengalami proses pengudusan untuk setara, serupa dan segambar dengan-Nya – kembali pada citra Allah sebelum manusia jatuh dalam dosa. Caranya bagaimana? Ia memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa, perbuatan-perbuatan-Nya kepada orang Israel (Mzm. 103:7).
Allah menebus bangsa Israel dari perbudakan Mesir keluar menuju Kanaan. Setelah ditebus, bangsa Israel dipilih menjadi umat-Nya dan Allah tidak membiarkan mereka hidup menurut cara-cara Mesir. Ia menginginkan umat-Nya hidup benar seperti Ia benar, kudus seperti Ia kudus dan sempurna seperti Ia sempurna. Untuk itu Ia memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa dengan memberikan: (1). dua loh batu berisi hukum Allah (Kel. 31:18) dan (2) perintah untuk membangun Kemah Suci/Tabernakel (Kel. 25) karena Ia mau berdiam di tengah-tengah mereka.
Jadi, Allah memberikan hukum Taurat untuk membimbing mereka dalam kebenaran. Kalau mereka melakukan kesalahan, mereka dapat melakukan permohonan pengampunan dalam ibadah di Kemah Suci dengan mempersembahkan hewan kurban. Demikian pula dengan kehidupan kita. Kita diampuni dan ditebus dengan kematian Yesus disalib kemudian kita harus hidup dalam kebenaran dan kekudusan dengan menaati perintah Firman-Nya.
- Ia memuaskan hasrat kita dengan kebaikan (ay. 5).
Kepuasannya digambarkan seperti orang muda yang kekuatan dan kegagahannya bagaikan burung rajawali. Allah benar-benar memerhatikan, memperbarui kehidupan kita, dan memberikan kepuasan padahal kondisi kita sangatlah singkat, lemah dan rapuh – hari-harinya seperti rumput, seperti bunga yang hilang tertiup angin (ay. 15-16). Namun, betapapun rapuhnya hidup manusia, selama dia takut akan Tuhan dan berpegang pada perintah-Nya, kasih setia Tuhan akan memeliharanya (ay. 17-18) dan dia akan mengalami kepuasan.
Kehidupannya seperti seekor rajawali yang beroleh kekuatan sehingga berlari tidak menjadi lesu, berjalan tidak menjadi letih (Yes. 40:31).
Aplikasi: ada saat tertentu kita berada di titik nadir dan merasa begitu rapuh. Apa pun kondisinya, tetaplah hidup berpegang kepada titah Tuhan oleh sebab janji-Nya tidak pernah gagal. Kita dikuatkan bagaikan rajawali bermata tajam yang mampu melihat mangsanya dari jarak kejauhan juga kekuatannya untuk terbang tinggi walau menghadapi kerasnya badai. Apapun yang terjadi, hasrat hatinya terpenuhi.
Perhatikan, di dalam kegagahan dan kekuatannya, rajawali mempunyai tantangan: (1) memasuki usia 30-40 tahun, bulunya makin lebat sehingga berat untuk terbang, paruhnya makin memanjang sehingga sulit untuk makan, dan kuku-kukunya yang memanjang makin menyulitkan dia. Dalam kondisi demikian, dia hanya mempunyai dua pilihan – menyerah atau mati. Kalau mau bertahan hidup, dia akan terbang ke atas bukit batu. Di sana dia berpuasa ± 2-3 bulan menikmati penderitaannya dengan mematuk bulu-bulunya merontokkannya satu persatu. Kemudian paruhnya yang panjang dipukul-pukulkan ke batu hingga lepas. Kuku cakarnya dikorek- korek sampai lepas satu persatu, kisi-kisi di badannya dilepaskan. Semua ini membutuhkan waktu ± 120 hari. Fase ini sangat menyakitkan sebelum dia mengalami fase baru seperti ular ganti kulit menjadi burung rajawali muda nan kuat yang mampu bertahan hidup sampai 25 tahun lagi. Burung rajawali bermakna simbolis dalam Alkitab melambangkan kekuatan ilahi – ada makna kenabian yang penglihatannya tajam; Firman dan Roh Kudus bagaikan dua sayap burung nazar yang berkemampuan terbang tinggi menghadapi tantangan hidup. Burung rajawali juga melambangkan kebesaran dan keagungan Tuhan.
Aplikasi: hendaknya kita seperti rajawali muda dengan kekuatan sayap Tuhan hidup kita akan dipuaskan bukan dengan perkara dunia tetapi dengan kasih-Nya. Kita boleh lemah, rapuh, fana, lemah tidak berdaya tetapi kalau Tuhan ada di dalam hidup kita, kita tidak perlu takut menghadapi kerasnya badai kehidupan.
Marilah kita senantiasa memuji Tuhan sepenuh hati dan jiwa sebagai ucapan syukur atas kebaikan Tuhan yang telah mengampuni, menebus dan memuaskan hasrat kita dengan kebaikan hingga satu kali kelak kita bersanding dengan Anak Domba Allah selama-lama-nya di dalam Kerajaan-Nya yang kekal. Amin.