Shalom,
Perlu diketahui mazmur (psalm) berbentuk syair/puisi berisikan nyanyian pujian kepada Tuhan dan sudah dikanonkan menjadi Firman Tuhan yang memiliki kebenaran absolut/ mutlak.
Kali ini Mazmur 101 tulisan Daud mengisahkan tentang kasih setia dan hukum Tuhan yang menjadi sifat hakiki Allah yang ilahi. Mazmur ini memaparkan latar belakang Daud yang baru naik takhta. Saat itu ada penyelewengan dan kebingungan yang terjadi di masa akhir pemerintahan Saul sehingga banyak masalah harus direformasi. Daud yang baru menjabat menjadi raja berusaha memperjuangkan kerajaan berasaskan Tuhan.
Proses panjang harus dilalui Daud untuk berkomitmen menjadi lebih baik dan belajar tidak mau mengulangi kesalahan Raja Saul. Diawali menjadi gembala kambing domba hingga menjadi raja yang diurapi sebanyak tiga kali, yakni: (1) Daud muda diurapi Samuel (1 Sam. 16:13) sebagai nubuatan akan panggilan Daud (2) Daud diurapi menjadi raja atas Yehuda di Hebron setelah Saul mati (2 Sam. 2:4) dan (3) tujuh tahun kemudian Daud diurapi menjadi raja atas seluruh Israel (2 Sam. 5:3).
Aplikasi: kita harus menghidupi Firman Tuhan dan berasaskan pada Tuhan dalam melakukan aktivitas apa pun baik di rumah, di lingkungan maupun di gereja.
Dari nyanyian mazmur 101 ini terlihat Daud mendedikasikan dirinya terlebih dahulu kepada keluarganya (suku Yehuda) kemudian kepada bangsa Israel dan terutama kepada Tuhan. Tercermin kerinduan Daud untuk menyanyikan kasih setia Tuhan yang telah dia alami juga hukum-Nya yang menjadi pegangan hidupnya. Jelas kasih setia dan hukum Tuhan menjadi satu kesatuan menampilkan karakter Allah yang penuh kasih sekaligus adil.
Seorang tokoh gereja (abad 14-15) membuat ulasan tentang mazmur ditujukan kepada pemerintahan sipil di negaranya yang saat itu begitu jahat, korup dan hidup tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Dia ingin para pejabat dan anggota kerajaan memiliki sifat-sifat ilahi yaitu kasih setia dan keadilan/hukum ditegakkan. Ada juga presiden terkenal mengirimkan Mazmur 101 ini kepada menterinya yang melakukan kesalahan atau tindakan tidak benar untuk dibaca, dihayati dan dilakukan.
Dari Mazmur 101 ini pula kita diajar untuk:
- Berkomitmen kepada Tuhan (ay.1).
Seperti Raja Daud ingin bermazmur bagi Tuhan, kita diajar Tuhan untuk mengerti bahwa lagu pujian yang kita nyanyikan bukanlah sekadar menyanyi biasa tetapi untuk mengakui, memuji dan memuliakan Tuhan mengingat kebesaran-Nya di dalam kasih dan hukum-Nya.
Yesus pernah mengecam “celaka” dan “munafik” kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang mengabaikan keadilan, belas kasihan dan kesetiaan walau mereka membayar persepuluhan (Mat. 23:23). Mereka disebut munafik sebab hanya melakukan sebagian dari perintah Tuhan tetapi mengabaikan yang lainnya. Mereka justru mengabaikan hukum Taurat yang terpenting yaitu keadilan, belas kasihan dan kesetiaan.
Aplikasi: kita datang beribadah kepada Tuhan karena kita berbakti dan mempersembahkan hidup kepada-Nya oleh sebab kita telah mengalami kasih setia dan keadilan-Nya. Namun tak jarang kita malah disibukkan dengan hal-hal yang tidak penting seperti: bingung dengan pakaian, sepatu, tas yang mau dipakai. Bahkan tidak pergi ke gereja gara-gara malu dengan pakaian yang sangat sederhana tidak seperti penampilan orang lain. Belum lagi dengan masalah konsumsi, timbul omelan karena tidak kebagian makanan atau makanannya tidak enak. Hal-hal kecil semacam ini menjadi masalah dan sandungan dalam ibadah berakibat Nama Tuhan tidak dipermuliakan.
Daud harus dapat memahami lebih dahulu apa itu kasih setia dan keadilan Allah untuk dapat dijalankan dalam pemerintahannya sehingga dia menjadi raja yang bijaksana, adil dan penuh kasih setia.
Perhatikan, kasih setia dan keadilan (hukum) tidak dapat dipisahkan dan ini merupakan karakter Tuhan. Kita tidak dapat memilih kasih setia tanpa hukum atau sebaliknya. Misal: seseorang hanya mempunyai kasih tanpa hukum, dia tidak akan memiliki ketegasan/keadilan; akibatnya dia mudah ditipu dan dimanfaatkan orang. Demikian pula orang yang hanya mempunyai hukum/keadilan tanpa kasih, dia menjadi orang kejam yang mempertahankan keadilan tanpa sentuhan kasih.
- Berkomitmen kepada diri sendiri (ay.2-5).
Apa yang harus dilakukan untuk komitmen pada diri sendiri? Memerhatikan hidup tidak tercela seperti: tulus hati, membenci perkara dursila dan perbuatan murtad, menjauhi hati yang bengkok dan jahat, membinasakan pengumpat, tidak suka pada orang sombong.
Tuhan akan melakukan kebaikan kepada orang yang tulus hati (Mzm. 125:4) dan ada sukacita bagi orang yang tulus hati (Mzm. 97:11).
Siapa orang dursila itu? Dia tidak mengindahkan dan tidak menghormati Tuhan. Contoh: dua anak imam Eli (Hofni dan Pinehas) termasuk orang dursila karena mereka memandang rendah kurban untuk Tuhan (1 Sam. 2:12; 17). Waspada, jangan pernah merendahkan kurban untuk Tuhan terlebih kurban Kristus karena kita akan kehilangan segala-galanya! Contoh: dalam beribadah dan melayani Tuhan, kita mengurbankan waktu, tenaga, pikiran, uang, gengsi dll. untuk-Nya. Namun jangan kita berkurban tanpa beban tetapi berikan dari hati yang ingin mengembalikan dan mempersembahkan yang terbaik bagi-Nya. Tuhan tidak melihat besar dan banyaknya persembahan kita tetapi ketulusan hati yang bersyukur kepada-Nya.
Apa itu perbuatan murtad? Suatu penyelewengan menjurus pada penyembahan berhala. Bukankah Tuhan membenci pemberhalaan seperti tercantum dalam hukum 1 dan 2 dari 10 perintah Allah (Kel. 20:3-4)? Tuhan tidak ingin kita mencintai dan menghargai sesuatu lebih daripada kita mencintai Pribadi Tuhan sendiri.
Pemberhalaan bukan hanya penyembahan kepada patung tetapi uang, hobi, keluarga dapat menjadi berhala kalau kita lebih mencintai mereka hingga tidak ada waktu bagi Tuhan dan lupa beribadah kepada-Nya.
Raja Daud juga berkomitmen menjauhi hati yang bengkok dan jahat (ay. 4), maksudnya menjauhi hati jahat yang berlaku curang dan tidak mau terlibat dalam kejahatan. Kalau kita hidup dalam terang, kita pasti menjauhi kegelapan penuh kejahatan (1 Yoh. 1:6-7).
Selain itu musuh utama Daud ialah mereka yang diam-diam mengumpat, memfitnah dan suka berbohong. Kita tahu ular yang memperdayai Adam-Hawa mempunyai lidah bercabang dua dan telah menghancurkan dunia membuat manusia berantakan sekarang. Terlebih lagi pemfitnah bagaikan memiliki lidah bercabang tiga yang menghancurkan: (1) orang yang difitnah (2) orang yang diajak untuk memfitnah dan (3) pemfitnah itu sendiri.
- Berkomitmen kepada sesama (ay.6-8).
Daud membuat standar dalam bergaul dengan orang-orang di sekitarnya, yakni: orang yang setiawan dan yang tidak tercela. Siapa mereka? Orang-orang yang takut akan Tuhan.
Aplikasi: hendaknya kita komitmen menjalin pertemanan dengan orang-orang yang takut akan Tuhan. Berdoalah setiap pagi untuk bertemu dengan orang-orang baik dan dijauhkan dari orang-orang jahat yang mau mencelakai kita. Ingat, pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik (1 Kor. 15:33).
Daud mengundang orang yang takut akan Tuhan ke rumahnya untuk melayani dia. Bagi kita sekarang, Tuhan memberi kita hikmat untuk memilih mereka yang baik untuk menjadi rekan kerja.
Selanjutnya Daud berkomitmen terhadap orang yang tidak melakukan tipu maupun berbicara dusta. Kenyataannya, sulit menemui orang-orang yang baik di sekitar kita; oleh sebab itu berdoalah setiap pagi agar perjalanan hidup kita dipimpin dan disertai oleh-Nya juga dipertemukan orang-orang yang baik dalam berelasi.
Apa maksud Daud mengatakan “mereka yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku”? Rumah adalah tempat paling tepat untuk menampilkan sifat/karakter asli dari seseorang. Di luar rumah seseorang dapat bersikap manis, sopan, sabar, tersenyum ramah tetapi sifat asli (kasar, keras, suka KDRT dll.) tidak dapat disembunyikan dari istri/suami, anak, ART saat berada di rumah.
Aplikasi: hendaknya kita memiliki standar sama di luar maupun di rumah. Jangan di gereja kita mengangkat tangan memuji Tuhan tetapi di luar gereja kita gunakan tangan untuk berkelahi, mencuri dan perbuatan jahat lainnya.
Marilah kita komitmen pada kasih setia dan hukum Tuhan karena kasih dan keadilan merupakan karakter-Nya. Kita berkomitmen kepada Tuhan, kepada diri sendiri, juga kepada orang lain agar hidup kita berkenan di hadapan Tuhan. Amin.