• Hampiri Penciptamu (Johor)
  • Mazmur 100
  • Johor
  • 2024-07-21
  • Pdm. Sonny J. Garing
  • khttps://gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1607-hampiri-penciptamu-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Hasil survey Bilangan Research Centre (BRC) tentang kembalinya jemaat beribadah on site terhadap 406 responden di seluruh gereja Indonesia periode September 2022 – Oktober 2022 menghasilkan: jemaat yang menyukai ibadah on line walau sudah dibuka ibadah onsite sbb.:

  • 28,3 % untuk gereja yang beranggota < 100 jiwa;
  • 48,8 % untuk gereja yang beranggota 101 – 300 jiwa;
  • 57,1 % untuk gereja yang beranggota 301 – 1000 jiwa;
  • 70,0 % untuk gereja yang beranggota > 1000 jiwa.

Jemaat yang tidak lagi beribadah pada hari Minggu:

  • 13,1 % untuk gereja yang beranggota < 100 jiwa;
  • 5,8 % untuk gereja yang beranggota 101 – 300 jiwa;
  • 12,5 % untuk gereja yang beranggota 301 – 1000 jiwa; dan
  • 15% untuk gereja yang beranggota > 1000 jiwa.

Survei ini menunjukkan adanya perubahan cara pandang jemaat dalam beribadah bersama pasca pandemi yakni ada yang mau kembali ibadah on site namun tidak sedikit juga yang masih on line.

Bagaimana dengan ibadah kita? Apakah kita kembali beribadah normal ke gereja setelah pandemi berakhir? Apa pesan pemazmur 100 berkaitan dengan ibadah?

  • Menghampiri Pencipta kita selagi masih ada waktu dan kesempatan.

Waktu dan kesempatan sudah tersedia, pandemi sudah berlalu, gedung gereja sudah dibuka, alasan apalagi yang kita kemukakan untuk tidak beribadah on site? Apa kata pemazmur?

“Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!” (ay. 1-4)

Bila kita perhatikan, terlihat kata kerja aktif bersifat perintah untuk direspons dengan segera dikerjakan tanpa perlu ditunda, diabaikan apalagi dilupakan. Perintah ini ditujukan kepada seluruh bumi berarti kepada kita semua – besar-kecil, pria-wanita, tua-muda, di kota-desa dst. – yang berada di bumi supaya melaksanakan perintah ini. Dan perintah ini diberikan dalam konteks ibadah di Bait Suci – masuk ke dalam pelataran dengan puji-pujian dan ucapan syukur.

Introspeksi: apa reaksi kita ketika tiba di gereja, apakah kita ngomel bosan beribadah, ingin santai dan istirahat di rumah, mengantuk karena sejuknya AC dll.? Atau kita bersyukur dapat beribadah dan melayani Tuhan walau masalah belum selesai? Percayalah ketika datang kepada Tuhan, Ia sedang mengerjakan pekerjaan-Nya tanpa kita sadari.

Berbicara tentang “menghampiri Penciptamu”, kita teringat akan awal penciptaan manusia. Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, apakah mereka menghampiri Tuhan dan mengaku dosa? Tidak! Mereka malah bersembunyi karena tahu mereka telanjang (Kej. 3:7-8).

Apa yang Tuhan lakukan kemudian? Ia tidak membiarkan terjadinya gap/jarak akibat dosa. Memang mereka masih berada di area Taman Eden tetapi ada jarak yang memisahkan – mereka tidak datang kepada Tuhan. Kemudian Tuhan menghampiri manusia dengan menanyakan di mana mereka padahal sebenarnya Ia mengetahui posisi mereka yang sudah berlawanan dengan-Nya. Akibat

pelanggaran, mereka jatuh terhilang dan tersesat tidak dapat kembali kecuali Tuhan sendiri yang mencari mereka dan menariknya dari keberdosaan.

Sesungguhnya pertanyaan “Di manakah engkau?” masih bergema hingga hari ini sebagai bukti Tuhan mengasihi kita, orang berdosa. Untuk memulihkan keberdosaan manusia, Tuhan sendiri yang menghampiri manusia berdosa karena manusia tidak mampu menghampiri Dia.

Bahwa Tuhan menghampiri manusia berdosa digenapkan dengan kedatangan Yesus Kristus, Juru Selamat, yang rela mati di kayu salib menggantikan posisi kita yang seharusnya menerima pehukuman murka Allah.

Berbicara “menghampiri Pencipta” tidak lepas dari karya anugerah Kristus. Itu sebabnya segala kegiatan yang berkaitan dengan “menghampiri Pencipta” harus disertai dengan sukacita, sorak-sorai, dengan nyanyian syukur oleh karena karya Kristus yang memungkinkan kita dapat datang menghampiri Pencipta kita.

Ada satu momen sejarah bangsa Israel berkaitan dengan pembangunan Bait Suci setelah kembali dari pembuangan. Apa yang terjadi saat itu? Mereka meletakkan dasar Bait Suci sambil bersorak- sorai kegirangan memuji Tuhan sekaligus tangisan teringat Bait Allah dahulu (Ez. 3:8-13).

Introspeksi: pandemi selama ± 3 tahun sudah usai dan bersyukur kita dapat melaluinya. Sekarang Tuhan membuka kesempatan untuk kita datang beribadah kembali. Maukah kita datang beribadah sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah ditentukan? Maukah kita datang selagi ada waktu dan kesempatan untuk menghampiri Tuhan? Ada satu kutipan dari Corrie Ten Boom yakni, “jika Iblis tidak dapat membuat kita jahat, dia akan membuat kita sibuk”. Maksudnya ketika Iblis gagal merayu kita untuk berbuat cemar, dia akan menyodorkan banyak kesibukan yang membuat kita mengabaikan jam ibadah bersama. Berapa banyak waktu telah kita habiskan demi memenuhi keinginan diri sendiri ketimbang beribadah?

  • Menghampiri Pencipta kita dengan pengenalan yang benar (ay. 3).

Kita diperintahkan untuk mengenal Tuhan adalah Allah yang menjadikan/menciptakan kita.

Ketika Paulus berdiri di atas Areopagus, dia memperkenalkan Tuhan, Pencipta bumi dan isinya kepada orang-orang Atena yang beribadah kepada dewa-dewa (Kis. 17:22-28).

Pengenalan akan Tuhan tidak dapat lepas dari Kitab Suci karena Dia menyatakan diri melalui Firman-Nya yang tertulis dalam Alkitab.

Pengenalan akan Tuhan sebagai Pencipta menyadarkan kita bahwa kita ada oleh karena-Nya dan Dia memegang kendali hidup kita. Dengan demikian hidup kita bergantung pada Tuhan dan kita mengetahui bahwa tujuan kita diciptakan ialah untuk kemuliaan Tuhan (Yes. 43:7).

Sayang, ketika manusia jatuh dalam dosa, mereka tidak lagi memuliakan Tuhan tetapi memuliakan diri sendiri. Dosa merusak tujuan hidup manusia sehingga semua yang dilakukan fokus pada kepentingan diri sendiri. Padahal tujuan asli Tuhan menciptakan kita ialah bagaimana kita menggunakan segala potensi yang Ia berikan untuk kemuliaan Nama-Nya. Jadi, kalau kita menyadari bahwa Tuhan adalah Pencipta kita, kita datang beribadah dengan rasa hormat dengan satu tujuan yaitu memuliakan Tuhan.

Selain itu kita perlu mengenal Tuhan sebagai Gembala dan kita adalah umat gembalaan-Nya – kawanan domba-Nya. Dalam konteks orang Israel, domba tidak dapat terlepas dari gembalanya. Gembala memelihara dan melindungi domba-dombanya dari binatang yang mau menerkamnya. Domba mengenal suara gembalanya dan mengikut dia (bnd. Yoh. 10:27). Kita, domba-domba Tuhan, mengenal suara Firman Tuhan dan dengar-dengaran kepada-Nya.

Aplikasi: hendaknya kita menghampiri Sang Pencipta dan mengenal siapa Dia itulah Pemelihara jiwa kita. Dan makin hari makin meningkat pengenalan kita kepada-Nya serta datang dengan satu tujuan yaitu memuliakan Nama Tuhan dengan menggunakan setiap potensi/talenta yang kita miliki.

  • Menghampiri Pencipta kita sebab Dia baik (ay. 5).

Kebaikan Tuhan macam apa yang dapat menggerakkan kita datang beribadah menghampiri Dia? Apakah karena Dia memberkati, menyembuhkan dan melindungi kita?

Dalam konteks Israel, kebaikan Tuhan dinyatakan ketika Israel bolak-balik jatuh dalam penyembahan, Tuhan mengirim orang-orang untuk menolong mereka bertobat. Ketika mereka diserang musuh, Tuhan menolong mereka dst. Semua ini dilakukan-Nya karena kasih setia Tuhan juga janji-Nya. Masih ingat janji-Nya kepada Abraham (Kej. 12) yang tetap berlaku tidak lekang oleh waktu? Berkali-kali bangsa Israel menyakiti hati Tuhan tetapi Ia tetap menunjukkan kasih setia-Nya kepada umat pilihan-Nya. Saat itu pembuangan orang Yehuda ke Babel telah genap 70 tahun lalu Tuhan menggerakkan Raja Koresh untuk memerintahkan pengembalian mereka dari pembuangan.

Kebaikan dan kesetiaan Tuhan bagi kita ialah janji adanya Mesias keturunan dari perempuan yang meremukkan kepala ular (Kej. 3:15). Hal ini digenapi dalam Yesus Kristus yang mati disalib mengalahkan Iblis. Dan kasih setia serta kebaikan Tuhan masih terus berlaku hingga kedatangan- Nya di mana kita akan menerima hidup kekal (Tit. 3:4-7).

Banyak kebaikan yang Tuhan berikan kepada kita tetapi kebaikan tertinggi yang pernah diberikan kepada umat manusia sepanjang peradaban zaman ialah Ia rela mati untuk kita dan kita dijadikan ciptaan baru di dalam Dia (2 Kor. 5:17).

Ketika kita makin mengenal Tuhan, Sang Pencipta, juga tentang kebaikan serta kasih setia-Nya, kita akan menghampiri Dia dengan sukacita penuh syukur. Kita akan makin bergairah dan rindu untuk datang menghampiri Tuhan dalam pertemuan ibadah selagi masih ada waktu dan kesempatan apa pun tantangan dan godaan yang menyerang sebab Dia yang kita layani adalah hidup dan berkuasa menolong kita. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: