• TINGGIKAN TUHAN YANG MAHAKUDUS
  • Mazmur 99
  • Lemah Putro
  • 2024-07-14
  • Pdm. Jusak Pundiono
  • https://gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1602-tinggikan-tuhan-yang-mahakudus
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
tinggikan-tuhan-yang-maha-kudus

Shalom,

Hari-hari ini seharusnya seorang kepala negara dihormati, ditinggikan dan disanjung tetapi kenyataannya banyak orang memberontak lalu melecehkan dan merendahkannya. Ini menunjukkan kondisi manusia di akhir zaman. Sebagai umat Tuhan, kita diajar untuk menghormati pemerintah yang sah dan menaati peraturan yang berlaku. Terlebih lagi kepada Tuhan yang mengangkat pemerintah dan raja, kita harus menjunjung tinggi dan memuliakan Dia di mana pun dan kapan pun.

Tema “Tinggikan Tuhan yang mahakudus” diambil dari Mazmur 99:5,9 dan kita diminta untuk meninggikan Tuhan yang mahakudus bukan karena ikut-ikutan sebab kekristenan merupakan kemandirian; demikian pula dengan iman yang kita miliki. Kita meninggikan Tuhan secara pribadi sehingga ketika berkumpul bersama dan masing-masing meninggikan Dia, alangkah dahsyatnya persekutuan kita.

Tindakan apa yang mencerminkan bahwa kita adalah orang Kristen yang meninggikan Tuhan yang mahakudus?

  • Suka menyembah Tuhan secara pribadi (ay. 1-5).

Demi menampilkan kedudukan Tuhan yang mahatinggi, pemazmur menyembunyikan identitasnya. Dengan gemetar dia menulis bahwa Tuhan adalah Raja dan bangsa-bangsa gemetar oleh-Nya (ay. 1). Siapa kita? Kita juga tidak layak di hadapan-Nya namun dilayakkan oleh-Nya.

Siapa Tuhan yang kita kenal? Apakah Tuhan menurut konsep agama-agama yang ada di dunia ini? Orang dapat membuat konsep tentang Tuhan tetapi kita menyembah Tuhan yang mahabesar di Sion (ay. 2), membuat bangsa gemetar dan bumi goyang. Pemazmur mengajak kita untuk serius meninggikan Tuhan dalam setiap ibadah dan pelayanan. Kita melakukan semua itu dengan gemetar di hadapan Tuhan karena kita mengenal siapa Dia.

Bersyukur dasar negara kita ialah Pancasila dan sila pertamanya “Ketuhanan yang mahaesa”. Apakah kita gemetar atau biasa saja menjadi bangsa berpancasila dengan sila pertama “Ketuhanan yang mahaesa”? Bukankah kita menyembah Tuhan yang mahaesa? Apakah kita gemetar dalam ibadah dan pelayanan kita karena kita menghadap Dia?

Alkitab dari Kitab Kejadian sudah memperkenalkan siapa Tuhan yakni Pencipta alam semesta termasuk manusia yang diciptakan menurut rupa dan gambar-Nya. Tuhan juga mengendalikan manusia dan memisahkan antara manusia yang fasik dengan manusia yang mau taat kepada-Nya. Lebih lanjut dikisahkan keturunan Adam itulah Kain dan Habel namun Habel nanti dibunuh oleh kakaknya (Kej. 4). Kemudian lahir Set yang menurut rupa dan gambar Adam (Kej. 5:3). Keturunan Kain hebat-hebat, melakukan banyak macam penemuan sementara keturunan Set tampak biasa-biasa saja. Namun ternyata keturunan Kain makin menjauh dari Tuhan tetapi Enos, anak Set, saat itulah orang mulai memanggil nama Tuhan (Kej. 4:26). Selanjutnya terjadi tragedi yang mana Tuhan membinasakan seluruh manusia kecuali Nuh sekeluarga (Kej. 6).

Kemudian manusia berkembang luar biasa dan Tuhan mengontrol sampai pada logat dan bahasa juga bangsa dan suku bangsa. Kita menjadi bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku dan bahasa daerah namun semua di bawah kendali Tuhan. Ingat, kita dipilih oleh Tuhan dan dibedakan dari mereka yang tidak mengenal Dia. Dari mana kita mengenal Allah yang ada di Sion? Dari Alkitab; itu sebabnya bacalah Alkitab secara urut dari Kejadian sampai Wahyu sepanjang umur hidup kita.

Kesaksian Pembicara (1): Ibu Beliau dipanggil Tuhan tadi malam (Sabtu) pkl. 20:15. Semasa berbaring di tempat tidur karena sakit, Ibu tua ini (98 tahun) tetap setia beribadah via live streaming dan mencatat Firman, bila kelewatan akan bertanya. Ini menjadi teladan yang ditinggalkan bagi Beliau. Sekarang Ibu sudah bersama malaikat di Surga menyanyi dan memuji Tuhan sementara kita yang masih hidup harus gemetar dan serius ketika beribadah dan memuji Tuhan.

Kita menyembah Tuhan yang ada di Sion dan dari sana Ia mengatasi segala bangsa. Sion menunjuk pada Bait- Nya. Tuhan mendiami Bait-Nya, bukankah kita adalah Bait Allah dan Roh Allah diam di dalam kita (1 Kor. 3:16)? Tuhan yang ada di Sion berdiam dalam bentuk Teofani saat itu tetapi sekarang Roh-Nya mendiami kita secara nyata dalam tubuh fana ini. Jadi, betapapun lemah dan menderitanya tubuh kita (karena cacat tubuh atau sakit penyakit), status kita sebagai Bait Allah tidak pernah berubah di hadapan-Nya. Karena Roh-Nya ada di dalam kita, marilah kita beribadah, melayani dan memuji Tuhan dengan gemetar. Kita menjadi pribadi yang suka menyembah Tuhan secara pribadi dan mandiri tanpa perlu dipaksa atau dimotivasi oleh suasana (musik, lampu dll.) untuk dapat menyembah-Nya.

Kemudian pemazmur menuliskan, “Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama-Mu yang besar dan dahsyat.” (ay. 3).

Kita dapat menyanyikan nyanyian syukur yang keluar dari hati karena sadar Tuhan berdiam dalam kita. Kita memiliki rasa hormat kepada Tuhan karena sadar kita yang seharusnya dibinasakan, tidak mengenal Tuhan yang ada di Sion, bukan bangsa Yahudi (Ef. 2:12) tetapi oleh belas kasihan-Nya kita diberi kesempatan mengenal Dia dan dapat menyembah-Nya. Zaman sekarang pun manusia terpisah menjadi dua – penyembah- penyembah Tuhan karena hidup bergaul dengan Tuhan dan mereka yang hidup dalam kejahatan-kenajisan.

“Raja yang kuat, yang mencintai hukum, Engkaulah yang menegakkan kebenaran; hukum dan keadilan di antara keturunan Yakub, Engkaulah yang melakukannya.” (ay. 4)
Kita patut bersyukur karena bukan keturunan Yakub tetapi beroleh belas kasihan dari Tuhan. Oleh sebab itu cintai hukum Firman Tuhan juga hukum pemerintahan di dunia ini. Jangan mudah terpengaruh kemudian menjadi sakit hati bila mengalami ketidakadilan dan ketidakbenaran ketika hukum tidak ditegakkan! Sebaliknya, jadilah pribadi-pribadi yang menegakkan kebenaran Firman-Nya sebagai bukti kita adalah penyembah Tuhan yang dapat meninggikan Dia dan sujud menyembah pada tumpuan kaki-Nya (ay. 5).

Aplikasi: kita bertanggung jawab memberikan teladan bagaimana meningikan Tuhan kepada generasi-generasi berikutnya (anak, cucu, cicit kita). Perhatikan, menjadi penyembah Tuhan bukanlah sekadar slogan tetapi praktik hidup yang dapat dilihat oleh generasi-generasi selanjutnya sehinga mereka dapat menentukan sikap – makin mengenal Tuhan atau malah makin menjauh dari-Nya lalu mengarahkan telinga mereka hanya kepada pengetahuan dan teknologi.

  • Bertanggung jawab dalam pelayanan (ay. 6-9).

Musa, Harun dan Samuel menjadi pelayan-pelayan Tuhan yang luar biasa bahkan Musa setia melayani rumah Tuhan dengan serius dan penuh tanggunjawab (Ibr. 3:5). Melalui mereka kita melihat Yesus Kristus - Pemimpin, Imam besar, Juru Selamat, Penebus yang bertanggung jawab atas kehidupan kita.

Aplikasi: hendaknya kita serius dan bertanggung jawab dalam pelayanan kapan pun dan di mana pun walau sedang menghadapi masalah berat sekalipun. Kita adalah Bait Roh di hadapan Tuhan baik dalam ibadah maupun di luar ibadah. Kita perlu memperbaiki diri agar tidak mencontoh kelemahan tokoh-tokoh Alkitab seperti Musa yang emosi kemudian melakukan kesalahan; Samuel yang tidak mendidik anak-anaknya dengan baik, Harun yang menuruti kemauan bangsa Israel menyembah anak lembu emas. Bagaimanapun juga dalam kelemahan mereka, doa mereka dijawab oleh Tuhan (ay. 6). Kiranya seruan doa kita juga dijawab oleh-Nya.

Kesaksian Pembicara (2): ketika kondisi Ibu beliau mulai drop, Beliau menyanyi dan berdoa penyerahan sambil membisikkan ke telinga Ibu, “Kalau Mami mau pulang ke Surga, pulanglah bersama Tuhan.”

Sambil menjaga Ibu, Beliau mengetik mempersiapkan khotbah untuk pagi ini. Kemudian pada waktu mengetikkan kalimat poin kedua khotbah ini, “Bertanggung jawab dalam pelayanan”, Beliau memutuskan kalau Ibu dipanggil Tuhan malam itu (Sabtu), Beliau tetap akan melayani Tuhan pagi ini (Minggu). Tuhan benar- benar mengatur semua dengan luar biasa.

Demikian pula dengan hidup kita. Selagi masih dapat bernapas, kita melayani Tuhan (sekecil apa pun) dengan serius dan penuh tanggung jawab. Kita menyembah Dia dengan gemetar agar segala sesuatu tidak dilakukan dengan asal-asalan.

“Dalam tiang awan Ia berbicara kepada mereka; mereka telah berpegang pada peringatan-peringatan-Nya dan ketetapan yang diberikan-Nya kepada mereka.” (ay. 7)

Apa dasar semua gerak-gerik yang kita lakukan di rumah, di sekolah, di kantor, di gereja, di pelayanan? Apakah berdasarkan peringatan dan ketetapan-Nya (Firman Tuhan) atau memakai cara-cara duniawi dalam mengatur segala pekerjaan maupun pelayanan? Saat menghadapi masalah, kembalilah kepada Alkitab karena di situlah Tuhan berbicara! Kalau dahulu Tuhan berbicara dalam tiang awan, sekarang Roh-Nya ada di dalam hidup kita yang adalah Bait Nya. Tuhan berbicara melalui Roh-Nya yang mengatur setiap langkah hidup kita. Oleh sebab itu pekalah terhadap Roh Tuhan dengan membaca Alkitab setiap hari sebab kita tidak dapat berjalan sendiri tanpa-Nya.

“TUHAN, Allah kami, Engkau telah menjawab mereka, Engkau Allah yang mengampuni bagi mereka tetapi yang membalas perbuatan-perbuatan mereka.” (ay. 9)
Bila Allah telah mengampuni kesalahan Musa, Harun, Samuel, Ia juga mengampuni kita dan Roh Kudus memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran, menginsafkan kita jika kita mulai berpikir salah untuk tidak sampai berbuat dosa. Kalaupun kita sudah berbuat dosa, Ia siap mengampuni bila kita mengakui kesalahan kita. Standar hidup dan pelayanan kita kembali dinaikkan berdasarkan kebenaran Firman Tuhan yang utuh.

Marilah kita meninggikan Tuhan yang mahakudus dengan suka menyembah kepada-Nya secara pribadi dan melayani Dia dengan penuh tanggung jawab. Kita menjadi pelayan Tuhan yang selalu setia dan terus berjalan bersama-Nya karena Roh-Nya memimpin sampai akhir hidup kita. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: