Shalom,
Puji-pujian dalam ibadah telah kita naikkan sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang oleh kasih-Nya telah melayakkan kita menjadi anak-anak-Nya setelah mengampuni semua dosa kejahatan kita.
Perlu diketahui dalam beribadah ada beberapa unsur yang harus dipenuhi, antara lain: doa yang ditujukan kapada Tuhan untuk mengundang Dia hadir di tengah-tengah kita, mazmur/pujian karena Ia bersemayam di atas pujian (Mzm. 22:4) dan Firman Tuhan yang menghibur maupun menegur kesalahan kita.
Tentu kita sudah mengetahui siapa Pencipta alam semesta yang kita dengar di Sekolah Minggu maupun dari pembacaan Alkitab di Kitab Kejadian. Namun semuanya tidak lengkap kalau Allah belum menciptakan manusia. Memang Adam diciptakan dari debu tanah tetapi dibentuk menurut gambar-Nya (Kej. 1:27) dan diembuskan napas hidup ke dalam hidungnya sehingga menjadi makhluk hidup (Kej. 2:7).
Karena Allah itu tertib, Ia juga ingin manusia hidup tertib dengan menaati hukum. Ia memperbolehkan Adam- Hawa makan semua buah dari pohon yang ada di Taman Eden kecuali buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat yang dapat berakibat kematian (Kej. 2:16-17). Ironis, manusia justru makan buah terlarang atas bujukan si ular walau sudah mengetahui konsekuensi hukuman mati.
Malapetaka benar-benar terjadi; bila sebelumnya ada komunikasi baik antara Allah dan manusia tetapi sesudah manusia memakan buah terlarang mereka ketakutan dan bersembunyi ketika Allah berjalan-jalan dalam taman (Kej. 2:10).
Introspeksi: periksa diri apabila kita datang beribadah dengan hati resah tidak sejahtera dan malas memuji serta mendengarkan Firman Tuhan! Jangan-jangan ada ganjalan di hati yang menghalangi kita menghampiri Tuhan.
Bagaimanapun juga Allah tidak berputus asa walau sudah mengetahui apa yang terjadi. Ia memanggil Adam dengan tujuan mau menyelesaikan masalah agar Adam mengaku dengan jujur sehingga bersukacita tidak ketakutan lagi karena bebas dari kesalahan. Namun ternyata Adam tidak mau jujur, dia malah menyalahkan Hawa dan Hawa menyalahkan ular. Karena manusia keras tengkuk, keras kepala, kepala batu, menutup diri tidak mau diselesaikan masalahnya, Allah mengutuk ular juga mengutuk Hawa yang akan kesakitan waktu melahirkan dan Adam yang bersusah payah mencari rezeki (Kej. 3:14-19).
Benarkah Allah berlaku kejam terhadap manusia yang sangat dicintai-Nya bahkan diusir dari Taman Eden? Tidak, Tuhan membuatkan bahkan mengenakan pakaian dari kulit binatang kepada mereka. Ilustrasi: karena kasihnya, seorang ibu telah mempersiapkan pakaian yang diperlukan untuk bayinya yang baru lahir. Dia tidak akan membiarkan anaknya telanjang.
Bagaimana kita dapat menghampiri Pencipta kita sesuai dengan tema yang diambil dari Mazmur 100?
Kita beribadah dalam Bait-Nya dengan sukacita, masuk melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur (ay. 1). Jadi, jangan menganggap gereja sekadar bangunan biasa seperti bangunan-bangunan lain sebab gereja adalah Bait/Rumah Allah itulah pintu gerbang Surga (Kej. 28:17). Pemazmur mengajak kita untuk memuji dengan sorak sorai dan hati sukacita dalam Bait Allah, pintu gerbang Surga (bnd. Mzm 98:4-5).
Aplikasi: marilah kita masuk gereja (pintu gerbang Surga) untuk bertemu dengan Sang Pencipta dengan sorak- sorai penuh sukacita diiringi permaian alat-alat musik. Dia akan menyelesaikan pelbagai beban dosa bila kita berani mengakui semua kesalahan kita. Jangan malah malas beribadah bahkan mengikuti ibadah live streaming sambil tidur-tiduran!
Mengapa kita tidak dapat beribadah dengan sukacita sementara orang lain dapat bersorak sorai? Bukankah Tuhan menciptakan mulut (yang sama) kepada setiap orang untuk dapat memuji-Nya? Karena tubuh kita sudah terkontaminasi dengan berbagai macam sampah dosa sehingga kita tidak dapat mempersembahkan tubuh ini menjadi persembahan yang hidup (Rm. 12:1-2). Ingat, Tuhan tidak menambah beban kepada kita yang sudah berbeban berat itulah maut sebagai upah dari dosa. Bukankah Ia mencari Adam-Hawa yang bersembunyi untuk memberikan penyelesaian bukan malah memperparah keadaan? Oleh sebab itu datang dan hampiri Sang Pencipta dengan sukacita dan buka hati untuk menerima teguran dan koreksi dari Firman; jangan malah bersembunyi seperti dilakukan Adam-Hawa tetapi akui semua kesalahan kita. Di situlah kita akan melihat bagaimana Tuhan memberikan jalan keluar bagi kita dan ini adalah ibadah yang sejati.
Sekarang kita dapat memuji dengan sorak-sorai penuh sukacita karena:
- Dia yang menjadikan/menciptakan kita (ay. 3a),
Dia menjadikan kita artinya Tuhan, Sang Pencipta, membentuk kita sejak dalam kandungan (Mzm 139:13-14). Itu sebabnya Ia tidak rela bila kita terhilang; sebaliknya, akan mencari kita karena tidak ada seorang pun mencari Dia sebab tidak ada seorang pun benar dan baik (Rm. 3:10-13a). Untuk itu Ia dilahirkan oleh perawan Maria (Firman menjadi manusia) bertujuan membayar lunas dosa manusia dengan darah-Nya melalui kematian-Nya disalib. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak beribadah dengan sorak-sorai.
- Kita ini milik-Nya (ay. 3b),
Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya dan memberi kuasa supaya menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:11-14). Bukti kita menjadi milik-Nya ialah Roh Kudus diam di dalam kita dan tubuh kita adalah Bait-Nya (1 Kor. 6:19). Itu sebabnya kita harus memuliakan Allah dengan tubuh kita (ay. 20).
Kapan Roh Kudus tinggal di dalam kita? Roh Kudus menjadi meterai sebagai tanda sah kjta milik Allah saat kita percaya pada Injil keselamatan (Ef. 1:13-14) dan dibeli dengan darah Anak Domba yang tidak bercacat di atas kayu salib (Why. 5:9) juga bilur-bilur-Nya menyembuhkan penyakit kita (Yes. 53:5).
- Serta kawanan domba gembalaan-Nya (ay. 3c).
Bila kita menjadi domba gembalaan-Nya, Tuhan akan menjamin lengkap sandang, pangan, papan (Mzm. 23:1- 5) seperti dialami Adam-Hawa di Taman Eden. Terlebih lagi kebajikan (= goodness: kebaikan) dan kemurahan/kasih setia-Nya mengikuti seumur hidup dan kita akan diam dalam rumah-Nya sepanjang masa (ay. 6). Dengan kata lain, kebaikan dan kasih setia-Nya mengikuti kita tidak hanya di dunia ini tetapi sampai kita masuk dalam langit bumi baru yang bersifat kekal. Jadi dalam penggembalaan, langkah demi langkah kita dipuaskan secara jasmani sampai nanti masuk ke dalam kekekalan di langit-bumi baru.
Kini kita mengerti mengapa harus menghampiri Pencipta kita dengan sukacita karena kita adalah ciptaan-Nya yang dikasihi. Bahkan saat kita menjauh dari-Nya oleh sebab perbuatan dosa, Ia mencari dan mengangkat kita menjadi umat kepunyaan-Nya setelah mengampuni dosa kita. Ia juga menggembalakan kita tidak hanya dengan jaminan pemeliharaan hidup di dunia ini tetapi hingga hidup di langit-bumi baru dalam kekekalan. Untuk itu kita harus beribadah dengan sungguh-sungguh tanpa paksaan di bait-Nya, mempersembahkan hidup kita seutuhnya untuk didiami oleh Roh Kudus serta memuji-Nya dengan sorak-sorai penuh sukacita karena Ia baik dan kasih setia-Nya untuk selama-lamanya (ay. 5). Amin.