Shalom,
Tema kita hari ini adalah “Muliakan Tuhan Raja Kita”. Berbicara tentang suatu kerajaan, ada perlakuan istimewa bila ada acara di dalam kerajaan, misal: prosesi penobatan seorang raja dilakukan dengan begitu agung dan mulia bahkan pemakaman seorang raja pun dilaksanakan dengan khidmat dan agung. Apalagi ketika anggota keluarga menikah, pesta pernikahan dirayakan bagaikan dongeng dan khayalan ideal yang dirindukan oleh setiap orang.
Lalu bagaimana dengan Kerajaan Surga, apakah kita juga tertarik ingin mengetahuinya? Apa kata pemazmur melalui tulisannya di Mazmur 97? “TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita!” (ay. 1)
Pemazmur menampilkan TUHAN sebagai Raja (segala raja). Pemikiran tentang raja tentu berkaitan dengan kerajaan namun Kerajaan Allah bukan soal wilayah sebab semua adalah ciptaan-Nya. Kerajaan Allah lebih menekankan pada pemerintahan dan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu. Ingat akan doa “Bapa Kami” yang mengatakan “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Surga”? Jangan berpikir “membesarkan Kerajaan Surga” berarti membesarkan wilayah yang belum ada Kerajaan Surga atau memberikan persembahan untuk memperluas Kerajaan Surga! Bukan, tetapi bagaimana kehendak Tuhan dinyatakan di dalam segenap kehidupan kita dan bagaimana kehendak Allah berdaulat atas hidup kita. Ia tampil sebagai Raja dalam rumah tangga, keluarga, pekerjaan dan pelayanan kita yang bersuasanakan: damai sejahtera, sukacita juga kebenaran-kebenaran Firman- Nya.
Pertanyaan: apa yang akan kita lakukan apabila Yesus, Sang Raja, tampil di antara kita saat ini? Dahulu ketika Yesus masuk ke Yerusalem, banyak orang menyongsong-Nya membawa daun palem sambil berseru-seru, “ “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” (Yoh. 12:12-13) Mereka memuliakan Tuhan dan bersukacita ketika Yesus menampilkan diri naik keledai muda (ay. 14-16). Namun tak lama kemudian terjadi perubahan drastis, mereka yang berseru “Hosana, hosana” berbalik mengatakan “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi? Faktanya, ada orang yang sudah lama mengikut Tuhan tetapi kemudian begitu mudahnya menjual Yesus dengan pindah ke agama seberang.
Perhatikan, kerajaan yang Yesus bawa sama sekali berbeda dengan gambaran ideal kita tentang kerajaan. Saat itu bangsa Israel (orang Yahudi) di bawah jajahan Romawi dan mereka mengharapkan tampilnya pemimpin yang akan membebaskan mereka dari belenggu penjajahan yang sudah memeras mereka dengan pajak sangat tinggi. Mereka berharap Yesus akan bertindak sesuatu namun apa kata Yesus? “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” (Yoh. 18:36) Kerajaan Allah sangat berbeda di mana di dalamnya nyata kebenaran-Nya.
Ternyata Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini, Ia datang dari Surga turun ke dunia untuk memberi kesaksian tentang kebenaran (ay. 37). Namun dunia tidak menghargai kebenaran; dunia hanya fokus pada kepentingannya sendiri – keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup.
Apa kata dunia tentang kebenaran? "Apakah kebenaran itu?" (ay. 38) Jelas dunia tidak mengenal kebenaran. Peringatan, jangan sampai kita memiliki pandangan salah karena terpengaruh oleh paham/pemikiran dunia yang mau merusak pandangan kita tentang Kerajaan Surga.
Kalau begitu apa perbedaan antara Kerajaan Surga dan Kerajaan Dunia menurut Mazmur 97?
- Kerajaan Surga memiliki dasar yang kuat dan kukuh yakni kebenaran dan keadilan (ay. 2-5) sementara kerajaan dunia didasarkan pada kekuasaan. Buktinya, di tempat pengadilan justru tidak ada keadilan (Phk. 3:16).
Keadilan dan kebenaran (hukum) menjadi tumpuan/fondasi dari tahta Allah. Itu sebabnya Kerajaan Allah begitu kuat dan Yesus diurapi sebagai Raja karena Ia hidup dalam keadilan dan kebenaran (Ibr. 1:8-9).
Aplikasi: hendaknya kita mencintai keadilan dan kebenaran untuk dapat menjadi warga Kerajaan Surga (1 Tim. 3:15) yang penuh damai sejahtera. Namun perlu introspeksi diri jika suasana Surga tidak nyata dalam rumah tangga dan pelayanan menyebabkan terjadinya pertengkaran dan kesalahpahaman terus-menerus sehingga tidak ada suasana menyenangkan di rumah, sekolah, pekerjaan maupun pelayanan. Ini terjadi karena kita tidak menegakkan kebenaran dan keadilan. Lebih parah lagi, ketika kebenaran ditindas, terjadilah penyelewengan dalam penyembahan menimbulkan pemberhalaan sesuatu yang bukan Allah (Rm. 1:18-32).
Kini kita mengerti mengapa orang dapat jatuh dalam penyembahan berhala yakni karena mengabaikan, menindas bahkan menolak kebenaran. Dia bertindak seperti Pilatus yang tidak mengenal kebenaran sehingga dia menyerahkan Yesus untuk disalibkan walau mendapati Yesus tidak mempunyai kesalahan apa pun.
Lebih lanjut peristiwa sangat mengerikan terjadi di mana orang jatuh dalam dosa asusila dan penyimpangan seks (homoseks, lesbian, biseks dll.) karena mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta (ay. 24-25). Orang yang mengaku dirinya dilahirkan homoseks adalah dusta sebab Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan (heteroseks) tidak ada yang netral – tidak laki-laki tidak pula perempuan. Ini penyesatan karena mengabaikan kebenaran, menindas kebenaran kemudian menggantikannya dengan “kebenaran” yang dianggap kebenaran. Bila hukum Allah diabaikan, manusia ditandai kejatuhan untuk siap dihukum (ay. 28-32).
Jadi, anak dapat bersikap dan bertindak begitu bandel dan jahat oleh karena dia mengabaikan kebenaran dan hatinya ditipu oleh dosa. Hanya (Firman) Tuhan dan Roh Kudus yang mampu menjamah hati (keras) mereka untuk berbalik kepada Allah dan mengalami keubahan hidup.
Apa yang terjadi jika kita mengabaikan kebenaran dan keadilan Tuhan? Api (hukuman) Tuhan menjalar menghanguskan (ay. 3-5). Allah kita adalah api yang menghanguskan (Ibr. 12:29). Dunia akan dilanda gemetar ketakutan saat penghukuman Allah dijatuhkan. Sekarang masih ada anugerah Tuhan yang memberikan kita rasa nyaman di tengah-tengah dunia. Namun ketika anugerah-Nya diambil, kita akan merasakan langit tembaga di atas kepala dan bumi di bawah kita adalah besi sehingga tidak ada pengharapan jika kita terus hidup dalam dosa.
- Kerajaan Allah yang penuh kuasa dan kemuliaan didasarkan pada kebenaran (ay. 6-9).
Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan Allah maka semua orang yang menyembah berhala akan dipermalukan. Sion mendengar dan bersukacita karena penghukuman Tuhan akan dilaksanakan sebab hanya Tuhan Allah Yang Mahatinggi yang patut dimuliakan dari segala allah.
Bagaimana hidup dalam Kerajaan Allah (pemerintahan Allah)? Kita hidup berpusatkan kepada Allah, kita memulai hari dengan mengingat Tuhan dan bersyukur kepada-Nya serta melibatkan Dia di dalam setiap kegiatan kita. Kita akan bersorak-sorai ketika mendengar penghukuman Tuhan dijatuhkan kepada mereka yang mengerjakan kelaliman sebab janji Tuhan itu ya dan amin.
- Kerajaan Surga penuh dengan kasih (ay. 10-12).
Tahukah bahwa Kerajaan Allah berisikan kasih dan ketulusan hati? Masihkah suami/istri mengasihi pasangan hidupnya dengan tulus setelah hidup bersama puluhan tahun?
Bila kita mengasihi Tuhan, kita akan membenci kejahatan. Ingat, Allah begitu mengasihi kita yang berdosa dengan merelakan Anak Tunggal-Nya, Yesus, mati disalib untuk menebus dosa kita. Di atas kayu salib Ia sudah melunasi dan menyelesaikan utang dosa yang membawa maut. Dengan demikian hidup kita sudah dibebaskan dari segala kutuk dosa untuk diberkati dengan damai sejahtera, kebenaran, sukacita dll.
Bila kita sudah dibenarkan oleh-Nya, dapatkah kita konsisten bersyukur memuji Tuhan apa pun problem yang kita hadapi? Atau kita bertindak seperti orang-orang di Yerusalem yang awalnya begitu antusias memuliakan Yesus, Anak Raja Daud, namun tidak lama kemudian berbalik menyalibkan Dia?
Rasul Paulus mengingatkan agar kita selalu bersukacita (Flp. 4:4) walau dia saat itu dalam kondisi kesusahan dipenjara, di akhir hidupnya ia mengatakan, “Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan.” (2 Tim. 4:7-8)
Perhatikan, bila hidup kita berpusat kepada Allah sebagai penyembahan sejati, kita akan diangkat menjadi raja- raja bersama dengan Kristus (Why. 1:5-6). Jadi penyembahan sejati bukan hanya sekadar pujian nyanyian yang dapat dilakukan dengan mudah apalagi bagi mereka yang suaranya bagus. Penyembahan sejati berpusatkan kepada Allah dan mengandalkan Dia dalam menghadapi tantangan dan persoalan hidup yang berat sekalipun.
Aplikasi: hendaknya kita memuliakan dan mengagungkan Tuhan, Raja kita, serta membawa kurban persembahan bagi-Nya itulah sikap dengar-dengaran sebagai persembahan yang terbaik.
Marilah kita memuliakan Tuhan Raja dengan hidup benar penuh keadilan, membenci kejahatan dan berpusatkan kepada Tuhan maka Kerajaan Surga ada di tengah-tengah kita. Kita menjadi warga kerajaan Allah untuk satu kali kelak hidup bersama Tuhan, pemilik Kerajaan Surga, selama-lamanya. Amin.