• MULIAKAN TUHAN RAJA KITA
  • Mazmur 97
  • Lemah Putro
  • 2024-06-30
  • Pdm. Budy Avianto
  • b
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
muliakanlah-tuhan-raja-kita

Shalom,

Perlu diketahui Allah sangat mengasihi kita yang tidak berharga sama sekali di hadapan-Nya oleh sebab dosa kejahatan kita. Ia bahkan rela mengurbankan nyawa Anak tunggal-Nya, Yesus, mati disalib demi menebus manusia berdosa termasuk kita. Untuk itu sudah selayaknya kita menghargai kasih Bapa dan menyerahkan hidup kita untuk dipakai menjadi alat bagi kemuliaan-Nya karena di luar sana masih banyak orang belum/tidak mengenal Tuhan padahal seharusnya sebagai sesama ciptaan Allah tahu siapa yang menciptakan mereka untuk dipuji dan disembah.

Apa pesan Firman Tuhan menurut Mazmur 97 dengan perikop “TUHAN adalah Raja”?

Berbicara mengenai raja, ini berarti berbicara tentang kepala negara dengan aneka ragam sistem pemerintahan berbentuk republik, monarki/kerajaan dll. Pemazmur menuliskan bahwa Allah kita adalah TUHAN Yang Mahatinggi (ay. 9), artinya semua makhluk di bumi tidak dapat menandingi-Nya karena Ia adalah Pencipta alam semesta. Ia sudah ada, sekarang ada dan selamanya ada. Oleh sebab itu tidak boleh seorang atau sesuatu pun di bumi ini merasa setara dengan-Nya termasuk ilah-ilah ciptaan untuk disembah. Bukankah hukum pertama dari sepuluh hukum Allah melarang adanya allah lain di hadapan-Nya juga melarang membuat patung menyerupai apa pun yang ada di langit, di bumi atau di dalam air di bawah bumi untuk disembah (Kel. 20:3-5)? Semua ini berhala ciptaan manusia sendiri.

Bagaimana seharusnya kita menghadapi Allah yang mahatinggi, Pencipta dan Pemilik hidup kita?

  • Bumi bersorak-sorak, pulau bersukacita (ay. 1),
  •  Bangsa-bangsa memuliakan Dia sebagai Raja dan Hakim yang mengadili dalam kebenaran (Mzm. 96:10).

Selain Raja, Tuhan juga Hakim yang suka ketertiban dan menghargai hukum itulah kebenaran Firman. Contoh: di awal penciptaan Allah memberikan hukum/peraturan kepada Adam-Hawa bahwa mereka boleh makan semua buah dari pohon yang ada di dalam taman Eden kecuali buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat sebab pada hari mereka memakannya, mereka pasti mati (Kej. 2:16-17).

Ternyata Tuhan menghendaki penegakan hukum supaya Kerajaan-Nya tidak goyah tetapi manusia malah tidak mau menaati hukum-Nya. Waspada bila kita hanya menjadi pendengar Firman Tuhan tidak dilanjutkan dengan menurutinya dengan tepat! Kenyataannya, hukum di dunia sering dipermainkan dan diputarbalikkan oleh oknum- oknum penegak hukum. Ingat, hukuman sudah disediakan sebagai konsekuensi bagi mereka yang melanggarnya.

Kalau begitu bagaimana kita memuliakan Tuhan, Raja kita?

  • Memuliakan Dia dengan bibir mulut kita (ay. 1).

Kita memuliakan Tuhan, Raja kita, melalui pujian dan kesaksian yang keluar dari bibir mulut kita. Dengan demikian kita akan hati-hati tidak sembarangan dan gampang mengucapkan kata-kata sembrono nan sia-sia.

  • Memuliakan Dia dengan keubahan hidup.

Kita yang dahulu hidup berlumuran dosa patut dihukum mati karena upah dosa adalah maut (Rm. 6:23). Namun Allah begitu mengasihi kita dan menyerahkan Anak tunggal-Nya mati disalib menanggung dosa kesalahan kita agar kita beroleh hidup kekal (Yoh 3:16).

Introspeksi: sudahkah kita mengikuti langkah demi langkah pimpinan Tuhan melalui nasihat dan teguran Firman-Nya supaya kita hidup kudus tidak bercela di hadapan-Nya (Ef. 5:26-27)?

  • Menaati hukum-Nya sebab Ia adalah Allah yang tertib.

Ketertiban dan keamanan sebuah negara/kerajaan diukur dari bagaimana hukum ditegakkan di negara tersebut.

Ilustrasi: jika kepala negara menghormati hukum yang ada, rakyatnya juga akan tertib melaksanakan hukum/peraturan yang berlaku di negara itu. Bukankah kita, umat Tuhan, memiliki hukum Firman Tuhan yang sempurna tertulis dalam Kitab Perjanjian Lama (39 kitab) dan Kitab Perjanjian baru (27 kitab)? Sudahkah kita membaca, mengimani dan melakukannya?

Sebelum memasuki tanah perjanjian, Musa menasihati bangsa Israel agar berpegang pada perintah TUHAN dan tidak boleh menambah atau mengurangi apa yang telah diperintahkan-Nya (Ul. 4:1-11). Mereka harus menaati hukum Allah dengan utuh sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan (Ibr. 12:29). Masih ingatkah bagaimana TUHAN berjalan di depan bangsa Israel ketika keluar dari tanah Mesir pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka dan dalam tiang api pada waktu malam untuk menerangi mereka (Kel. 13:21)? Ketika musuh menghadang di depan, Tuhan menghadapi mereka; ketika Firaun dengan tentara- tentaranya mengejar dari belakang, tiang awan pindah ke belakang menimbulkan kglapan sehingga musuh tidak dapat mendekati mereka (Kel. 14:19-20).

Memang Pribadi Allah tidak kelihatan kasatmata tetapi kuasa perlindungan-Nya nyata. Bila kita menaati Firman Allah secara utuh, kita akan hidup bahagia (Why. 22:18-19). Kita juga berhikmat bila mencintai Firman-Nya. Dengan demikian kita menjadi kesaksian hidup bagi orang lain (melalui mulut bibir maupun perilaku kita) karena mereka melihat Allah menyertai dan begitu dekat dengan kita.

Bagaimana dengan orang-orang yang menyembah berhala (patung), apa konsekuensinya? Mereka akan mendapat malu (Mzm. 97:7) karena memang tidak ada seorang/sesuatu apa pun melebihi Tuhan yang mahatinggi. Ingat, berhala hanyalah ciptaan manusia.

  • Membenci kejahatan (ay. 10-12).

Kalau kita mengasihi Tuhan, kita tidak boleh kompromi dengan dosa bahkan harus membencinya sebab kehidupan kita sudah dibenarkan oleh kurban Kristus. Sungguh tidak ada seorang pun yang benar (Rm. 3:10) tetapi di dalam Kristus Yesus kita ditebus, dibenarkan dan dikuduskan (1 Kor. 1:30).

Aplikasi: bagi kita yang sudah diselamatkan, hati kita harus dipenuhi dengan Firman Tuhan, kasih-Nya dan Roh Kudus supaya hati kita menjadi tempat Allah berdiam secara penuh. Jangan mendukakan Roh Kudus (Ef. 4:30) juga jangan terkontaminasi dan kompromi dengan kejahatan seperti anjing kembali lagi ke muntahnya dan babi mandi lagi ke kubangannya (bnd. 2 Ptr. 2:21-22)! Bila kita selalu diisi oleh Pribadi Allah, kita tidak dapat berbuat dosa karena lahir dari-Nya (1 Yoh. 3:9). Kita menjadi anak-anak Allah yang berbuat kebenaran (ay. 10) karena telah mengalami keubahan hidup sehingga dapat memuliakan Dia. Contoh: Rasul Paulus mengingatkan jemaat Korintus untuk tidak tawar hati menghadapi tubuh jasmani yang makin hari makin merosot lemah (2 Kor. 4:16) tetapi manusia batiniah terus diperbarui oleh Firman Tuhan untuk dapat memuliakan Dia dengan tubuh kita karena kita telah dibeli lunas (1 Kor. 6:20). Demikian pula dengan Musa yang memuliakan Allah melalui mulut bibir dan perilakunya membuat Yitro, mertuanya, mengakui Tuhan Israel lebih besar dari segala allah sebab Ia telah menyelamatkan bangsa Israel dari tangan Mesir (Kel. 18:11). Yitro kemudian mempersembahkan kurban bakaran dan kurban sembelihan bagi Allah (ay. 12).

Marilah kita yang sudah ditebus/dibeli dengan darah Kristus memuliakan Tuhan, Raja kita, melalui kesaksian yang keluar dari bibir mulut yang sudah dikuduskan oleh Firman Tuhan juga melalui sikap dan perilaku yang diubahkan karena Roh Kudus dan kasih Allah berdiam dalam kita membuat orang lain yang melihat maupun mendengar kesaksian hidup kita dapat mengakui bahwa Allah kita lebih besar dari alah mana pun kemudian mereka percaya kepada Tuhan kita yang hidup. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: