Shalom,
Tema kita hari ini diambil dari Mazmur 96 mengenai kedatangan Tuhan. Bagaimana manusia dan semesta alam merespons kedatangan-Nya? “langit bersukacita…bumi bersorak-sorak…gemuruh laut serta isinya…beria-ria padang dan segala yang di atasnya…segala pohon di hutan bersorak-sorai…sebab Ia datang untuk menghakimi bumi..menghakimi dunia dengan keadilan dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.” (ay. 10-13)
Ternyata semesta alam menyambut kedatangan Tuhan dengan sukacita dan sorak-sorai, bagaimana dengan manusia? Apakah manusia juga menyambut kedatangan-Nya dengan sukacita seperti alam semesta menyambut Dia? Kadang kita berpikir saat penghakiman datang, kita akan mendapatkan pembelaan, pembenaran, pemulihan dan pembebasan dari kondisi tertindas dan terpuruk. Namun kita harus ingat bahwa Tuhan akan menghakimi dunia dengan keadilan. Ilustrasi: seorang karyawan yang malas dan ceroboh membuat perusahaan mengalami kerugian besar. Majikannya sangat marah kemudian menekan dia dan membuatnya menderita. Karyawan ini tertekan dan merasa dizalimi oleh majikannya. Ketika penghakiman Tuhan datang, siapa yang bersukacita? Dua- duanya bersalah dan tidak benar di hadapan Tuhan; mereka berdua akan menerima penghukuman dengan adil. Tentu tidak ada sukacita saat hukuman dijatuhkan. Oleh sebab itu ketika Raja Daud berbuat dosa besar telah berzina dengan Batsyeba bahkan membunuh Uria, suaminya, lalu ditegur oleh Nabi Natan, Daud kemudian menulis, “Terhadap engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.” (Mzm. 51:6)
Apakah Daud hanya berdosa kepada Tuhan? Bukankah dia telah berdosa terhadap Batsyeba dengan menodai kehormatannya, terhadap Uria yang dibunuhnya melalui konspirasi, terhadap Yoab yang diajak menjadi konspirator dalam pembunuhan, terhadap bangsa Israel yang dikhianati kepercayaannya. Memang Daud telah berdosa kepada mereka tetapi sejatinya dia berdosa kepada Tuhan. Dia juga mengaku bahwa kondisi keberdosaan telah ada sejak dalam kandungan (Mzm. 51:7). Inilah kondisi manusia sesungguhnya – semua manusia menyimpang, bejat dan tidak ada yang berbuat baik (Mzm. 53:3-4). Terbukti tidak ada seorang pun di bumi ini yang saleh, yang berbuat baik dan yang tidak pernah berbuat dosa (Phk. 7:20). Jelas, di dalam keadilan Tuhan kita semua akan binasa di hari penghakiman sebab upah dosa adalah maut (Rm. 6:23a).
Hati-hati, keadilan Tuhan bagaikan pedang bermata dua – di dalam keadilan, kita tidak ada pengharapan dan kita binasa karena dosa. Sesungguhnya yang kita butuhkan bukanlah keadilan Tuhan tetapi karunia-Nya yang memberikan kita hidup kekal di dalam Kristus Yesus (Rm. 6:23b) sebab tidak ada seorang pun yang baik.
Kalau begitu orang seperti apa yang akan menyambut penghakiman dengan sukacita?
- Orang yang memiliki keselamatan (ay. 1-2).
Kita harus mengalami keselamatan terlebih dahulu sebelum mengabarkannya kepada orang lain.
Makna mendasar dari keselamatan ialah selamat jasmani (sehat, aman, dan sejahtera) dalam keseharian hidup. Namun yang dimaksud Allah jauh dari itu, yakni keselamatan rohani itulah keselamatan hakiki – keselamatan bukan hanya di dunia ini tetapi keselamatan dari dosa-dosa sehingga kita bebas dari hukuman maut yang kekal.
Syarat untuk selamat ialah manusia harus berada dalam posisi benar di depan penghakiman Allah namun tidak ada seorang pun benar di hadapan-Nya kecuali dibenarkan di dalam Nama Yesus Kristus (Kis. 4:12).
Adapun karya keselamatan terbagi menjadi tiga dimensi waktu, yakni:
-
- Kita sudah diselamatkan di dalam kasih karunia dan menjadi anak-anak Allah.
Apa yang harus dilakukan setelah diselamatkan oleh-Nya? Menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci (1 Yoh. 3:3).
Adakah dari kita yang masih belum menerima kasih karunia Tuhan? Mungkin kita datang ke gereja karena dipaksa orang tua atau dengan motivasi mencari jodoh atau mencari kesempatan kerja atau menikmati waktu luang dengan mendengarkan lagu pujian yang menenangkan hati. Apa pun alasan kita ke gereja, ini bukanlah suatu kebetulan sebab Tuhan mempunyai rencana dalam hidup kita. Oleh sebab itu perhatikan panggilan-Nya melalui pemberitaan Firman Tuhan dan terimalah Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat serta mempercayakan keselamatan di dalam Nama-Nya.
-
- Kita sedang diselamatkan saat ini disebut dengan “proses pengudusan/penyucian”.
Orang yang menaruh pengharapan di dalam Yesus Kristus akan menyucikan diri di dalam Dia supaya seperti Dia yang adalah suci. Kita bertanggung jawab untuk hidup dalam penyucian dari hari ke hari sebagai proses sedang diselamatkan.
Introspeksi: sudahkah kita makin hari makin hidup benar dan suci melepaskan diri dari ikatan-ikatan dosa? Misal: sudah lepas dari kecanduan merokok, judi, main perempuan dll.? Tanda dari orang yang sudah diselamatkan ialah dalam hati muncul dorongan yang tidak terelakkan untuk hidup dalam kesucian. Dia akan alergi kalau hidup di dalam dosa. Ilustrasi: orang yang biasa hidup dalam kebersihan ketika jatuh basah kuyub dari sepeda motor ke dalam kubangan air kotor berbau akibat banjir pasti akan segera berdiri, pulang dan mandi supaya bersih dan berbau wangi. Demikian pula orang yang mengaku sudah diselamatkan, tidak mungkin enjoy hidup dalam dosa. Dia pasti minta ampun kepada Tuhan dan memohon agar dicabut dari akar dosa yang mengikatnya. Dia rindu untuk hidup dalam kesucian.
-
- Kita dibenarkan, dikuduskan, dan kelak disempurnakan.
Ini merupakan masa depan orang yang memiliki keselamatan. Memang belum nyata keadaan kita kelak tetapi yang jelas kita akan menjadi sama seperti Yesus. Dengan demikian kita dapat menyambut penghakiman dengan sukacita karena dalam keseharian kita rindu hidup dalam kekudusan.
- Orang yang memiliki kesaksian (ay. 2-3).
Orang yang memiliki keselamatan pasti mempunyai kesaksian karya keselamatan dalam bentuk nyanyian baru. Karya keselamatan dinyanyikan di hadapan Tuhan sebagai ucapan syukur di mana pun dan kapan pun.
Yang dimaksud nyanyian baru ialah pengalaman-pengalaman baru yang kita alami bersama Tuhan – tiap hari kita tentu mengalami perbuatan ajaib Tuhan dalam menghadapi pergumulan hidup. Contoh: lagu (lama) yang sama dapat dinyanyikan di masa kanak-kanak, kuliah, bekerja, menjadi orang tua tetapi dengan pengalaman berbeda. Demikian pula dengan pemberitaan Firman Tuhan, walau cerita yang dikisahkan sama, pesan Firman yang kita peroleh berbeda sesuai dengan kebutuhan kita saat itu. Misal: begitu Musa dan Miryam lolos dari kejaran Firaun dan tentara-tentaranya yang tenggelam di Laut Teberau, mereka menyanyikan pujian syukur kepada Tuhan (Kel. 15:1-21); Hana menyanyi setelah doanya dikabulkan dan dia mempunyai anak Samuel (1 Sam. 2); Maria menyanyi memuliakan Tuhan setelah diberitahu akan mengandung bayi Yesus (Luk. 1:46-55). Mereka menyanyikan nyanyian baru berdasarkan pengalamannya masing-masing.
Karya keselamatan yang dinyanyikan juga harus dikabarkan dan diceritakan (secara kronologis dengan detail) dari hari ke hari. Kita menceritakan dengan urut dan detail perbuatan-perbuatan ajaib yang Tuhan sudah kerjakan dalam kehidupan kita kepada keluarga, teman dan kerabat kita. Bagaimana mungkin kita menyuruh anak dan keluarga rajin serta setia ke gereja sementara mereka tidak melihat keubahan hidup kita? Tuhan memerintahkan bangsa Israel bahwa mereka harus mengajar anak-anaknya berulang-ulang di mana pun tentang perbuatan-perbuatan-Nya yang luar biasa dalam membebaskan bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir.
- Orang yang mengembalikan kemuliaan Tuhan (ay. 4-9).
Apakah kita betul-betul menyadari kemuliaan Tuhan? Seperti apa kemuliaan, kekudusan dan kebesaran Tuhan? Jujur pikiran manusiawi kita tidak dapat menggambarkan bagaimana besar dan luar biasanya Tuhan sehingga Ia sangat layak dipuji dan disembah. Ia tidak dapat dibandingkan dengan allah-allah dari bangsa-bangsa yang semuanya sia-sia. Tuhan adalah Pencipta langit dan keagungan, semarak serta kehormatan ada di tempat di mana pun Ia hadir. Dalam penglihatan, Yehezkiel menulis bagaimana agungnya Allah – bagaikan suasa (campuran emas dan tembaga) mengkilat dikelilingi sinar dan angin badai serta awan dengan api berkilat-kilat (Yeh. 1:4) juga di tengah-tengahnya ada empat makhluk hidup menyerupai manusia (ay. 5). Kemuliaan Allah yang dahsyat tidak hanya mengagungkan tetapi juga menakutkan, membuat orang gemetar karena tampak kekuatan dan kehormatan ada di tempat kudus.
Kita yang menerima kasih karunia Tuhan mendapat bagian di dalam kekuatan dan kemuliaan-Nya. Pernahkah kita bayangkan dari mana kekuatan untuk datang beribadah di hari Minggu? Bukankah hari Minggu paling sulit untuk bangun pagi setelah enam hari bekerja? Jika kita lebih terikat dengan bantal, guling dan selimut, ini sama dengan melecehkan kekuatan Tuhan. Juga bagaimana kita menghadapi tantangan hidup sehari-hari? Semua kekuatan dan pemberian yang baik diturunkan dari Bapa segala terang (Yak. 1:17). Dia memberikan kita kekuatan untuk memperoleh kekayaan (Ul. 8:18), harta benda dan kuasa untuk menikmatinya (Pkh. 5:19).
Namun bagaimana pemazmur menulis tentang kemuliaan Tuhan? “Kepada TUHAN, hai suku-suku bangsa, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya!” (ay. 7-9)
Kekuatan dan kemuliaan yang kita miliki sebagai anugerah dari Tuhan harus kita kembalikan kepada-Nya. Apakah kita mengakui Tuhan di dalam kekuatan, harta benda dan harta yang kita nikmati? Atau kita merasa semua itu hasil kerja keras kita?
Bagaimana kita mengembalikan segala kemuliaan kepada Tuhan?
- Membawa persembahan kepada Tuhan,
Perhatikan, bawalah persembahan dengan hati tulus dan jangan berprasangka buruk persembahan kita membuat pendeta tambah kaya. Persembahan ini bukan untuk pendeta atau gereja tetapi untuk Tuhan.
- Masuk ke pelataran-Nya.
Kita harus ada persekutuan dengan Tuhan dalam pelataran Rumah Allah berarti kita beribadah on site bukan on-line atau streaming kecuali jika kondisi tidak memungkinkan karena sakit atau tugas ke luar kota.
- Sujud menyembah kepada Tuhan dalam kekudusan (ay. 9a)
Kita menyembah kepada Tuhan dan menaklukkan diri di dalam kekudusan-Nya.
- Dalam suasana gemetar, segan, takut (ay. 9b).
Memang Tuhan itu baik tetapi Ia adalah Raja. Apakah ketika datang menghadap-Nya, kita disertai perasaan gentar, takut dan menghormati-Nya?
Introspeksi: sudahkah kita mengembalikan kemuliaan Tuhan dengan tepat? Kita datang ke gereja dengan sikap gentar dan hormat karena akan bertemu dengan Tuhan, Raja di atas segala raja?
Mazmur 96 menjelaskan bahwa Tuhan akan datang untuk menghakimi bumi beserta isinya termasuk manusia. Dalam keadilan Tuhan, semua manusia berdosa akan binasa karena upah dosa adalah maut. Dengan demikian tidak ada alasan menantikan penghakiman Tuhan dengan sukacita kecuali mereka yang memiliki keselamatan, memiliki kesaksian dan tahu diri mengembalikan kemuliaan Tuhan. Amin.