Shalom,
Benarkah pujian-pujian yang kita nyanyikan keluar dari lubuk hati atau karena kita suka menyanyi? Kalau kita menyanyi dengan sepenuh hati, syair dan lirik lagu yang dinyanyikan menjadi pengakuan kita di hadapan Tuhan.
Berkaitan dengan tema “Tertanam di Bait Tuhan”, siapa yang tertanam di bait Tuhan dan siapa yang menanamnya? Jujur kita tidak dapat berbuat baik apa pun kalau Tuhan tidak menolong kita. Kita dapat beribadah dan melayani Dia hanya karena kasih karunia Tuhan dan tertanam di Bait-Nya untuk memuliakan Dia. Jelas kita tertanam di Bait Tuhan oleh sebab kuasa Tuhan bekerja di dalam kehidupan kita.
Kali ini kita mempelajari Mazmur 92, pesan apa yang tertuang di dalamnya?
”Nyanyian untuk hari Sabat. Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi, untuk memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi dan kesetiaan- Mu di waktu malam.....Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaan-Mu, karena perbuatan tangan-Mu aku akan bersorak-sorai.”
Berbicara tentang Sabat, Allah telah menetapkan hari Sabat sejak awal penciptaan setelah enam hari bekerja (Kej. 1). Pada hari ketujuh Allah berhenti bekerja dan memberkati serta menguduskan hari tersebut (Kej. 2:2-3). Hari/tahun ketujuh dan kelipatannya disebut Sabat (Im. 25:4).
Apa yang terjadi pada hari Sabat? Tanpa Sabat tidak ada berkat dan kehidupan. Itu sebabnya Sabat harus dipelihara dan diperingati turun temurun; siapa melakukan pekerjaan di hari yang kudus itu akan dihukum mati (Kel. 31:12-14). Dengan merayakan Sabat turun-temurun, hubungan kita dengan Tuhan menjadi peringatan di dalam Sabat. Kita hidup dalam kuasa Firman Tuhan karena kita dipanggil untuk diselamatkan (tidak dihukum mati) dan memiliki hukum Sabat.
Kita, orang asing, diperkenalkan tentang Sabat Tuhan bahkan ditarik oleh-Nya untuk beroleh keselamatan melalui pengurbanan Yesus disalib (bnd. Yoh. 12:32).
Sesungguhnya Sabat adalah berkat ketenangan dan perhentian dari Tuhan bagi kita juga panggilan untuk beroleh hidup bersama-Nya (Ef. 2:12-13).
Tuhan sudah berbuat baik sejak awal penciptaan hingga sekarang dan kita hidup dalam kebaikan-Nya. Apa yang dapat kita lakukan? Menyanyi, mengagungkan, memazmurkan Nama Tuhan dan memberitakan kasih setia-Nya.
Kita percaya akan adanya langit dan bumi baru sebagai Sabat penutup akhir zaman. Untuk itu kita harus tertanam di Bait Tuhan memperoleh makanan bernutrisi pemberian Tuhan agar tetap hidup mengeluarkan buah. Ilustrasi: tanaman yang sengaja dirawat dan dipelihara sangatlah beda dengan tanaman liar.
Kita yang tertanam di Bait-Nya hidup di dalam Kristus dan berakar serta dibangun di atas Dia (Kol. 2:6-7). Apa yang dilakukan Yesus terhadap Bait Allah?
- Ketika berumur 12 tahun, Yesus pergi ke Yerusalem merayakan Paskah di Bait Ia tetap tinggal di sana tanpa sepengetahuan orang tua-Nya hingga mereka mencari-Nya dan menemukan Ia berada di Bait Allah mendengarkan dan bertanya kepada alim ulama. Ketika ibu-Nya bertanya mengapa Dia tidak ikut pulang dengan mereka, Yesus menjawab Ia harus berada di dalam rumah Bapa-Nya (Luk. 2:48-49).
- Ketika mendapati Bait Allah dijadikan tempat jual ternak dan penukar uang, Yesus membuat cambuk dan mengusir mereka sambil mengatakan jangan membuat rumah Bapa-Nya menjadi tempat berjualan (Yoh. 2:16).
Terbukti Yesus sangat peduli dan memerhatikan Bait Tuhan; itu sebabnya kita harus berakar di bait-Nya untuk beroleh pemeliharaan makanan agar dapat bertumbuh menghasilkan buah untuk dinikmati.
Apa konsekuensinya bila tidak tertanam di Bait Tuhan? Orang bodoh dan orang bebal tidak mengerti rancangan Tuhan sementara orang fasik bertunas seperti tumbuh-tumbuhan (liar) dan orang-orang yang melakukan kejahatan berkembang; mereka akan dipunahkan untuk selama-lamanya (ay. 6-8). Tuhan mengadakan pembelaan terhadap mereka yang tertanam di Bait-Nya (ay. 9-10) juga yang memahami Sabat sesungguhnya. Bukankah mereka yang tidak menguduskan Sabat akan dihukum mati (Kel. 31:14)?
Intropeksi: sudahkah kita menghormati Sabat – hari perhentian – untuk menaikkan syukur kepada Tuhan? Marilah beribadah dan melayani Tuhan bukan karena di(ter)paksa tetapi dengan rela hati. Firman Tuhan telah mengajari kita untuk menghitung hari-hari agar kita beroleh hati bijaksana (Mzm. 90:12) alias tidak bodoh atau bebal.
Jelas, yang tertanam di Bait Tuhan adalah kebaikan-kebaikan yang menjadi nutrisi dan vitamin dalam hidup kita. Kita belajar tenang tidak gampang meluapkan omelan dan ketidakpuasan; sebaliknya, ucapan syukur keluar dari mulut kita karena banyaknya kebaikan Tuhan dilimpahkan kepada kita. Jangan berpikir keberhasilan dalam keuangan, kesehatan dll. adalah hasil usaha dan jerih payah sendiri, Tuhanlah Pemberinya.
Apa klimaks kebaikan Tuhan bagi orang-orang yang tertanam di Bait-Nya?
Sampai masa tua pun mereka masih berbuah (ay. 13-16). Mereka bersyukur telah ditanam Tuhan di Bait-Nya dan berbuah untuk dapat dinikmati oleh-Nya. Kiranya Tuhan berkenan atas pujian syukur dan persembahan tulus mereka sebab Allah menciptakan manusia dengan tujuan memuliakan dan mengagungkan Dia.
Persembahan apa yang orang tua dapat berikan kepada Tuhan? Bukan lagi tenaga atau kekuatan yang dapat dibanggakan bukan pula keluhan-keluhan karena Tuhan lebih tahu kelemahan orang tua daripada orang lain tetapi hati tulus yang bersyukur kepada-Nya. Bila persembahan kita diperkenan (tidak ditolak) oleh-Nya, kita berada di dalam satu keluarga Allah. Semua ini terjadi oleh karena kita menghargai kurban Kristus.
Hendaknya kita tertanam di Bait Tuhan, berakar dan bertumbuh hingga di masa tua pun dapat menghasilkan buah yang dapat dinikmati oleh Tuhan dan sesama. Kita juga menghormati Sabat dengan mengucap syukur kepada Tuhan atas semua kebaikan-Nya yang telah mengaruniakan keselamatan sehingga kita terlepas dari hukuman mati kekal untuk mengalami ketenangan bersama-Nya di bumi dan langit baru selama-lamanya. Amin.