Shalom,
Ketika menanam sebuah pohon, kita pasti mempunyai rencana dan tujuan untuk apa pohon itu ditanam. Tentu kita mengharapkan hasil dari tanaman itu, misal: daunnya berkhasiat untuk obat-obatan atau bunganya yang harum nan cantik untuk memperindah ruangan atau buahnya yang lezat untuk dimakan. Tidak mungkin kita menanam tumbuh-tumbuhan dan tak lama kemudian kita mencabut atau menebangnya gara-gara bosan atau tidak suka kecuali kalau ada kebutuhan mendesak.
“Tertanam di Bait Tuhan” merupakan perkataan puisi yang mengumpamakan manusia bagaikan pohon yang seharusnya ditanam di bait Tuhan.
Mazmur 92 merupakan lagu wajib bagi bangsa Israel untuk dinyanyikan di hari Sabat (ay. 1) dan mereka mempunyai kebiasaan melantunkan lagu-lagu khusus untuk dinyanyikan di hari pertama, kedua. dst.
Apa yang dimaksud dengan Sabat? Hari Sabat (hari ketujuh) adalah hari perhentian (dari kerja) yang harus diperingati dan dipelihara selama-lamanya. Hukuman mati siap menimpa mereka yang melanggarnya (Kel.31:12- 17). Allah sendiri berhenti bekerja di hari ketujuh setelah enam hari bekerja menciptakan alam semesta termasuk manusia di dalamnya (Kej. 2:2-3).
Melalui Mazmur 92 ini kita bisa memahami apa yang dimaksud dengan “Tertanam di Bait Tuhan” dalam konteks Sabat, yakni:
- Mempunyai kegiatan menjalin relasi kasih dengan Tuhan (ay. 2-5).
“Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama- Mu, ya Yang Mahatinggi,untuk memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi dan kesetiaan-Mu di waktu malamdengan bunyi-bunyian sepuluh tali dan dengan gambus dengan iringan kecapi.Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaan-Mu karena perbuatan tangan-Mu aku akan bersorak- sorai.”
Memang orang Yahudi dilarang bekerja secara fisik tetapi bukan berarti mereka nganggur total di rumah. Mereka wajib melakukan kegiatan bersyukur, menyanyikan mazmur, memberitakan kasih setia Tuhan, membaca Taurat bahkan mempersembahkan kurban bakaran khusus di hari itu. Semua ini dilakukan untuk menjalin relasi dengan Tuhan. Demikian pula dengan kita yang tertanam di Bait Allah, apa pun kegiatan kita sehari-hari, sebagai bukti kita tertanam di Bait Tuhan, kita selalu menjalin relasi intim dengan Tuhan.
Apa yang mendasari hubungan kasih ini? Karena perbuatan tangan-Nya (ay.5). Bagi bangsa Israel, Tuhan telah membebaskan mereka dari perbudakan bangsa Mesir dengan tangan Tuhan yang teracung (Kel. 6:6). Itu sebabnya mereka bersorak-sorai memuliakan Dia. Sementara bagi kita, perbuatan tangan Tuhan yang ajaib dibuktikan dengan keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus karena kasih-Nya (1 Yoh. 4:10). Oleh sebab itu kita harus memuliakan Tuhan dengan pemahaman benar – membaca Firman, beribadah dan berdoa – didasari oleh kasih Allah. Jangan bertindak seperti bangsa Israel yang melakukannya sekadar karena peraturan dan tradisi bahkan lebih parah lagi di zaman Yesus mereka memakai peraturan Sabat untuk menghakimi Yesus yang menyembuhkan orang mati sebelah tangan di hari Sabat (Mat. 12:9-15a). Yesus dengan tegas mengatakan bahwa keselamatan manusia jauh lebih penting daripada peraturan hari Sabat. Sebetulnya kegiatan di hari Sabat justru bertujuan mengungkapkan kasih kepada Allah karena Ia lebih dahulu mengasihi kita.
Introspeksi: sejauh mana relasi kita dengan Tuhan yang telah mengasihi kita? Tekunkah kita membaca Firman Tuhan dan doa serta rajin beribadah kepada-Nya tanpa paksaan dan intimidasi?
- Memahami rancangan Allah yang kekal terhadap kita dengan menjaga kekudusan dan tidak kompromi dengan dosa (ay.6-12).
“Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan- Mu. Orang bodoh tidak akan mengetahui dan orang bebal tidak akan mengerti hal itu. Apabila orang- orang fasik bertunas seperti tumbuh-tumbuhan dan orang-orang yang melakukan kejahatan berkembang, ialah supaya mereka dipunahkan untuk selama-lamanya.....semua orang yang melakukan kejahatan akan diceraiberaikan.Tetapi Kautinggikan tandukku seperti tanduk banteng, aku dituangi dengan minyak baru;mataku memandangi seteruku, telingaku mendengar perihal orang-orang jahat yang bangkit melawan aku.”
Pemazmur mengajak kita untuk memahami apa rancangan Tuhan bagi orang-orang yang tertanam di Bait- Nya. Sepertinya Tuhan terlihat kejam, pilih kasih dan membeda-bedakan orang bodoh, bebal, fasik akan dipunahkan sedangkan mereka yang tertanam di bait-Nya ditinggikan dan diselamatkan.
Benarkah Tuhan kejam dan pilih kasih? Sama sekali tidak! Seperti pohon yang ditanam ada tujuannya dan tidak mungkin hari ini ditanam, besok dicabut karena bosan apalagi Tuhan! Ia “menanam” kita untuk kekekalan. Jangan pernah menyepelekan keselamatan melalui pengampunan darah Yesus yang berkuasa sampai pada kekekalan (Ibr. 10:14)! Ternyata “tertanam di bait Tuhan” melalui kuasa darah-Nya yang sempurna merupakan jaminan sampai pada kekekalan.
Mengapa harus ada yang dibinasakan? Karena Tuhan tidak mau kompromi dengan dosa. Namun jangan disalahartikan dengan kasih karunia Tuhan yang telah mati bagi kita kemudian kita berpikir Ia tidak mungkin menghukum kita yang telah diampuni-Nya. Kita menganggap berbuat dosa sedikit (berbohong, menipu kecil- kecilan) karena kepepet tidak masalah dan Tuhan akan mengampuni kalau kita datang kepada-Nya. Perhatikan, walau Ia penuh kasih karunia, Tuhan tetap tidak pernah kompromi dengan dosa. Jadi jangan sengaja berbuat dosa dengan berpikir bahwa Tuhan pasti mengampuni kalau kita minta ampun kepada-Nya. Jika punya pemikiran semacam itu, ditakutkan kita ternyata memang belum “tertanam di Bait Tuhan”.
Kalau begitu apa yang harus kita lakukan agar terhindar dari hukuman Tuhan? Kita harus selalu menjaga kekudusan. Kalau kita mengerti rancangan keselamatan Tuhan yang kekal, kita tidak akan bermain-main dengan kasih karunia-Nya dan kurban Kristus yang begitu mahal. Jangan menyalibkan Yesus untuk kedua kalinya (Ibr. 6:6)!
- Mengalami pertumbuhan senantiasa hingga usia berapapun tetap segar dan menghasilkan buah (ay. 13- 16).
“Orang benar akan bertunas seperti pohon korma akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah menjadi gemuk dan segar untuk memberitakan bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya.”
“Bertunas”, “tumbuh subur”, berbuah”, “memberitakan”, “menjadi gemuk dan segar” merupakan kata kerja aktif sedangkan “ditanam” termasuk kata kerja pasif. Siapa yang ditanam di Bait Tuhan? Orang-orang benar.
Orang benar ditanam di Bait Tuhan, ini bukan hasil usaha maupun kemauan sendiri sebab tidak ada seorang pun benar dihadapan Allah (Rm. 3:10). Mereka dibenarkan oleh Tuhan dan beroleh anugerah dari-Nya.
Tertanam di Bait Tuhan / Tabernakel, sebenarnya tidak ada artinya jika tanpa kehadiran Tuhan. Perabot- perabot di dalamnya hanya berupa benda-benda mati jika tidak ada penghuninya sehingga tertanam di Bait Tuhan memiliki pengertian tertanam di dalam Kristus.
Sebuah pohon tidak dapat menanam dirinya sendiri (pasif) tetapi harus ada orang lain yang menanamnya. Namun pohon tersebut memiliki tanggung jawab untuk aktif mengeluarkan tunas, bertumbuh subur, berbunga dan berbuah. Demikian pula tanggung jawab kita sebagai orang yang sudah ditanam di dalam Kristus harus aktif bertumbuh menghasilkan buah. Jangan salahkan orang lain (pendeta, jemaat, sesama pelayan, bahkan Tuhan) kalau kita tidak bertumbuh! Jelas ini merupakan tanggung jawab kita untuk bertumbuh. Ilustrasi: pemilik pohon ara mau menebang pohonnya karena tidak menemukan buah pada pohon itu setelah ditunggu selama tiga tahun. Namun pengurus kebun mencegahnya dan berusaha mencangkul tanah sekelilingnya dan memberinya pupuk dengan harapan akan berbuah tahun depan, jika tidak, pohon itu boleh ditebang (Luk. 13:6-9). Semua usaha telah Tuhan lakukan bagi kita setelah menanam kita (menyirami, mencangkuli tanah sekeliling, memberi pupuk dll.). Kalau rohani kita tidak bertumbuh baik, kita harus koreksi diri apa yang salah dalam diri kita; jangan melimpahkan tanggung jawab kita kepada orang lain.
Mazmur 92 menyebut pohon kurma (diharapkan menghasilkan buah) dan pohon aras (bertumbuh besar untuk diambil batang kayunya). Berbicara mengenai buah, pohon yang menghasilkan buah itu tidak pernah memakan buahnya sendiri tetapi untuk dinikmati oleh orang lain. Menjadi anak Tuhan yang ditanam di Bait- Nya dan dibenarkan oleh-Nya bertujuan untuk menghasilkan buah bagi Tuhan dan sesama.
Pertanyaan: apa tujuan utama kita mengikut Tuhan? Apakah berharap mendapat berkat kekayaan, kesembuhan, kehormatan, kedudukan dst.? Ingat, kita harus berbuah menjadi berkat bagi sesama melalui perilaku, sikap dan tutur kata kita. Itulah tujuan utama kita ikut Tuhan.
Bagaimana pertumbuhan rohani dikaitkan dengan pengajaran Tabernakel?
- Percaya kepada Yesus→ Pintu Gerbang
- Bertobat→ Mazbah Kurban Bakaran
- Lahir baru→ Bejana Pembasuhan
(Tiga point tersebut di atas tergolong dalam Pelataran)
- Tekun mendalami Firman Tuhan→ Meja Roti Sajian
- Tekun didalam persekutuan→ Kandil Emas
- Tekun di dalam doa→ Mazbah Pembakaran Ukupan
(Tiga point tersebut di atas tergolong dalam Tempat Kudus)
Kita tertanam di Bait Tuhan dan dapat bertumbuh dengan menyerap sari-sari makanan Firman Tuhan (Meja Roti Sajian), menerima sinar matahari dalam terang persekutuan (Kandil Emas), dan senantiasa menghirup udara itulah kehidupan doa (Mazbah Pembakaran Ukupan). Harus diakui pertumbuhan rohani tidak terlihat secara instan dalam waktu dekat; untuk itu dibutuhkan ketekunan di dalam penggembalaan.
Klimaks dari pertumbuhan rohani yang menjadi bonus bagi kita ialah: pada masa tua pun masih berbuah, menjadi gemuk dan segar untuk memberitakan bahwa Tuhan itu benar (ay. 15-16).
Jujur, orang tua berusia lanjut banyak mengeluh dengan kondisi fisiknya yang menurun– munculnya pelbagai penyakit juga keterbatasan dalam beraktivitas sehingga terkadang merasa hidup tidak berguna lagi. Apa pun keadaannya, orang yang lanjut usia tidak perlu minder karena Firman Tuhan memberi kekuatan dan penghiburan bahwa sampai masa tua pun mereka masih berbuah, tetap segar (rohani) untuk memberitakan kebaikan Tuhan. Manusia jasmani boleh makin merosot tetapi manusia batiniah diperbarui dari hari ke hari (2 Kor. 4:16-18).
Yang penting, orang tua di usia lanjut tetap memiliki relasi intim dengan Tuhan dan menjadi berkat bagi generasi muda juga teladan hidup kudus serta dapat memberikan nasihat yang menguatkan bagi generasi muda.
Bukti kita tertanam dalam Bait Tuhan ialah kita memiliki relasi intim dengan Tuhan, menjaga kekudusan dan tidak kompromi dengan dosa serta terus bertumbuh hingga lanjut usia menghasilkan buah yang dapat dinikmati oleh orang-orang di sekitar sehingga Nama Tuhan dipermuliakan. Amin.