• MENEMUKAN TUHAN YANG MAHATINGGI
  • Mazmur 83
  • Lemah Putro
  • 2024-03-24
  • Pdp. Arnold Sutandharu
  • https://gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1542-menemukan-tuhan-yang-maha-tinggi-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
menemukan-tuhan-yang-maha-tinggi

Shalom,

Kita masih mempelajari Kitab Mazmur dan kali ini kita meneruskan pembacaan Mazmur 83 yang menuliskan, “Ya Allah, janganlah Engkau bungkam, janganlah berdiam diri dan janganlah berpangku tangan, ya Allah! Sebab sesungguhnya musuh-musuh-Mu ribut, orang-orang yang membenci Engkau meninggikan kepala. Mereka mengadakan permufakatan licik melawan umat-Mu dan mereka berunding untuk melawan orang-orang yang Kaulindungi.” (ay. 2-4)

Kita tahu Asaf adalah seorang imam Lewi yang ditunjuk oleh Raja Daud sebagai pemimpin pujian di Kemah Suci hingga terbangunnya Bait Suci oleh Raja Salomo. Di masa-masa selanjutnya, dia disebut sebagai pelihat/nabi di era Raja Hizkia (2 Taw. 29:30).

Mazmur 83 merupakan tulisan terakhir dari Asaf bernadakan permohonan doa minta pertolongan kepada Allah atas ancaman musuh-musuh Israel. Ancaman musuh – diganggu, dikejar, dirongrong – sudah ada sejak mereka masuk Tanah Kanaan melintasi zaman hakim-hakim, raja-raja bahkan sampai hari ini mereka mengalami ancaman yang sama. Dengan demikian doa Asaf dapat pula dikatakan sebagai doa nubuatan yang berlaku hingga sekarang. Namun yang menarik terdapat di ayat-ayat terakhir dari Mazmur 83 ini yang menuliskan, “penuhilah muka mereka dengan kehinaan supaya mereka mencari nama-Mu, ya TUHAN! Biarlah mereka mendapat malu dan terkejut selama-lamanya; biarlah mereka tersipu-sipu dan binasa supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama TUHAN, Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.” (ay. 17-19)

Berbicara mengenai TUHAN Yang Mahatinggi di sepanjang Kitab Perjanjian Lama, ditemukan Ia selalu menolong:

  • Mereka yang kecil, lemah, terzalimi, terdesak dan tidak kuat untuk menang sendiri tanpa pertolongan TUHAN Yang Mahatinggi. Ternyata umat Israel termasuk bangsa minoritas/kecil yang tidak mungkin dapat mengatasi sendiri ancaman-ancaman dari musuh dan herannya TUHAN Yang Mahatinggi selalu menolong mereka.
  • TUHAN yang Mahatinggi bertakhta di atas seluruh kuasa yang ada di Ia menjadi Raja di atas segala raja dan semua bangsa takluk kepada-Nya. Ia menghakimi dan memerintah atas bangsa-bangsa.

Selain TUHAN Yang Mahatinggi (El-Elyon), Ia juga dijuluki TUHAN Yang Mahakuasa (El-Shaddai). Jelas, TUHAN Yang Mahatinggi selalu membela mereka yang tertindas.

Bila kita mencermati lebih teliti Mazmur 83 ini, Asaf mengadukan dua pihak yang bersengketa, yakni:

  • Musuh-musuh TUHAN yang meninggikan kepala (ay. 3).
  • Umat Israel menghadapi musuh-musuh TUHAN yang licik (ay. 4).

Kedua-duanya akan menemukan TUHAN Yang Mahatinggi.

Pada sesi ke-1 ini kita membahas lebih lanjut bagaimana musuh-musuh bertemu dengan TUHAN Yang Mahatinggi (El-Elyon) melalui serentetan pengalaman:

  • Pemberontakan (ay. 2-5).

Musuh-musuh yang membenci Allah ini suka membuat keributan dengan suara-suara mengancam. Mereka tidak langsung turun tangan tetapi melakukannya dari kejauhan. Mereka meninggikan kepala menantang Allah padahal seharusnya mereka di bawah perintah Allah. Mereka hendak memberontak kepada-Nya bahkan mengadakan permufakatan licik melawan umat-Nya.

Siapa musuh-musuh Allah ini? Mereka adalah bangsa Edom, orang Ismael, Moab, Hagar, Gebal (orang pegunungan), Amon, Amalek, Filistea, Tirus, Asyur yang ingin menduduki tempat-tempat kediaman Allah (ay. 6-9, 13). Kesepuluh bangsa ini dekat dan berbatasan langsung dengan bangsa Israel. Bahkan bangsa Moab, Amon, Edom masih bersaudara tepatnya sepupu karena semua keturunan Abraham. Ketika bangsa Israel mau masuk Kanaan, mereka diwanti-wanti Tuhan yang berpesan kepada Musa untuk tidak membuat masalah jika melewati daerahnya orang Amon, Edom dan Moab. Orang Israel dilarang merebut tanah mereka karena tanah itu pemberian dari-Nya.

Kalau begitu siapa musuh-musuh Allah bagi kita sekarang? Ternyata bukan hanya orang-orang yang tidak/belum percaya Tuhan tetapi bisa jadi juga orang-orang dekat kita (keluarga, orang-orang di dalam gereja) yang tidak kita sadari. Bisa jadi, kita sendiri adalah musuh Umat Tuhan.

Benarkah orang yang datang ke gereja bertujuan beribadah dan menyembah Tuhan? Belum tentu, seperti dikatakan oleh Stefanus dalam pembelaannya sebelum mati syahid bahwa bangsa Israel tidak sabar menunggu kedatangan Musa lalu membuat anak lembu emas untuk disembah, tersesat dalam ibadah yang salah. Mereka kira mereka beribadah kepada Allah tetapi sejatinya mereka mengusung kemah Molokh, beribadah kepada dewa Refan juga patung-patung untuk disembah (Kis. 7:40-43).

Introspeksi: benarkah kita beribadah menyembah Tuhan atau ibadah kita keliru/melenceng sehingga kita menjadi musuh-Nya? Waspada, di hari-hari terakhir ini manusia mencintai diri sendiri, menjadi hamba uang, sombong, pemfitnah, memberontak kepada orang tua, tidak tahu berterima kasih, tidak memedulikan agama, menjalankan ibadah lahiriah tetapi memungkiri kekuatannya (2 Tim. 3:1-5).

Ibadah berkekuatan/berkuasa mengubah pola hidup lama kita menjadi manusia baru. Jadi ibadah sejati bukan karena sering dan rutinnya kita datang ke gereja tetapi adakah kita mengalami keubahan hidup menjadi lebih baik daripada sebelumnya (tidak lagi menyimpan iri hati, suka memberontak, mempertahankan ego dll.). Waspada akan hukuman Tuhan bagi mereka yang menyombongkan diri seperti Nebukadnezar (Dan. 4); Korah, Datan, Abiram dengan keluarga mereka hidup-hidup ditelan bumi yang menganga akibat pemberontakan mereka (Bil. 16); juga Miryam (nabiah dan orang dekat terhitung dalam bilangan Israel) terkena kusta akibat memberontak kepada Musa, adiknya, karena iri akan pemakaian Allah terhadap Musa (Bil. 12:1-3).

Bagaimana dengan kita yang sudah termasuk dalam bilangan warga gereja jemaat Allah? Masihkah manusia lama kita bercokol dengan memelihara tabiat-tabiat dosa (sakit hati, dendam, gosipping, dll.) menyebabkan terpecah belahnya jemaat? Demikian pula Gembala-Penatua akan menjadi musuh Allah jika masih suka menuduh jemaat tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu atau tidak mempraktikkan keadilan di dalam kepemimpinannya. Kita juga menjadi musuh Allah jika kita masih suka “menikam dari belakang”. Marilah kita bertobat kalau saat ini masih diberi kesempatan untuk beroleh pemulihan dari-Nya.

Apa yang terjadi akibat dari pemberontakan ini?

  • TUHAN Yang Mahatinggi membela umat-Nya, memunahkan musuh-musuh (ay. 10-15). Sejarah membuktikan El-Elyon melawan orang-orang Midian (Oreb, Zeeb, Zebah, Salmuna) dengan membangkitkan Gideon bersama 300 orang mengusir, menghabisi dan menjarah puluhan ribu musuh (Hak. 8). Untuk Sisera dan Yabin, Allah membangkitkan Debora dan Barak kemudian menggunakan seorang wanita, Yael, untuk membunuh Sisera (Hak. 4). Walau melawan musuh tidak terhitung banyaknya yang menggunakan kereta besi, Allah tetap mampu menghancurkan mereka semua. Peristiwa semacam ini akan ulang berulang terjadi hingga di masa depan pun sesuai doa dari Asaf.

Musuh-musuh dihalau dan terpencar seperti dedak jerami yang ditiup angin lalu hilang tidak berbekas juga seperti gunung yang hangus terbakar api menjadi asap. Mereka dikejar oleh pemusnahan dan terkejut (trauma) hingga hilang kemampuan, semangat dan keberanian untuk melanjutkan konflik. Mereka trauma tidak mau dekat-dekat dengan Israel karena mereka telah direndahkan, dipermalukan menuju kepunahan. Contoh: akibat menyombongkan diri, Nebukadnezar punah akal sehatnya dan menjadi seperti binatang (Dan. 4:33). Akibat pemberontakan, Korah beserta rumah tangga dan harta kekayaannya punah. Juga Miriam terkena penyakit kusta sehingga terancam punah dari hubungan keluarga akibat memberontak kepada Musa (Bil. 12:5-10). Hati- hati siapa pun dia (entah orang yang dibela Tuhan maupun musuh) bila berhadapan langsung dengan TUHAN yang Mahatinggi!

Introspeksi: apakah kita sekarang sedang dalam posisi mengalami “pemunahan” dari Tuhan? Kondisi keuangan, kesehatan, pekerjaan merosot menuju “pemunahan”? periksa diri apakah kondisi seperti ini terjadi akibat pemberontakan kita kepada-Nya sehingga menjadi musuh Tuhan? Kalau bukan, pengalaman “kemerosotan” ini merupakan proses bertumbuh di dalam Dia.

  • Pemulihan terjadi (ay. 16-19).

Perlu diketahui justru proses “pemunahan” menjadi jalan Tuhan untuk memberikan pemulihan. Contoh: kekuatan, kekayaan, kesehatan, kepandaian, harga diri direndahkan hingga “nol” sehingga tidak lagi ada yang patut dibanggakan namun justru dalam kondisi ini hati dan pikiran akan (kembali) mencari TUHAN Yang mahatinggi. Bukankah sering berlaku “yang terdahulu menjadi yang terkemudian” karena “yang terkemudian” (musuh/lawan yang sebelumnya ingin merusak Nama Tuhan juga mengganggu kita) malah berbalik lebih dahulu kepada Tuhan?

Sebenarnya pemunahan merupakan jalan Tuhan supaya kita mau rendah hati. Kalau kita tidak mau kembali ke titik nol untuk rendah hati, kita akan tetap dalam kebinasaan dan punah. Sebaliknya, kalau kita mau bertobat, Tuhan akan memulihkan kondisi kita. Contoh: Nebukadnezar direndahkan sedemikian rupa hingga hidup seperti hewan tetapi ketika bertobat mengakui Allah yang Mahatinggi, akal sehatnya dikembalikan. Walau Korah beserta keluarga dan harta kekayaannya hancur ditelan bumi, keturunannya masih melayani bahkan nyanyian-nyanyiannya di Mazmur menjadi top hit sepanjang masa. Demikian pula dengan Miriam, setelah menyadari kebodohannya tidak mengerti kehendak Allah dan dikucilkan selama tujuh hari dia diterima kembali di dalam keluarga Allah (Bil. 12:11-15).

Menariknya, Musa yang menjadi sasaran dari musuh Allah ini berperan mendoakan Miryam. Di akhir kisah Ayub, dia mendoakan teman-temannya yang tidak benar di hadapan Tuhan. Bukankah Yesus saat dikepung oleh musuh-musuh Allah yang menyalibkan-Nya di atas kayu salib juga memohon Bapa-Nya untuk mengampuni mereka sebab mereka tidak tahu apa yang dilakukannya? Inilah fungsi kita sekarang dalam posisi keimamatan. Kita menjadi perantara tidak hanya mendoakan mereka yang baik dengan kita tetapi juga musuh Allah agar mereka bertobat dan kembali kepada Tuhan. Dengan berbuat demikian, kita mengerti kehendak Allah.

Sebenarnya baik umat Tuhan maupun musuh Tuhan akan bertemu dengan TUHAN Yang Mahatinggi karena sejatinya semua makhluk adalah ciptaan Tuhan dan Tuhan berkuasa atas mereka semua. Bedanya, umat-Nya mengalami pembelaan Tuhan saat bertemu dengan-Nya sementara musuh-musuh-Nya akan mengalami PEMUNAHAN akibat PEMBERONTAKAN mereka tetapi Ia masih berkehendak menyelamatkan dan membawa mereka keluar dari kegelapan agar mereka kembali kepada-Nya untuk mengalami PEMULIHAN (Mzm. 107:10- 16). Berada di pihak mana kita? Menjadi umat yang dibela oleh-Nya atau menjadi musuh yang akan dimusnahkan- Nya? Temukan TUHAN Yang Mahatinggi maka kita akan selamat terlindung oleh-Nya. Amin.