Shalom,
Sungguh harus diakui penghormatan dan pengagungan kita kepada Tuhan masih sangat terbatas oleh sebab pengenalan kita kepada-Nya masih jauh dari sempurna. Itu sebabnya kita mau mendengarkan Firman-Nya untuk mengenal Dia lebih dalam.
Kita mungkin tidak mengetahui lirik dan melodi dari mazmur yang dinyanyikan oleh orang Israel tetapi kita tetap semangat mempelajari Mazmur 82 yang ditulis oleh Asaf bertemakan “Jadilah Pemimpin yang Takut akan Tuhan”. Memang Mazmur ini tidak eksplisit mengatakan tentang seorang pemimpin tetapi LAI menyebutkan “Allah berdiri dalam sidang Ilahi”. Sepertinya Asaf mengetahui kondisi persidangan Ilahi. Ilustrasi: di dalam suatu pengadilan, ada yang duduk sebagai hakim, panitera, pengacara, jaksa, terdakwa, saksi.
Tentu Asaf berpandangan persidangan ini tidak terjadi di bumi yang terdiri dari banyak sidang dari negara dan bangsa tetapi di dalam persidangan Ilahi ini, hanya Allah satu-satunya yang berdiri di antara para allah. Ingatkah Rasul Paulus pernah mengatakan kepada jemaat Korintus, bangsa kafir, adanya banyak allah dan tuhan tetapi kita hanya menyembah kepada satu Allah – Allah yang esa – yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan satu Tuhan yaitu Yesus Kristus yang oleh-Nya segala sesuatu dijadikan dan karena Dia kita hidup (1 Kor. 8:4-6). Ternyata tidak semua jemaat Korintus mempunyai pengetahuan tentang hal ini terbukti ada dari mereka yang hati nuraninya lemah karena masih terikat pada berhala-berhala (ay. 7). Mereka mengikuti penyembahan berhala karena kebiasaan dan mitos. Contoh: orang Kristen masih memasang cermin bulat di depan pintu karena cerita dari orang tua mereka yang mengatakan cermin tersebut dapat menolak roh jahat masuk ke rumah. Jelas hati mereka dinodai oleh berhala-berhala yang menyakitkan hati Tuhan. Demikian pula hati bangsa Israel bercabang, selain menyembah Allah mereka juga menyembah allah/berhala lain seperti tertulis dalam Perjanjian Lama.
Siapa yang datang dalam persidangan Ilahi? Iblis juga ada di dalam sidang itu karena Iblis adalah allah orang kafir. Buktinya waktu Rasul Paulus berada di Atena, hatinya begitu sedih melihat kota itu penuh dengan patung berhala (Kis. 17:16).
Perhatikan, perkataan yang keluar dari mulut Allah tidak pernah sia-sia atau bersifat gurauan. Dahulu Ia menampakkan diri kepada bangsa Israel dalam bentuk teofani, sekarang kita mengenal-Nya melalui pembacaan Alkitab dan Asaf yang diurapi Roh Allah menuliskan bahwa Allah berdiri dalam sidang Ilahi di antara para allah. Apa kata-Nya? “Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik?”
Siapa yang dimaksud Allah menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Asaf, seorang imam dari keluarga Lewi, tentu mengetahui bahwa bangsa Lewi mempunyai wewenang dan hak untuk mengadili. Faktanya, banyak orang Lewi tidak memberi keadilan kepada yang lemah dan miskin serta tidak membela hak orang sengsara dan yang berkekurangan (ay. 3). Misal: Hofni dan Pinehas, anaknya imam Eli, malah merampas kurban sembelihan untuk diri mereka sendiri (1 Sam. 2:12-15). Ketidakadilan ini berlaku hingga di era Kitab Maleakhi yang mana para imam menghina nama TUHAN (Mal. 1:6) berakibat Ia mengubah berkat menjadi kutuk bagi mereka (Mal. 2:1-5). Ia juga mengingatkan para imam supaya pengajaran benar ada dalam mulut mereka dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya berdampak banyak orang berbalik dari kesalahannya dan bertobat (ay. 6).
Introspeksi: benarkah kita menyimpan Firman Tuhan dalam hati? Dan sudahkah kita mengambil keputusan dengan adil? Juga perkataan apa yang keluar dari mulut bibir kita? Apakah perkataan mengandung berkat yang membuat orang di sekitar (anak, orang tua, tetangga, teman dst.) disadarkan akan kesalahannya kemudian ikut percaya Yesus dan bertobat? Marilah kita mendoakan juga menjadi kesaksian bagi negara kita yang masih belum sepenuhnya berkeadilan serta berperilaku baik. Hendaknya kita menjadi pemimpin (keluarga, nikah, perusahaan, pelayanan) yang takut akan Tuhan dan tidak menyalahgunakan wewenang dengan semena-mena.
Apa doa Asaf berikutnya? “Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa.” (ay. 8)
Tahukah banyak bangsa saat ini masih dikuasai oleh setan, kejahatan dan kenajisan menyebabkan banyak jiwa dibunuh oleh karena Firman Allah dan kesaksian yang mereka miliki (Why. 6:9)? Ternyata roh orang yang mati syahid masih dapat bersuara kepada Tuhan dan mengeluh, “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan yang benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?” (ay. 10) Mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih dan disuruh beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka yang akan dibunuh sama seperti mereka (ay. 11).
Bagaimana dengan kita yang hidup dalam zona nyaman, enak serta bebas dalam beribadah? Sayang, kondisi semacam ini justru membuat gereja lemah namun akan tiba waktunya penghakiman Allah dijatuhkan yakni tujuh sangkakala (Why. 8 – 11) dan tujuh cawan murka Allah (Why. 15 – 16).
Ketika penghakiman dijatuhkan, semua bangsa marah (Why. 11:18) sebab ada dari mereka yang tidak percaya Tuhan, ada yang merasa dirinya paling hebat tanpa Tuhan, ada yang memiliki kepercayaan sendiri dll. Kita harus mendoakan bangsa Indonesia agar mereka mau percaya kepada Tuhan yang Esa. Kali ini amarah Tuhan datang untuk menghakimi orang-orang mati dan memberi upah kepada mereka yang mati syahid serta membinasakan mereka yang membinasakan bumi.
Apa yang terjadi ketika sangkakala pertama ditiup? Sepertiga bumi terbakar dan sepertiga pohon-pohon serta rumput-rumput hijau terbakar (Why. 8:7). Bukankah Allah menyediakan semua buah dari pohon-pohon di Taman Eden untuk dimakan kecuali buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat (Kej. 2:16-17)? Sementara rumput- rumput untuk makanan binatang? Namun yang terjadi sekarang begitu banyak penebangan liar pohon-pohon mengakibatkan banjir, tanah longsor dll. Tanpa sadar manusia mempercepat penghukuman Allah karena mereka tidak mengelola tanah dengan baik seperti yang diperintahkan kepada Adam sebelum ia jatuh dalam dosa.
Saat sangkakala kedua ditiup, sepertiga dari laut menjadi darah dan sepertiga dari segala makhluk bernyawa di dalam laut mati juga sepertiga dari semua kapal binasa (Why. 8:8-9). Berapa banyak kapal tenggelam juga kapal selam, kapal perang, kapal induk yang siap berperang dan menghancurkan hanya dengan menekan tombol saja? Semua ini terjadi karena dunia telah kehilangan kasih.
Di manakah kita saat peristiwa mengerikan tersebut terjadi? Hendaknya kita menjadi pemimpin yang takut kepada Tuhan agar dilindungi oleh-Nya dan terhindar dari malapetaka yang mengerikan itu sebab ketika penghakiman Allah dijatuhkan tidak ada seorang pun di luar Dia dapat bertahan karena tempat yang paling aman hanya ada di dalam Dia. Amin.