Shalom,
Kita layak bersyukur karena telah disegarkan dan dikuatkan oleh Firman Tuhan juga kehadiran-Nya di dalam hidup kita. Oleh sebab itu sudah sepatutnya kita mengikuti jalan Tuhan.
Apa saran pemazmur Asaf berkaitan dengan ajakan mengikuti jalan Tuhan?
“Bersorak-sorailah bagi Allah, kekuatan kita, bersorak-sorailah bagi Allah Yakub. Angkatlah lagu, bunyikanlah rebana, kecapi yang merdu diiringi gambus. Tiuplah sangkakala pada bulan baru, pada bulan purnama, pada hari raya kita. Sebab hal itu adalah suatu ketetapan bagi Israel, suatu hukum dari Allah Yakub.” (ay. 2-5)
Memang dalam memuji Tuhan, kita menyanyi bersorak-sorai memuliakan Tuhan diiringi oleh pelbagai ragam musik yang dimainkan dengan baik. Namun mengapa Asaf mengajak bangsa Israel mengikut jalan Tuhan? “Sekiranya umat- Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan dan terhadap para lawan mereka Aku balikkan tangan-Ku.” (ay. 14-15)
Pernyataan “sekiranya...” menyiratkan bahwa umat-Nya mendengarkan Dia tetapi tidak melakukan perintah-Nya dan mereka tidak hidup menurut jalan yang ditunjuk-Nya. Seandainya mereka menuruti perintah-Nya, TUHAN berjanji seketika itu juga (tidak perlu menunggu lama) Ia menolong mereka. Sayang, mereka menolak hidup menurut jalan TUHAN padahal sudah dibebaskan dari serangan musuh-musuh (Moab, Filistin dll.).
Introspeksi: apakah kita harus menunggu jawaban dari Tuhan terlebih dahulu baru mengucap syukur atas pertolongan- Nya? Atau kita menutup telinga dan hati untuk tidak mau mendengarkan perintah-Nya juga tidak menurut jalan yang ditunjukkan-Nya? Apakah kita lebih baik daripada bangsa Israel yang tegar tengkuk? Sudahkah kita menghitung kebaikan Tuhan kepada kita? Waspada, musuh kita sekarang ialah penguasa dan roh-roh jahat di udara (Ef. 6:12), dunia dan ego kita (1 Yoh. 2:15-16).
Apa yang diperbuat orang Israel atas pertolongan TUHAN? “Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku dan Israel tidak suka kepada-Ku.” (ay. 12)
Ironis, Israel adalah bangsa pilihan TUHAN yang menerima 10 hukum melalui Musa dan dijabarkan menjadi 613 Mitsvot sebagai perincian dari perintah hukum Taurat. Memang mereka berhimpun untuk beribadah tetapi sekadar memenuhi peraturan keagamaan namun mereka tidak mau mendengar suara-Nya dan tidak suka kepada-Nya.
Tahukah Yesus – Logos, Sang Firman – juga sering tidak didengar untuk ditaati walau orangnya “beribadah” di gereja? Buktinya, lain di dalam gereja lain pula tutur kata dan perilakunya di luar gereja.
Apa konsekuensinya jika tetap tidak mau mengikut jalan yang ditunjukkan Tuhan? “Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!” (ay. 13)
Sesungguhnya Roh Kudus memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13) sebab Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6) dan kebenaran akan memerdekakan kita (Yoh. 8:32). Bukankah kebenaran Allah telah memerdekakan bangsa Israel dari perbudakan selama 430 tahun?
Dapat dibayangkan kalau Tuhan membiarkan bangsa Israel memilih jalan hidupnya sendiri yang berujung pada kematian karena kemungkinan besar mereka memilih jalan lebar yang menyenangkan ketimbang jalan sempit nan sesak tetapi menuju kepada kehidupan.
Perhatikan, jika kita mau (di)merdeka(kan), kita harus kembali kepada jalan Tuhan yang menuju pada hidup kekal. Mengapa? Roma 1:16 menuliskan, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman.”
Kalau kita yakin Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, kita akan sungguh-sungguh (tidak in the mood) dalam beribadah maupun melayani Tuhan.
Memang keselamatan pertama-tama diperuntukkan bagi orang Yahudi; ini bukan berarti Tuhan pilih kasih dan kita, orang kafir, tidak terima kemudian marah kepada-Nya. Apakah kita berhak protes kepada Allah yang membentuk kita? Apakah tukang periuk tidak berhak atas tanah liat yang dibentuknya (Rm. 9:20-21)? Namun kenyataannya, kita sering mengomel kepada Tuhan mengapa kita diciptakan dalam kondisi tidak sesuai seperti yang kita inginkan.
Jelas, kita diselamatkan karena iman kepada Tuhan bukan karena kehebatan pendeta manapun dan kita hidup dibenarkan oleh iman. Mengapa Allah murka terhadap mereka yang hidup dalam kefasikan dan kelaliman? “Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat tetapi mereka telah menjadi bodoh. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama- lamanya, amin. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.” (ay. 21-27)
Introspeksi: sungguhkah kita memuliakan memuliakan Allah dan mengerti bahwa Ia berinkarnasi menjadi manusia Yesus untuk menyelamatkan kita yang berdosa? Atau pikiran kita mendua karena juga percaya akan perdukunan, ramalan shio, horoskop dll.? Kita ke gereja tidak menyembah Allah sebab hati dan pikiran memberhalakan yang lain.
Allah murka sebab mereka tidak memuliakan-Nya. Akibatnya, Allah membiarkan mereka hidup dalam hawa nafsu yang menjijikkan sehingga muncullah penyimpangan seks seperti homoseksual dan lesbian. Dosa kenajisan ini sudah ada di zaman Sodom dan Gomora bahkan di era Nuh, Allah menenggelamkan bumi dengan air bah oleh sebab dosa kejahatan dan kenajisan.
Karena manusia semacam ini tidak (mau) mengakui Allah dan hidup dalam hawa nafsu yang memalukan, akibatnya timbullah pelbagai penyakit menular seksual seperti: sifilis, gonore, herpes genital, HIV dll. Terlebih lagi Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran terkutuk sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas seperti: kelaliman, kejahatan, keserakahan, dengki, pembunuhan, tipu muslihat, kefasikan, pembenci Allah, tidak taat kepada orang tua, tidak mengenal belas kasihan dst. (ay. 28-31). Dunia sekarang makin penuh dengan kebencian sehingga pertikaian dan peperangan dalam keluarga, tetangga, sekolah, pekerjaan bahkan negara terjadi di mana- mana.
Waspada, kalau Tuhan lepas tangan tidak mau menolong, binasalah kita. Hanya Roh Kudus yang mampu menjadikan kita peduli akan keselamatan. Ia menolong kita bagaimana berdoa dan menjadi anak Alllah (Rm. 8:14-15) sebab Yesus menegaskan kita menyembah Bapa di dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:23).
Marilah kita menerima ajakan untuk mengikuti jalan Tuhan karena di dalam Dia kita dimerdekakan dari belenggu dosa untuk menerima keselamatan kekal dan hidup di dalam kebenaran dituntun oleh Firman Tuhan dan Roh Kudus. Selain itu kita dijauhkan dari kehidupan penuh kelaliman dan kejahatan yang berujung pada kebinasaan. Amin.