• GEMBALA BERINTEGRITAS (JOHOR)
  • Johor
  • 2024-02-18
  • Pdm.Jannen Pangaribuan
  • https://gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1524-gembala-berintegritas-johor
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Kita sudah diberkati Tuhan minggu lalu dengan Firman bertemakan “Gembala Penyayang” sekarang kita lanjutkan dengan tema “Gembala berintergritas”.

Mazmur 78 ditulis oleh pemazmur bernama Asaf yang mengisahkan perjalanan umat Israel dari Zoan di Mesir sampai ke Sion, Kanaan atau Yebus nama sebelumnya. Mazmur 78 ini berkaitan erat dengan Mazmur 77 yang berbicara mengenai penggembalaan. Asaf menaruh perhatian terhadap umat Israel seperti kawanan domba dengan Musa dan Harun sebagai gembalanya (Mzm. 77:21). Bangsa Israel benar-benar membutuhkan seorang pemimpin/gembala (Mzm. 78:70-71).

Bukankah kita baru menyelesaikan Pemilu untuk Pilpres dan Pileg dengan anggaran biaya yang sangat besar? Pengeluaran besar ini menunjukkan betapa penting dan berharganya seorang pemimpin bagi rakyat Indonesia. Itu sebabnya benar kata Firman Tuhan yang mengajarkan kita untuk menghormati para pemimpin (rohani) karena mereka memiliki tugas yang sangat besar di hadapan Tuhan (Ibr. 13:7,17).

Tuhan begitu memerhatikan penggembalaan sehingga Ia tampil sebagai Gembala juga memilih serta menetapkan pemimpin-pemimpin atas umat-Nya. Dapat dibayangkan suatu organisasi/kelompok tanpa pemimpin tentu akan menimbulkan kekacauan, tidak terarah bahkan dapat berhenti di tengah jalan. Sebenarnya keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya karena dia berhasil dalam kepemimpinannya tetapi juga berhasil menyiapkan para pemimpin untuk keberlangsungan dari organisasi/kelompok yang dipimpinnya. Contoh: selagi masih hidup, Musa sudah mempersiapkan Yosua untuk meneruskan kepemimpinannya. Daud juga mempersiapkan regenerasi untuk memimpin Kerajaan Israel yakni Salomo. Yesus menetapkan 12 rasul untuk memimpin gereja, umat ketebusan- Nya dst.

Kalau kita mencermati perjalanan umat Israel keluar dari Mesir masuk ke padang gurun sampai tiba di tanah Kanaan, mereka adalah bangsa tegar tengkuk yang berulang kali memberontak kepada Allah membuat-Nya mengambil keputusan untuk menghancurkan mereka tetapi untung ada Musa sebagai mediator (Kel. 32:8-11a).

Asaf juga mengisahkan bagaimana bangsa Israel memberontak dan berkhianat kepada Allah sehingga Ia murka dan ingin memusnahkan mereka (Mzm. 78:56-64). Sebenarnya Allah memberi kesempatan tetapi mereka terus menerus memberontak; akhirnya generasi tua yang keluar dari Mesir dibinasakan di padang gurun dan keturunan sisanya diberi kesempatan masuk ke tanah Kanaan. Namun apa yang mereka lakukan setelah tinggal di Kanaan? Mereka tidak berbeda dengan nenek moyangnya, mereka mendirikan patung-patung di bukit pengorbanan. Kalau sebelumnya Musa tampil sebagai perantara untuk meredakan amarah Allah, setelah mereka berdiam di Kanaan tidak ada lagi seorang pemimpin yang bangkit untuk membela mereka. Keadaan umat Allah benar-benar menderita dan sepertinya mereka dibiarkan begitu saja. Baru setelah penderitaan mereka parah, muncullah hakim dan penolong.

Sungguh sangat memprihatinkan keadaan tanpa seorang pemimpin. Demikian pula dengan kita, tanpa penggembalaan, keadaan jemaat akan sangat menderita. Oleh sebab itu Yesus sangat peduli dan berbelas kasihan kepada orang-orang yang tidak tergembala (Mat. 9:36-37). Bagaimana kondisi orang yang tdak digembalakan? Mereka lelah jiwanya, terlantar hidup nikah, rumah tangga juga pelayanannya. Itu sebabnya Yesus hadir di dalam jemaat yang benar-benar menderita (ay. 38).

Umat Israel dalam keadaan tidak tergembala karena mereka mengikuti kemauannya sendiri yang dipandang baik berakhir dengan kelelahan dan terlantar. Kemudian Tuhan bangkit sebagai Gembala yang penyayang memukul mundur para lawan-Nya dan memilih suku Yehuda yang dikasihi-Nya membangun tempat kudus-Nya (Mzm. 78:65- 69).

Pembelajaran: seorang pemimpin/hamba Tuhan harus memiliki hati penuh kasih, belas kasihan dan ketegasan.

Terkadang kasih disertai tindakan merombak, menyatakan yang salah, menegur apa yang tidak benar. Kasih tidak selalu mengelus-elus dan membiarkan kesalahan karena takut ditinggal pergi dari penggembalaan. Jangan membiarkan kesalahan demi kesalahan karena akan berakhir dengan kebinasaan. Kasih sejati benar-benar menghendaki kehidupan bukan kematian.

Firman Tuhan menegaskan bahwa seorang gembala haruslah didasari pengabdian/penyerahan diri kepada Tuhan dengan suka rela tanpa paksaan, tidak mencari keuntungan, tidak otoriter tetapi menjadi teladan bagi kawanan domba (1 Ptr. 5:1-3).

Selain penyayang, Tuhan juga menetapkan pemimpin yang berintegritas. Contoh: Ia memilih Daud sebagai pemimpin umat Israel yang berintegritas (Mzm. 78:70-72).

Apa kriteria pemimpin (rumah tangga, perusahaan, organisasi, pelayanan dll.) yang berintegritas?

  • Menempatkan diri sebagai hamba Tuhan (ebed Yahweh).

Seorang pemimpin menempatkan diri sebagai hamba Tuhan dalam arti dia bekerja untuk Tuhan bukan untuk manusia. Misal: suami bekerja banting tulang untuk keluarga juga istri bekerja melayani suami dan anak-anak; semua yang dilakukannya ialah untuk Tuhan sehingga tidak perlu kecewa kalau pekerjaannya tidak dihargai oleh pasangan hidupnya atau oleh anak-anak. Demikian pula Petrus ketika menghadapi orang lumpuh dekat pintu gerbang Bait Allah yang meminta sedekah, Petrus mengatakan dia tidak memiliki emas perak tetapi menyembuhkan orang itu di dalam Nama Yesus Kristus (Kis. 3:6). Jadi tujuan pelayanan kita ialah untuk kemuliaan Tuhan sehingga kita tidak mudah kecewa kalau tidak diperhatikan, tidak pula sombong kalau disanjung sebab pembelaan atas hidup kita datangnya dari Tuhan.

  • Mengandalkan Nama Tuhan dalam menghadapi musuh.

Daud seorang anak muda kemerah-merahan tidak seperti Saul yang elok rupa dan lebih tinggi dari setiap orang sebangsanya. Namun Daud memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain yakni dia berani melawan Goliat (yang mengandalkan kekuatan dan kelengkapan senjata serta yakin dapat mengalahkannya) dengan Nama Tuhan semesta alam (1 Sam. 17:45-46).

Aplikasi: hendaknya kita bergantung kepada Tuhan dan memiliki kuasa Nama-Nya dalam menghadapi tantangan dan pergumulan hidup apa pun.

  • Dipilih dari tempat penggembalaan untuk menggembalakan umat Tuhan, umat milik-Nya.

Ketika hendak berpisah dengan jemaat Efesus, Paulus mengingatkan para penatua untuk menggembalakan seluruh jemaat Allah yang diperoleh dengan darah Anak-Nya sendiri. Juga waspada terhadap serigala-serigala ganas yang akan masuk di tengah-tengah mereka dan tidak menyayangkan kawanan domba. Lebih parah lagi, muncul dari mereka dengan ajaran palsu menarik murid-murid dari jalan benar untuk mengikut mereka (Kis. 20:28-30). Penatua harus menggembalakan mereka, memerhatikan serangan musuh terlebih lagi ajaran yang membuat jemaat tidak lagi hidup bagi Tuhan tetapi hidup bagi gembala itu sendiri.

Kita, jemaat, adalah milik Tuhan karena kita telah ditebus oleh darah Anak Domba Allah. Penggembalaan yang benar akan membawa jemaat kembali kepada Tuhan. Waspada terhadap “pemimpin/pengkhotbah” yang tidak menarik jemaat untuk hidup bagi Allah tetapi malah untuk pemimpin/pengkhotbah itu sendiri.

  • Menggembalakan dengan tulus hati dan menuntun dengan kecakapan tangannya.

Integritas artinya bertindak konsisten antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan; dengan kata lain perkataan sama dengan perbuatan.

Daud menggembalakan hanya dua, tiga ekor kambing domba tetapi dia melakukannya dengan sungguh- sungguh. Bahkan Allah mengakui Daud hidup tulus hati dan benar (1 Raja. 9:4).

Aplikasi: integritas dan ketulusan hati tidak muncul setelah seseorang menjadi pemimpin atau memegang jabatan tetapi dimulai dari kehidupan di rumah terlebih dahulu. Ketulusan harus hadir di dalam rumah berlanjut dalam kehidupan nikah dan rumah tangga. Terlebih lagi bagi seorang pemimpin, bagaimana mungkin dia dapat memimpin orang banyak/umat Tuhan kalau tidak dapat memimpin anggota keluarganya sendiri? Daud mengungkapkan keinginannya untuk hidup dalam ketulusan di dalam rumahnya (Mzm. 101:2).

Selain dengan ketulusan hati, Daud menuntun domba-domba dengan kecakapan tangannya. Tentu seorang pemimpin/gembala memimpin dengan hikmat dan pengertian terlebih lagi saat menghadapi situasi bersifat rumit yang mana dia harus segera mengambil keputusan dengan tegas dan dengan pengertian. Bukankah Salomo menjalankan pemerintahannya dengan pengertian juga Daud menggembalakan dengan pengertian?

Pertanyaan: apa tujuan kita tergembala? Apakah kita datang ke rumah Tuhan hanya karena kebiasaan beribadah pada hari Minggu? Tujuan utamanya tertulis di Mazmur 78:5-7, yakni:

  • Agar kita mengenal pengajaran sehingga mengetahui apa yang benar di hadapan-Nya.
  • Menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan-Nya. Penggembalaan menguatkan dan mengukuhkan iman kita.
  • Tetap memegang perintah-perintah-Nya.

Introspeksi: apakah saat ini kita merasa seperti ditinggalkan? Kita mengalami kekalahan-kekalahan menghadapi pergumulan sehingga tidak dapat melihat kemuliaan Allah dan tidak merasakan hadirat-Nya ada di tengah-tengah kita? Apakah kita terasa lelah dan terlantar? Ingat, Tuhan adalah Gembala penyayang yang mengasihi kita dan hati-Nya tergerak oleh belas kasihan akan domba-domba-Nya. Dia rindu menggembalakan kita dan mengangkat pemimpin-pemimpin (dalam rumah tangga, sekolah, perusahaan, gereja dst.) untuk ditaati karena mereka melayani dan bertanggung jawab kepada Gembala berintegritas itulah Tuhan Yesus. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: