Shalom,
Dua minggu berturut-turut kita mendengar Tuhan adalah Gembala penyayang dan berintegritas namun hari ini kita seakan-akan jatuh ke tebing mendengar Firman Tuhan yang berbeda 1800 karena bertemakan “Prahara Dosa”.
Apa arti dari prahara? Angin ribut, badai topan yang menimbulkan bencana; merujuk pada suatu keadaan atau peristiwa yang menimbulkan kekacauan, kehancuran, atau ketidakstabilan yang luar biasa. Misal: prahara rumah tangga merupakan suatu kejadian yang sangat memilukan membuat kita seakan-akan tidak dapat keluar dari masalah tersebut. Prahara dapat terjadi baik secara pribadi maupun komunitas. Prahana apa yang sedang kita hadapi saat ini?
Bangsa Israel mengalami prahara seperti dikatakan oleh Asaf, “Ya Allah, bangsa-bangsa lain telah masuk ke dalam tanah milik-Mu, menajiskan bait kudus-Mu, membuat Yerusalem menjadi timbunan puing. Mereka memberikan mayat hamba-hamba-Mu sebagai makanan kepada burung-burung di udara, daging orang-orang yang Kaukasihi kepada binatang-binatang liar di bumi. Mereka menumpahkan darah orang-orang itu seperti air sekeliling Yerusalem dan tidak ada yang menguburkan.” (ay. 1-3)
Karena murka dan cemburu-Nya Allah (ay. 5), prahara menghantam bangsa Israel sehingga Yerusalem menjadi timbunan puing, darah tertumpah karena pembunuhan besar-besaran bahkan mayat-mayat bergelimpangan tanpa ada yang menguburkan. Benar-benar peristiwa yang sangat memilukan! Lebih parahnya, tidak ada yang mengasihani tetapi malah menjadi bahan olok-olok dan sindiran. Mereka kehilangan Bait Suci tempat Allah berhadirat.
Introspeksi: prahara apa yang menimpa hidup kita? Apakah kehilangan harta, kedudukan, kesehatan atau tanpa kehadiran Allah dalam hidup kita pribadi, hidup nikah dan keluarga kita? Aktivitas pelayanan apa pun boleh tetap berlanjut sebagai rutinitas tetapi tanpa kehadiran Tuhan, hidup kita akan hampa.
Murka dan cemburu Allah bukanlah cemburu buta seperti cemburu manusia yang lagi kasmaran. Allah bukanlah manusia dan Ia mengerti tindakan apa yang dilakukan-Nya. Murka dan cemburu-Nya dilaksanakan demi kasih dan belas kasihan-Nya kepada manusia walau melalui peristiwa yang mengerikan.
Prahara apa yang menimpa bangsa Israel saat itu? “TUHAN menggerakkan raja orang Kasdim melawan mereka. Raja itu membunuh teruna mereka dengan pedang dalam rumah kudus mereka dan tidak menyayangkan teruna atau gadis, orang tua atau orang ubanan semua diserahkan TUHAN ke dalam tangannya. Seluruh perkakas rumah Allah, yang besar dan yang kecil, serta harta benda dari rumah TUHAN, harta benda raja dan harta benda para panglimanya, semuanya dibawanya ke Babel. Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu dengan api sehingga musnahlah segala perabotannya yang indah-indah.” (2 Taw. 36:17-19)
Dapat dibayangkan betapa mencekamnya kondisi saat itu! Pembunuhan dan pemerkosaan massal (“tidak menyayangkan teruna atau gadis”) juga pembakaran terjadi di rumah Tuhan. Kota Yerusalem menjadi lautan api.
Asaf mengeluh berapa lama lagi Tuhan murka terus-menerus dan cemburu-Nya berkobar-kobar seperti api (ay. 5). Kalau Tuhan muka, tidak ada satu orang pun dapat menghentikannya. Apakah ini berarti Tuhan begitu jahat? Mana buktinya Ia adalah Gembala penyayang dan berintegritas?
Perhatikan, Tuhan tidak suka mencari gara-gara lalu emosi-Nya meledak tanpa alasan. Tentu semua ada sebab akibatnya. Kalau begitu apa penyebabnya? Firman Allah sudah datang kepada kaum Yehuda dan seluruh penduduk Yerusalem melalui nabi-nabi selama 23 tahun tetapi mereka tidak mau mendengarkannya apalagi percaya. Para utusan nabi mengingatkan mereka untuk bertobat dari tingkah laku dan perbuatan mereka yang jahat, tidak beribadah/menyembah kepada yang lain menyebabkan sakit hatinya Tuhan tetapi mereka tetap melakukannya (Yer. 25:1-12).
Jelas Tuhan sakit hati karena bangsa Israel tidak mau bertobat dari tingkah laku dan perbuatan mereka yang jahat, mereka tidak mau mendengarkan Firman-Nya tetapi malah menyembah/tunduk kepada allah lain. Akibatnya, Tuhan memakai raja Babel, Nebukadnezar, menumpas mereka sehingga negeri Yerusalem menjadi reruntuhan dan mereka menjadi hamba raja Babel selama 70 tahun.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga menyakiti hati Tuhan dengan sikap dan tindakan kita? Kita tetap ke gereja tetapi tidak bergantung kepada Tuhan? Mendengarkan Firman tetapi masih percaya pada omongan orang pintar/dukun? Tetap pelayanan tetapi sebatas liturgi sedangkan hati kita tidak ada di dalam Bait Suci-nya! Atau lebih mengandalkan kepintaran dan harta kita ketimbang Tuhan? Bagaimanapun juga Firman Tuhan tetap datang dan menyayangi kita; Ia tidak pernah berubah.
Bangsa Israel mengalami prahara akibat dosa yang menyebabkan Tuhan murka. Tahukah kita bahwa dosa itu bersifat aktif tidak statis. Contoh: Hawa terbuai oleh bujuk rayu ular menyebabkan dia aktif mengambil buah terlarang berlanjut tidak menikmati makan buah itu sendirian tetapi memberikannya kepada suaminya, Adam, sehingga mereka berdua jatuh ke dalam dosa.
Apa kata Alkitab tentang dosa? “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” (1 Yoh. 3:4)
“Berbuat“ menunjukkan sikap aktif sebab tidak mungkin ada orang diam-diam berbuat berdosa walau natur kita adalah manusia berdosa. Ketika ada perbuatan dosa dalam diri kita, kita sedang aktif dalam dosa itu apalagi kalau kita terus- menerus tidak mau bertobat sebab dosa adalah pelanggaran hukum Allah.
Prahara dosa apa yang terjadi dalam kehidupan bangsa Israel? Mereka memberontak terhadap Yang Mahatinggi, masih terus berbuat dosa dan tidak percaya kepada perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib; mereka bahkan mencobai dan memberontak kepada Allah (Mzm. 78:17,32,56). Terbukti tidak ada perubahan sama sekali dalam hidup bangsa Israel.
Perhatikan, ketika suami/istri selingkuh atau seorang kepercayaan di perusahaan korupsi uang dst. mereka sedang menjauh dari Allah namun Ia tetap kasih dan penyayang.
Berbicara mengenai menjauh atau mendekat kepada Allah, gereja (=ekklesia) berarti kumpulan orang yang dipanggil keluar (dari dunia ini) untuk mendekat kepada Allah. Contoh: bangsa Israel keluar dari Mesir untuk beribadah di padang gurun Sinai. Mengapa Allah tidak mengizinkan mereka beribadah di Mesir saja? Ia mau penyembahan hanya ditujukan kepada Diri-Nya tanpa terkontaminasi oleh berhala-berhala yang ada di Mesir. Ironis, gereja era sekarang malah memanggil konsep, pola dan gaya dunia masuk ke dalam gereja sehingga suasana ibadah menjadi lebih mirip entertainment. Memang kita masih hidup di dunia ini tetapi dunia membenci kita karena kita bukan dari dunia (Yoh. 17:14). Biarlah kita mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan karena akal budi/pikiran kita diperbarui oleh-Nya (Rm. 12:1-2).
Sebenarnya bangsa Israel telah mengalami banyak mukjizat dari Allah, mereka melihat 10 tulah turun atas bangsa Mesir, menyeberang Laut Teberau dan berjalan di tengah laut di tempat kering dst. tetapi mereka tidak bertobat. Pengalaman mereka menjadi peringatan bagi kita agar kita tidak menginginkan hal-hal jahat seperti yang telah mereka perbuat (1 Kor. 10:1-6).
Waspada terhadap “keinginan”! Hawa jatuh ke dalam dosa sebab menginginkan buah terlarang dan dimakannya; ketika bangsa Israel menghadapi Laut Teberau, mereka ingin kembali ke mesir; Yudas Iskariot mengkhianati Yesus karena ingin akan uang; Ananias-Safira mati juga karena ingin akan uang hasil penjualan tanahnya; istri Lot menjadi tiang garam karena kepikiran dengan hartanya dst. Jujur, kita pasti mempunyai keinginan tetapi Alkitab menegaskan agar kita tidak menginginkan hal-hal jahat yang bertentangan dengan Firman Tuhan karena ini akan membuat prahara bagi diri sendiri. Perlu diketahui, murka Tuhan hanya sesaat tetapi Ia tetap Gembala penyayang serta berintegritas. Buktinya setelah menderita 70 tahun di Babel, Tuhan melakukan pembalasan kepada Raja Babel dan orang-orang Kasdim (Yer. 25:12).
Pembelajaran: ketika kita sedang berbuat dosa menuruti keinginan untuk berbuat jahat dan menjauh dari Allah, ini tidak merubah kepribadian-Nya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kasih itu merupakan sifat dan atribut yang dimiliki-Nya. Sama seperti bangsa Israel menggunakan mulut dan lidah mereka untuk membohongi Tuhan (Mzm. 78:36), bukankah kita juga menggunakan mulut dan lidah kita untuk memuji Tuhan sekaligus mengutuk sesama (Yak. 3:5-9)? Waspada, lidah berpotensi menjadi sebuah prahara bila kita tidak hati-hati menggunakannya. Bukankah jemaat dan sesama pelayan pekerjaan Tuhan dapat tersandung gara-gara lidah kita? Tahukah Iblis tidak takut kalau kita ke gereja atau ikut pelayanan tetapi dia paling takut bila kita menjadi pelaku Firman Tuhan lalu mulailah dia bergerak membuat ekonomi sulit dan memunculkan pelbagai rintangan agar iman kita goyah.
Kalaupun saat ini kita dalam keadaan dosa, janganlah berputus asa sebab ada tangan penuh kasih diulurkan untuk mengangkat kita. Mata-Nya tertuju pada mereka yang remuk redam hatinya asal tidak gengsi kepada-Nya atau mengemukakan banyak dalih tidak mau datang kepada Tuhan mengakui kesalahan untuk minta ampun kepada-Nya. Diperlukan kerendahan hati dengan membuang gengsi untuk mengaku dosa agar beroleh pengampunan dari Tuhan (1 Yoh. 1:9).
Jelas sekarang prahara terjadi oleh sebab dosa dan kesalahan kita sendiri. Allah tidak berubah, justru yang berubah adalah kita. Bukankah kita sering menyakiti hati Tuhan dengan sikap dan perbuatan jahat kita? Menuruti keinginan sendiri yang bertentangan dengan kehendak-Nya? Tidak mengekang mulut untuk berkata sia-sia? Jangan terlena dengan gengsi, kepandaian, harta, kemampuan dan menganggapnya dapat melepaskan kita dari prahara dosa! Satu- satunya jalan untuk terlepas dari prahara dosa ialah berbalik kepada Tuhan (bertobat), mengakui semua kesalahan dan meminta ampun kepada-Nya maka Ia yang adil akan memeluk kita dengan tangan-Nya yang penuh kasih. Amin.