Shalom,
Setiap lima tahun kita menikmati pesta demokrasi untuk pemilihan capres-cawapres. Mereka berkampanye memperkenalkan visi-misi dan program mereka untuk diketahui masyarakat serta berusaha menarik simpati para pemilihnya. Demikian pula seyogyanya kita “mengampanyekan” Firman Tuhan agar orang-orang mengenal Pribadi- Nya antara lain sebagai Gembala Penyayang.
Berkaitan dengan tema “Gembala Penyayang”, kata “gembala” baru disebutkan di ayat terakhir, “Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya.” (ay. 72)
Apa yang “dikampanyekan” oleh Asaf dalam upaya memproklamasikan Pribadi Tuhan dengan segala kuasa dan kehebatan-Nya agar diketahui setiap orang?
- Asaf mengajak orang Israel untuk memperkenalkan Allah dan perbuatan-perbuatan-Nya kepada anak cucu (ay. 1-7).
“Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku. Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala. Yang telah kami dengar dan kami ketahui dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami,….kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan- perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya…..; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka supaya dikenal oleh angkatan yang kemudiansupaya anak- anak yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya;”
Jelas sekali peringatan kepada orang tua untuk menceritakan perbuatan-perbuatan Allah kepada anak cucu agar mereka percaya kepada-Nya dan memegang perintah-Nya. Kitab Ulangan 6:6-7 juga mengingatkan orang tua untuk mengajarkan berulang-ulang kepada anak cucu kapan pun dan di mana pun agar mereka mengasihi TUHAN dengan sepenuh hati, jiwa, dan kekuatan.
Introspeksi: sudahkah kita, orang tua, memperkenalkan Tuhan dan perbuatan-perbuatan-Nya kepada anak cucu kita? Setiakah mereka beribadah ke Sekolah Minggu dan mengerti Firman Tuhan untuk dilakukan?
- Asaf mengingatkan orang Israel untuk tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan oleh nenek moyang mereka (ay. 8-11).
“dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah….Mereka melupakan pekerjaan-pekerjaan-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang telah diperlihatkan-Nya kepada mereka.”
Ternyata nenek moyang mereka melupakan dan pura-pura tidak mengetahui karya Allah yang ajaib. Bagaimana dengan kita, apakah kita juga mudah melupakan apa yang Tuhan sudah kerjakan di dalam kehidupan kita?
Kita mempelajari lebih jauh tulisan Asaf di Mazmur 78 ini yang menyatakan bahwa:
- Tuhan adalah Gembala penyayang yang memerhatikan dan melakukan perbuatan-perbuatan ajaib bagi domba-domba-Nya. Apa yang dilakukan-Nya? Ia membelah Laut Teberau menjadi kering dan menyeberangkan ± 2½ juta orang Israel keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa dalam kejaran Firaun dan tentara-tentaranya (ay. 12-13).
Ketika kita menghadapi jalan buntu dan gelombang masalah yang sangat tinggi nan besar, percayalah Tuhan, Gembala Agung, mampu menembus segala kemustahilan.
Selain menyeberangkan bangsa Israel di laut yang kering, Tuhan menuntun umat-Nya dengan tiang awan di waktu siang dan tiang api di waktu malam (ay. 14). Ini membuktikan bahwa Tuhan tidak tidur untuk menjaga kita kapan pun kita membutuhkan-Nya. Ia tidak pernah meninggalkan dan membiarkan kita sendirian di padang belantara dunia yang gersang dan mengerikan ini tetapi menuntun kita hingga satu saat tiba pada perhentian kekal.
Tuhan juga membelah batu gunung dan memberikan minum sepuas-puasnya untuk melepas dahaga (ay. 15-16). Faktanya, dunia tidak dapat memberikan kepuasan kepada kita karena pada dasarnya manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimiliki seberapa pun besar berkat kekayaan dan kedudukan yang dicapainya. Hanya Tuhan yang sanggup memuaskan dahaga jiwa kita.
- Tuhan, Gembala penyayang, memberikan teguran dan hajaran kepada domba-domba-Nya. Ia telah menolong dan menjaga umat-Nya tetapi mereka malah menyakitkan hati-Nya dengan terus berbuat dosa dan memberontak kepada-Nya (ay. 17-20). Akibatnya, Ia menegur dan menghajar mereka dengan api murka-Nya (ay. 21) dan membunuh gembong-gembong serta menewaskan teruna-teruna Israel (ay. 31).
Kelakuan apa yang membuat Allah murka? Mereka tidak percaya kepada-Nya dan tidak yakin akan keselamatan dari pada-Nya (ay. 22). Bayangkan betapa sakit hati Allah melihat perlakuan mereka kepada-Nya!
Introspeksi: sungguhkah hati kita percaya kepada Tuhan dan yakin keselamatan datang dari-Nya? Kerajinan beribadah dan melayani Dia (kegiatan fisik/luar) bukan jaminan kesungguhan hati (di dalam) untuk percaya kepada- Nya. Waspada, ada orang-orang yang menjalani ibadah secara lahiriah tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatan/kuasa ibadah (2 Tm. 3:5).
Tahukah Tuhan mengizinkan teguran dan hajaran dialami oleh umat-Nya sebagai bentuk cinta-Nya kepada mereka yang diakui sebagai anak-Nya (Ibr. 12:6)? Memang teguran dan hajaran yang diterima tidaklah enak/nyaman tetapi semua ini demi kebaikan kita untuk beroleh bagian dalam kekudusan-Nya (ay. 10). Namun perlu diperiksa apakah seseorang menderita karena Kristus atau karena kesalahannya sendiri (1 Ptr. 4:12-16).
Perhatikan, apa pun yang terjadi dan seberat apa pun persoalan yang kita hadapi, Tuhan selalu menyediakan jalan keluarnya asal kita tetap bersikap rendah hati kepada-Nya. Juga anggaplah suatu kebahagiaan ketika jatuh ke dalam pencobaan (Yak. 1:2).
- Tuhan menggembalakan dengan penuh kasih sayang (ay. 38-40).
Walau umat-Nya menyakitkan hati-Nya, Ia tetap menggembalakan mereka dengan penuh ketulusan dan kasih sayang.
Perlu diketahui, beberapa sifat dari Gembala penyayang ini ialah:
-
- Ia penuh pengampunan (ay. 38).
Bila kita telah diampuni oleh-Nya, kita juga harus mengampuni mereka yang bersalah dan menyakiti kita (Mat. 6:14). Jika tidak, Ia juga tidak akan mengampuni kesalahan kita (ay. 15).
Kesaksian: Pembicara begitu sakit hati terhadap salah satu klien yang tidak membayar utang hingga menderita sakit perut luar biasa. Ternyata ada batu di empedunya. Beliau berpikir karena begitu membenci orang tersebut hingga penyakit batu empedunya kumat. Segera beliau minta ampun kepada Tuhan dan berusaha melepaskan sakit hatinya. Ajaib, begitu kepahitan hati terhadap orang yang berutang itu hilang, batu empedunya juga hilang ketika diperiksa oleh dokter. Tentu pengalaman pribadi tiap orag bersama Tuhan tidaklah sama tetapi Pembicara mendapat pembelajaran bahwa kepahitan hati dapat menimbulkan suatu penyakit.
-
- Ia tidak memusnahkan domba-Nya berarti memberi kesempatan seluas-luasnya untuk bertobat. Gembala penyayang telah membuktikan banyak kali menahan murka-Nya oleh karena panjang sabar-Nya. Amarah-Nya berlangsung hanya sementara tetapi kasih-Nya tidak terbatas untuk selama-lamanya.
Pembelajaran: bukti kita telah mengampuni orang yang menyakiti dan merugikan kita, kita tidak lagi terikat dengan sakit hati dan dapat melupakan orang yang merugikan kita.
-
- Ia mengetahui sifat manusia (ay. 39-40).
Bukankah hidup manusia seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap (Yak. 4:14)? Asaf mengumpamakannya seperti angin berlalu yang tidak akan kembali (ay. 39).
Apa yang mau kita banggakan? Kekayaan? Kepandaian? Kemampuan dan kedudukan kita? Sesungguhnya manusia sangatlah rapuh bagaikan seonggok daging yang sebentar akan membusuk mengeluarkan bau amis. Namun Tuhan menyayangi kita dengan penuh kasih bahkan rela memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba- Nya (Yoh. 10:11) walau mereka suka memberontak.
Sungguh kita patut bersyukur memiliki Gembala penyayang yang mengenal kita secara pribadi dan Pengampun yang welas asih. Untuk itu kita juga belajar dapat mengampuni orang yang menyakiti kita dan memberitakan Tuhan disertai perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib agar makin banyak orang mengenal Dia dan beroleh keselamatan dari-Nya. Amin.