Shalom.
Kenyataannya ada gembala yang meninggalkan domba-dombanya saat mereka membutuhkan bimbingan dan pertolongan tetapi Gembala Agung kita, Yesus Kristus, selalu menyertai dan menuntun kita ke tempat yang lebih indah untuk tinggal bersama-Nya di langit dan bumi baru.
Gembala yang bertanggung jawab tentu tidak suka lari-lari ketika menuntun domba-dombanya mencari makan; justru domba-domba yang sering lari sana-sini tidak sabaran mengikuti gembalanya atau malah berhenti sementara gembala masih terus berjalan.
Apa kata Asaf berkaitan dengan gembala dalam tulisannya di Mazmur 78? “Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya.” (ay. 72)
Siapa yang dimaksud Asaf menggembalakan dengan tulus hati? Di tulisan sebelumnya Asaf mengatakan, “Melalui laut jalan-Mu dan lorong-Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejak-Mu tidak kelihatan. Engkau telah menuntun umat- Mu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun.” (Mzm. 77:20- 21)
Asaf tidak hidup di zaman Musa dan Harun yang dipilih Allah sebagai perantara-Nya menjadi gembala yang menuntun umat Israel selama 40 tahun. Awalnya Musa menolak dengan alasan tidak pandai bicara kemudian Harun dipilih menjadi penyambung lidahnya (Kel. 4:13-16). Mereka menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir dan mati sebelum menyeberang ke Tanah Perjanjian. Ternyata gembala yang dimaksud Asaf di Mazmur 78 bukan Musa atau Harun tetapi Daud yang hidup jauh setelah Musa dan Harun mati.
Apa yang terjadi saat orang Israel digembalakan oleh Musa dan Harun selama 40 tahun menurut Asaf?
- Mereka harus memperkenalkan Allah dan perbuatan-perbuatan-Nya kepada anak cucu agar percaya kepada-Nya (ay. 1-7).
…..Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku. Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala. Yang telah kami dengar dan kami ketahui dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami, kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya…nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian supaya anak-anak yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak- anak mereka supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan- perbuatan Allah tetapi memegang perintah-perintah-Nya;”
Jika satu pihak berbicara, diharapkan pihak lain mendengarkannya baik-baik untuk memperoleh informasi dengan tepat. Jangan di sini disuarakan pengajaran Surgawi, di sana telinga mendengar ke arah lain untuk menerima angin pengajaran yang lain.
Perintah apa yang harus didengar dengan baik dan jelas oleh orang Israel? Ulangan 6:4-9 menuliskan, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.”
Jelas, Allah memerintahkan orang tua untuk mengingatkan anak cucunya di mana pun dan kapan pun agar mereka mengasihi Dia dan mengetahui segala perbuatan-Nya. Buktinya, Asaf mengenal Kitab Pentateukh dan hukum Taurat sejak dalam kandungan dan mendengarnya dari generasi ke generasi berikutnya.
Maukah kita, orang tua, selalu mengingatkan anak cucu kita untuk mengasihi Tuhan dan menuruti perintah Firman- Nya? Jangan bosan memberitakan Injil karena anak-anak akan beranjak dewasa dan mudah terjerumus pada pergaulan yang salah kalau mereka tidak mempunyai fondasi iman yang kuat kepada Tuhan. Bukankah mencintai Firman-Nya sama dengan mencintai Pribadi Yesus – Sang Firman? Jangan sampai terlambat mereka sudah terjerat dalam pergaulan seks bebas dan narkoba baru kita menyesal mengapa semua terjadi!
- Mereka diingatkan akan perbuatan nenek moyang yang mendurhaka, memberontak dan tidak setia kepada Allah (ay. 8-17).
Asaf menulis peristiwa-peristiwa sejarah bangsa Israel di bawah pimpinan Musa dan Harun dengan tepat bukan berdasarkan asumsi. Dia menulis bangsa Israel mencobai Allah dalam hati dengan meminta makanan menuruti nafsu mereka (ay. 18). Dengan mulut mereka memuji Allah tetapi hatinya memberontak kepada-Nya.
Bukankah Yudas Iskariot berbuat hal serupa? Dia mengikut Yesus dan mendengarkan Firman-Nya, menerima kuasa Roh Kudus yang dapat mengusir setan, menyembuhkan orang sakit tetapi pada akhirnya menjual Yesus. Waspada, hati yang menentukan bukan penampilan luar yang sering menjebak!
Firman Allah dengan tegas dan keras mengingatkan barangsiapa mau mengikut Yesus harus memikul salib (Mat. 16:24). Hal ini dibuktikan ketika orang muda kaya menginginkan hidup kekal, Yesus menyuruh dia menjual semua miliknya dan memberikan kepada orang miskin kemudian mengikut-Nya. Ternyata orang muda kaya itu lebih memilih hartanya ketimbang keselamatan kekal bersama Yesus.
Introspeksi: mana yang dipilih? Siap kehilangan uang untuk menerima keselamatan?
Bagaimana mungkin hati mencobai Tuhan? Bukankah Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat dan Ia tidak mencobai siapa pun (Yak. 1:13)? Perhatikan, tiap-tiap orang dicobai oleh keinginan sendiri (ay. 14) dimulai dari mata yang menginginkan dan telinga yang mendengar kemudian terpikat olehnya. Dia lebih menuruti keinginan hawa nafsu makan seperti Adam-Hawa jatuh dalam dosa karena makan buah pengetahuan baik dan jahat yang dilarang Allah.
Terbukti bangsa Israel, keturunan dari nenek moyang mereka, juga meminta makanan menurut keinginannya sendiri. Mereka bahkan berani menantang Allah apakah Ia sanggup menyajikan hidangan roti dan daging di padang gurun (ay. 19) sebab mereka tidak percaya kepada-Nya. Hal ini membuat Allah murka dan api menyala menimpa mereka (ay. 21).
Aplikasi: hendaknya kita makan tidak berlebihan (rakus) walau diberkati Tuhan dengan melimpah. Juga jangan berbicara sesuka hati dan menganggap Allah tidak mendengar sebab Roh Kudus yang berdiam di dalam kita mendengar setiap kata walau tidak diucapkan.
Betapapun murkanya Allah, Ia tidak dapat menyembunyikan sifat penyayang-Nya. Buktinya Ia menurunkan hujan manna untuk dimakan dan burung-burung berjatuhan di perkemahan mereka; Ia memberikan apa yang mereka inginkan (ay. 23-29). Namun sayang, mereka tidak puas padahal makanan masih ada di mulut mereka (ay. 30), membuat-Nya marah lalu membunuh gembong-gembong (stoutest, fattest = paling gemuk) dan teruna-teruna Israel (ay. 31).
Walau Allah telah menunjukkan kasih sayang-Nya dengan menuruti keinginan mereka, bangsa Israel masih saja berbuat dosa dan tidak percaya akan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib (ay. 32). Benar-benar tegar tengkuk bangsa ini!
- Mereka dituntun-Nya seperti kawanan hewan/domba dan dibawanya ke tanah kudus sambil menghalau bangsa-bangsa di depan mereka (ay. 52-55).
Mereka sudah tiba di Tanah Kanaan dan Allah menghalau bangsa-bangsa (orang Het, Amori, Kanaan, Feris, Hewi Yebus ; Ul. 20:17) kemudian membagi-bagikan tanah pusaka dengan tali pengukur (Mzm. 78:55). Mereka menempati kota tanpa membangun, menikmati makanan tanpa menanam dan memperoleh kemenangan mengusir musuh; semua ini bukan karena kekuatan mereka tetapi dari Tuhan.
Ironis, mereka menempati Tanah Perjanjian bukan karena kehebatan mereka tetapi mereka tidak tahu berterima kasih kepada Allah. Mereka tetap mencobai dan memberontak terhadap Allah, Yang Mahatinggi, dan tidak berpegang pada peringatan-peringatan-Nya (ay. 56).
Sungguh bangsa Israel tidak tahu berterima kasih, sejak keluar dari Mesir mereka mengomel ketika menghadapi Laut Teberau, bersungut-sungut karena tidak ada air dst. Apakah kita juga masih diperbudak oleh hawa nafsu membuat kita mudah bersungut-sungut? Yesus datang bukan sekadar memenuhi kebutuhan makan, minum, kesehatan dll. tetapi mati supaya kita hidup dan tidak lagi mengomel tetapi bersyukur kepada-Nya.
Karena omelan bangsa Israel, Allah menyuruh ular-ular tedung memagut mereka sehingga banyak dari mereka mati. Mereka kemudian meminta ampun dan Allah berfirman kepada Musa untuk membuat ular tembaga yang ditaruh pada sebuah tiang. Mereka yang memandang ular tembaga ini akan hidup (Bil. 21:5-9). Tahukah ular tembaga ini gambar bayang Yesus (Yoh. 3:14-18)?
Ingat, tidak ada seorang pun mampu mengampuni dosa kita kecuali Yesus Kristus yang rela mati untuk mengampuni dan menyelamatkan kita.
Kita patut bersyukur memiliki Gembala yang penyayang. Untuk itu marilah kita mengasihi Dia dan mendidik anak cucu kita mengenal-Nya agar mereka juga percaya kepada-Nya dan beroleh hidup kekal. Kita membutuhkan Yesus – logas/Firman – yang menjadi manusia untuk menyelamatkan kita dari hukuman kematian kekal. Ia berkuasa mengubah otak, hati, telinga, mulut, tindakan dan perilaku kita yang telah rusak akibat dosa menjadi manusia baru oleh karena kurban-Nya. Dengan demikian kita tidak lagi mudah mengomel tetapi mulut kita penuh pujian keluar dari hati yang tulus ditujukan hanya kepada Gembala penyayang kita. Amin.