• PERBUATAN AJAIB-NYA KEKAL (JOHOR)
  • Mamur 77
  • Johor
  • 2024-02-04
  • Pdt.Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1511-perbuaatan-ajaib-nya-kekal
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Kita patut bersyukur Allah di tempat mahatinggi mau hadir dekat kita untuk menikmati nyanyian pujian kita. Marilah kita datang menghampiri tahta-Nya yang kudus dengan rendah hati untuk menyembah dan memuji Dia serta mengimani bahwa Ia hadir di antara kita.

Bagaimana pemazmur Asaf memuji Allah dalam tulisannya di Mazmur 77? Ada tiga kali kata ‘sela” ditulis dalam perikop ini. Apa arti Sela? Sela artinya berhenti sejenak (pause) dalam nyanyian. Kita mempelajari lebih lanjut apa maksud Asaf menghentikan sejenak pembacaan dalam tulisannya.

  • Seruan Asaf kepada Allah di hari kesusahannya yang tidak terhiburkan (ay. 1-4).

“Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Asaf. Aku mau berseru-seru dengan nyaring kepada Allah, dengan nyaring kepada Allah supaya Ia mendengarkan aku. Pada hari kesusahanku aku mencari Tuhan; malam-malam tanganku terulur dan tidak menjadi lesu, jiwaku enggan dihiburkan. Apabila aku mengingat Allah maka aku mengerang, apabila aku merenung makin lemah lesulah semangatku. S e l a

Ironis, Asaf malam-malam berdoa (tangannya terulur) kepada Allah tetapi jiwanya malah tidak terhiburkan dan semangatnya letih lesu. Apa yang terjadi? Pernahkah kita berdoa kemudian merasa tidak ada urapan Roh Kudus? Kita semangat menyerukan Nama Tuhan dan mengusir setan dalam Nama-Nya tetapi waktu sendirian di kamar karena masalah dalam rumah tangga, masihkah kita semangat dalam berdoa? Apakah masuk gereja malah tambah bosan menyanyi dan mendengarkan Firman Tuhan?

Tampaknya Asaf emosi meminta Allah segera menyelesaikan masalahnya terlihat dari kata-katanya “aku berseru-seru dengan nyaring supaya Ia mendengarkan aku”. Bukankah kita sering berbuat sama seperti Asaf mendesak Tuhan untuk segera menolong kita?

Satu hal yang perlu diperhatikan, jangan mudah menyerah walau semangatnya makin lemah. Apa yang terjadi selanjutnya?

  • Asaf gelisah dan meragukan pertolongan Allah karena kemurkaan-Nya (ay. 5-10).

“Engkau membuat mataku tetap terbuka; aku gelisah sehingga tidak dapat berkata-kata. Aku memikir- mikir hari-hari zaman purbakala, tahun-tahun zaman dahulu aku ingat. Aku sebut-sebut pada waktu malam dalam hatiku (I call to remembrance my song in the night = aku mengingat nyanyianku di malam hari), aku merenung dan rohku mencari-cari: “Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi? “Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia-Nya, telah berakhirkah janji itu berlaku turun- temurun? Sudah lupakah Allah menaruh kasihan atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka- Nya?" Sela

Allah membuat Asaf tidak dapat tidur karena banyak masalah yang belum diselesaikan. Dia kemudian memikirkan peristiwa-peristiwa yang terjadi ratusan bahkan ribuan tahun sebelumnya seperti peristiwa kejatuhan Adam-hawa oleh tipu daya si ular; Abraham, bapa orang percaya, dst. Dan mulailah Asaf berasumsi Allah masih murka sehingga tidak segera menjawab keluhannya.

Bukankah kita juga sulit tidur ketika menghadapi banyak masalah? Kita belajar kalau ada masalah atau kendala, jangan fokus dengan kendala dan masalah itu atau jengkel terhadap si A atau si B. Kita belajar dari Asaf dengan memikirkan peristiwa yang telah terjadi pada Adam-Hawa yang jatuh dalam dosa untuk mengingatkan kita supaya waspada sebab Iblis sampai sekarang masih berniat menjatuhkan kita bagaikan singa yang mengaum- aum berkeliling mencari orang yang dapat ditelannya (1 Ptr. 5:8).

Tuhan juga memberikan karunia pemberita Injil, gembala dan pengajar (Ef. 4:11) dalam menguraikan suatu khotbah dari sudut pandang yang bervariasi tetapi semua pandangan tersebut tidak boleh keluar dari apa yang sudah dikanonkan oleh Allah kepada bapak-bapak gereja dahulu. Kenyataannya, sering terjadi penguraian Firman Allah keluar dari standar Alkitab karena pengaruh atau disesuaikan dengan situasi, kondisi dan budaya setempat. Bukankah Allah menyuruh Musa membangun Tabernakel dan bangsa Israel beribadah menurut kehendak-Nya lepas dari budaya orang Mesir?

Setelah merenungkan masa lalu, apa tindakan Asaf kemudian?

  • Asaf menyesali kebodohannya lalu mengagungkan Allah dan perbuatan-Nya yang ajaib (ay. 11-16).

Maka kataku: "Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah. Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu. Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami? Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa. Dengan lengan-Mu Engkau telah menebus umat-Mu, bani Yakub dan bani Yusuf. Sela

Asaf menyesali kebodohannya yang meragukan keberadaan Tuhan dan kuasa pertolongan-Nya. Bukankah tangan kanan Allah mampu menurunkan 10 tulah kepada bangsa Mesir? Mengeluarkan umat-Nya keluar dari perbudakan orang Mesir? Membelah Laut Teberau dan Sungai Yordan menjadi kering? Menenggelamkan Firaun dan tentara-tentaranya di Laut Teberau dalam usaha mengejar orang Israel? Dst.

Asaf mengingat hingga detail kuasa Allah yang ajaib dinyatakan di antara bangsa-bangsa bahkan menebus bani Yakub dan bani Yusuf. Kita juga harus belajar Alkitab dengan rinci setiap hari hingga mengerti peristiwa- peristiwa yang terjadi di masa lalu walau kita tidak sekolah teologi. Kalau tidak dapat memahaminya Roh Kudus akan memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran. Perhatikan, kelelahan dalam membaca Alkitab tidaklah sebanding dengan keselamatan kekal yang kita peroleh.

Asaf melanjutkan tulisannya, “Air telah melihat Engkau, ya Allah, air telah melihat Engkau lalu menjadi gentar, bahkan samudera raya gemetar. Awan-awan mencurahkan air, awan-gemawan bergemuruh bahkan anak-anak panah-Mu beterbangan. Deru guntur-Mu menggelinding, kilat-kilat menerangi dunia, bumi gemetar dan bergoncang. Melalui laut jalan-Mu dan lorong-Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejak-Mu tidak kelihatan. Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan domba dengan perantaran Musa dan Harun.” (ay. 17-21)

Asaf mengingat betapa dahsyatnya kuasa Allah membelah Laut Teberau! Juga keringnya Sungai Yordan saat imam- imam yang mengusung Tabut Perjanjian mencelupkan kaki mereka ke dalam air dan berhentilah air itu mengalir.

Introspeksi: masihkah kita meragukan pertolongan Allah? Namun kalau kita tidak pernah membaca Alkitab, bagaimana mungkin kita percaya Allah yang sama tetap berada di tengah-tengah kita? Tentu Tuhan yang sama menolong sesuai dengan kondisi kita sekarang ini; Allah yang kita sembah tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang dan selamanya. Ia adalah jalan, kebenaran dan hidup; tidak ada seorang pun datang kepada Bapa tanpa melalui Yesus (Yoh. 14:6). Yesus adalah terang dunia dan barangsiapa berjalan bersama-Nya akan mempunyai terang hidup (Yoh. 4:12).

Mengapa perselisihan, sengketa bahkan perpecahan terjadi di antara kita? Karena adanya kegelapan yang menyelimuti kita.

Jelas Allah hadir sebagai Gembala Agung dan mengutus Musa dibantu oleh Harun memimpin umat-Nya untuk digembalakan sesuai janji-Nya kepada Abraham. Bukankah ketika Allah memilih Abraham, sistem penggembalaan sudah mulai terlihat yang mana Abraham diberkati dengan begitu banyak ternak?

Apa ciri-ciri pengajaran penggembalaan menurut Asaf? Allah memberikan hukum Taurat kepada Israel, nenek moyangnya, untuk diperkenalkan kepada anak cucu keturunannya supaya mereka percaya kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan-Nya (Mzm. 78:5-7). Terbukti orang Israel mengajarkan berulang-ulang kepada anak-anaknya untuk mengasihi Allah yang esa dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan (Ul. 6:5-7).

Musa dan Harun dipakai Tuhan untuk menuntun umat-Nya. Namun sayang, Musa sebagai gembala mengalami kegagalan karena emosi terhadap bangsa Israel yang bersungut-sungut masalah air membuatnya tidak menaati perintah Allah dengan memukul bukit batu padahal Allah hanya memerintahkannya untuk berbicara kepada batu itu (Bil. 20:11,8). Musa kecewa karena domba-dombanya memberontak membuat gembala setinggi dia gagal. Harun juga gagal karena memberontak kepada Musa, adiknya (Bil. 12).

Jelas sekarang, Musa dan Harun yang dipakai Tuhan luar biasa pun masih dapat gagal dan jatuh. Hanya Tuhan, Gembala Agung, yang tidak pernah gagal dan kita patut digembalakan oleh-Nya sementara gembala-penatua adalah perantara dari-Nya. Juga jangan pernah meragukan Allah dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib kekal sampai selama-lamanya. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: