Shalom,
Marilah kita senantiasa memuji dan mengagungkan Allah yang dahsyat sebab tanpa-Nya, hidup kita akan sia-sia bahkan binasa.
Bagaimana Asaf melukiskan kedahsyatan Allah dalam tulisannya di Mazmur 76?
- Allah dekat dengan umat-Nya (ay. 1-3)
“Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur Asaf. Nyanyian. Allah terkenal di Yehuda, nama- Nya masyhur di Israel! Di Salem sudah ada pondok-Nya, dan kediaman-Nya di Sion!”
Allah dahsyat yang mengatasi kuasa manusia berada dekat dengan umat-Nya bukan tidak terjangkau oleh mereka; buktinya Ia terkenal di Yehuda, masyhur di Israel dan pondok-Nya ada di Salem (= Yerusalem). Jelas Ia tidak bersemayam hanya di Surga, di tempat-Nya yang kudus nan jauh di sana, tetapi hadir di tengah-tengah umat-Nya di Yerusalem dan kediaman-Nya di Sion – seluruh Israel. Ilustrasi: ketika kita memerlukan pengobatan dari seorang dokter, kita akan menanyakan apakah dia terkenal dan dari rekam jejaknya kita tahu banyak pasien sembuh. Demikian pula Allah terkenal di Yehuda berarti orang-orang Yehuda mengenal Dia dari dekat dan melihat rekam jejak-Nya itulah pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan-Nya di tengah-tengah mereka.
Introspeksi: adakah pengagungan kita kepada Allah yang dahsyat? Percayakah kita bahwa Ia ada di tengah-tengah kita? Atau kita memuji Allah yang dahsyat hanya karena cerita orang atau dari para nabi dan rasul? Dan apakah kita menyambut kehadiran-Nya dengan sikap hormat penuh sukacita?
Di era Perjanjian Lama, Allah tinggal di pondok-Nya tetapi sekarang tubuh kita adalah tempat kediaman-Nya. Roh Kudus tinggal dalam hati dan kehidupan kita; oleh sebab itu hendaknya kita tetap mengucap syukur kepada-Nya hari demi hari dan dalam keadaan apa pun. Jangan mudah dan cepat mengomel serta kecewa kalau Tuhan tidak segera menolong kita dan menganggapnya Ia jauh dari kita sebab ada kalanya Tuhan melihat kita perlu melalui ujian dan tantangan hidup yang dihadapi.
- Allah berperang membela umat-Nya (ay. 4-10).
“Di sanalah dipatahkan-Nya panah yang berkilat, perisai dan pedang dan alat perang. S e l a Cemerlang Engkau, lebih mulia dari pada pegunungan yang ada sejak purba. Orang-orang yang berani telah dijarah, mereka terlelap dalam tidurnya, dan semua orang yang gagah perkasa kehilangan kekuatannya. Oleh sebab hardik-Mu, ya Allah Yakub, tertidur lelap baik pengendara maupun kuda. Dahsyat Engkau! Siapakah yang tahan berdiri di hadapan-Mu pada saat Engkau murka? Dari langit Engkau memperdengarkan keputusan-Mu; bumi takut dan tertegun pada waktu Allah bangkit untuk memberi penghukuman untuk menyelamatkan semua yang tertindas di bumi. S e l a”
Allah dahsyat yang dekat dengan umat-Nya membela mereka (juga kita). Ia tidak tinggal diam/statis tetapi berperang membela dan menolong kita. Ia sangat mengerti pergumulan kita. Ia mematahkan setiap panah, perisai dan alat perang yang menyerang umat-Nya. Tentu peperangan dapat timbul di mana-mana bahkan rumah Tuhan tidak lepas dari incaran musuh. Artinya, walau kita sudah ikut Tuhan dan setia melayani dalam bidang apa pun, kita tetap menghadapi masalah ringan hingga berat. Perhatikan, kita tidak dapat menghindari peperangan yang menjadi bagian dari hidup kita tetapi Tuhan mau kita menang dalam peperangan itu. Untuk itu kita harus memakai perlengkapan senjata Allah seutuhnya menghadapi panah api si jahat (Ef. 6:10-17).
Dari sejarah Israel, kita melihat orang Israel sering berperang dan diperangi ketika tinggal di Tanah Perjanjian. Bukan hanya raja-raja yang dekat dengan mereka tetapi raja-raja dari jauh seperti Sanherib, raja Asyur, datang memerangi Yehuda yang saat itu di bawah pemerintahan Raja Hizkia (2 Raja 18 – 19). Sanherib mengintimidasi mereka dan berencana menawan bangsa itu tetapi Allah membela mereka. Memang terkadang mereka dibiarkan mengalami kekalahan untuk dididik oleh-Nya tetapi di sisi lain, banyak sekali kemenangan yang Tuhan berikan kepada mereka.
Ketika orang Israel terjepit tidak tahu harus lari ke mana sebab di depan terbentang Laut Teberau sementara Firaun dan tentaranya mengejar di belakang, mereka bersungut-sungut lalu Musa menenangkan mereka, “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN….TUHAN akan berperang untuk kamu dan kamu akan diam saja.” (Kel. 14:13-14)
Tuhan yang dahsyat tahu setiap panah yang mau menyerang anak-anak-Nya dan siap melindungi sebab Ia ada di dalam hidup mereka. Bukankah setiap dari kita seharusnya memiliki pengalaman-pengalaman pertolongan dan perlindungan Tuhan? Kita sekarang tidak menghadapi senjata panah fisik seperti dialami oleh orang Israel tetapi musuh kita adalah iblis, dunia dan keinginan daging namun Tuhan mampu mematahkan kuasa mereka. Ia mematahkan kuasa-kuasa yang mau melumpuhkan iman kita.
Tuhan mampu mengalahkan orang yang merasa hebat dan gagah perkasa; tidak ada kekuatan manapun dapat bertahan di hadapan-Nya – sehebat-hebatnya manusia, Tuhan jauh lebih hebat. Contoh: kerajaan hebat seperti Babilonia tetap tunduk di hadapan Allah. Jelas tidak ada yang lebih hebat daripada Tuhan. Ia dekat dengan kita dan siap membela kita ketika musuh datang sewaktu-waktu bagaikan singa berjalan keliling mengaum-ngaum mencari orang yang dapat ditelannya (1 Ptr. 5:8).
Kepada siapa Tuhan murka? Apakah kepada orang yang ditebus, dikasihi dan setia kepada-Nya? Tidak! Ia murka kepada orang-orang yang tidak setia kepada-Nya, yang menentang dan tidak percaya bahkan yang melawan-Nya. Ingat, tidak ada seorang pun bertahan di hadapan-Nya. Kita berada di pihak siapa? Kalau dipihak Tuhan, kita termasuk orang yang selamat dan terlindungi.
Tuhanlah yang memberi keputusan dan keputusan-Nya selalu tepat dan benar. Beda dengan keputusan yang kita ambil, tak jarang keputusan kita salah dan keliru. Kita tidak perlu ke Surga untuk mencari Tuhan yang dahsyat dan terkenal itu sebab Ia sendiri turun dari Surga mencari kita. Dapat dibayangkan langit memperdengarkan keputusan- Nya dan bumi takut serta tertegun!
Ketika Tuhan memperdengarkan suara-Nya (berbicara) kepada umat-Nya di Yehuda dan Israel, tidak semua dari mereka menaati keputusan-Nya. Bagaimana dengan kita, apa respons kita ketika mendengar (keputusan) Firman Tuhan? Apakah hati bergetar dan bersyukur kepada-Nya? Kita patut bersyukur bila Tuhan masih mau berbicara kepada kita. Tuhan pernah diam tidak mau berbicara kepada orang Israel juga tidak mengutus nabi-Nya selama 400 tahun. Jangan sampai Tuhan diam kepada kita atau kita tidak dapat mendengarkan Firman Tuhan seperti dinubuatkan oleh Nabi Amos akan terjadi kelaparan akan Firman Tuhan yang tidak dapat ditemukan walau dicari ke mana-mana (Am. 8:11-12). Oleh sebab itu marilah kita mempergunakan waktu dan kesempatan selagi masih dapat mendengarkan Firman Tuhan yang berkuasa mengubah pikiran dan perilaku kita. Kita menjadi berbahagia apabila dapat membaca dan melakukan Firman-Nya.
Siapa yang dimaksud Allah menyelamatkan semua yang tertindas di bumi? Ketika Tuhan datang kedua kalinya, Ia akan mengadili seluruh umat manusia dan setiap orang harus menghadap tahta pengadilan ini tanpa ada seorang pun dapat mengelaknya (Mat. 25:31-46; Why. 20:11-13). Di saat itu Tuhan yang adil akan mengadili seadil-adilnya.
“Semua yang tertindas di bumi” yang menanti pertolongan Tuhan ialah mereka yang dianiaya dan tertindas bukan karena kesalahan dan dosa mereka tetapi karena percaya kepada Tuhan. Ia akan datang membela mereka walau saat ini sepertinya Ia mengizinkan mereka tertindas bahkan mati syahid demi Kristus seperti dialami oleh rasul- rasul yang mati karena iman mereka.
Kita tidak boleh berkecil hati saat ditindas oleh karena mempertahankan iman sebab Tuhan pasti menolong dan berperang membela umat-Nya. Ia akan tampil sebagai Hakim yang akan mengadili manusia seadil-adilnya.
- Allah layak dipuji dan disembah (ay. 11-13).
“Sesungguhnya panas hati manusia akan berbalik menjadi pujian bagi-Mu dan sisa panas hati itu akan Kau kekang. (TB2). Bernazarlah dan bayarlah nazarmu itu kepada TUHAN, Allahmu! Biarlah semua orang yang di sekeliling-Nya menyampaikan persembahan kepada Dia yang ditakuti, Dia yang mematahkan semangat para pemimpin, Dia yang dahsyat bagi raja-raja di bumi.”
Karena Allah yang dahsyat mampu mematahkan semangat para pemimpin dan menggetarkan para raja di bumi, Ia layak dipuji dan disembah. Kita membayar nazar dengan mempersembahkan segala puji hormat kepada-Nya dan melayani Dia bukan kepada allah lain.
Heran terjadi kondisi yang mana panas hati manusia berbalik menjadi pujian bagi-Nya. Akan terjadi orang-orang yang panas hati bahkan menghujat Dia akan berbalik kepada-Nya. Kita tidak perlu membela Tuhan sebab Ia mampu membela diri-Nya sendiri.
Tuhan tidak pernah memerintahkan kita untuk membela Dia. Ia mampu membela diri-Nya sendiri bahkan membela kita. Ia juga mampu membalikkan panas hati manusia, contoh: Saulus kejam yang mau membunuh pengikut- pengikut Yesus malah berakhir menjadi rasul yang dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil keselamatan. Semua ini terjadi ketika ada cahaya memancar dari langit mengelilinginya dan mendengar suara, “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku.” (Kis. 9:4) Ia bahkan berkomitmen menyerahkan hidupnya untuk Krisus dan rela mati demi keyakinannya.
Pertanyaan: apa yang kita lakukan kepada Tuhan yang telah berbuat banyak kepada kita? Apakah kita hanya menikmati kebaikan-Nya tanpa berbuat apa-apa? Sudah sepatutnya kita mempersembahkan hidup kita bagi Tuhan. Kita mengabdikan diri dan menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Kalau kita menyadari betapa Allah luar biasa dalam hidup kita, kita akan melayani dia tanpa perlu didorong-dorong atau dipaksa. Kita melayani Tuhan bukan sekadar menjadi pendengar atau penonton di dalam pembangunan Tubuh Kristus.
Bukankah Allah yang dahsyat membuat raja-raja dan pemimpin-pemimpin di bumi takluk kepada-Nya? Berarti Allah yang kita sembah adalah yang tertinggi di atas semuanya; tidak ada yang patut kita agungkan selain TUHAN yang ada di tengah-tengah kita.
Allah yang dahsyat mengatasi kuasa manusia, mengatasi kekuatan manusia apa pun dan Ia dekat dengan kita serta berperang bagi kita. Ia membela kita dan tidak pernah membiarkan kita bergumul sendiri hingga jatuh tergeletak. Untuk itu Allah layak ditinggikan/diagungkan, dilayani dan kepada-Nya kita mengabdikan diri seumur hidup kita. Amin.