Shalom,
Di dunia ini segala sesuatu berlomba-lomba untuk berkuasa dan suasana ini makin kita rasakan menjelang pilpres maupun pileg yang sudah dekat. Manusia boleh berlomba-lomba untuk berkuasa dan apa pun yang terjadi serta siapa pun yang berkuasa, Allah yang dahsyat tetap mengatasi kuasa manusia.
Apa kata Asaf, penulis Mazmur 76 berkaitan dengan kedahsyatan Allah?
“Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur Asaf. Nyanyian.” (ay. 1)
Terbukti permainan kecapi dapat menenangkan suasana hati seperti dilakukan Daud ketika menghadapi Raja Saul yang sedang kerasukan roh jahat (1 Sam. 16:23). Namun Asaf yang bermazmur dengan roh nubuat (1 Taw. 25:1) memainkan kecapi di Bait Allah untuk menurunkan kuasa Tuhan (2 Raja. 3:15). Kiranya ketika kita merenungkan Mazmur 76, Mazmur Asaf ini, membuat kita yang mengikuti ibadah tenggelam dalam suasana turunnya kuasa Tuhan berdampak hati dan pikiran menjadi tenang walau menghadapi tantangan dan tekanan hidup karena menimbulkan keyakinan bahwa Allah itu dahsyat dalam mengatasi kuasa manusia.
Di tengah kekhawatiran timbulnya kekacauan disebabkan oleh isu-isu politisasi dari ketiga capres, kita ditenangkan oleh kasih Allah dan kuasa-Nya yang melebihi kuasa manusia siapa pun.
Berbicara tentang kuasa Allah, apa kata Asaf dalam tulisannya di Mazmur 76?
- Kuasa Allah di atas kelengkapan “senjata” (ay. 2-4).
“Allah terkenal di Yehuda, nama-Nya masyhur di Israel! Di Salem sudah ada pondok-Nya dan kediaman-Nya di Sion! Di sanalah dipatahkan-Nya panah yang berkilat, perisai dan pedang dan alat perang. S e l a” Terbukti Allah berkuasa mematahkan senjata-senjata sekalipun lengkap peralatan dan fasilitasnya yang digunakan manusia fasik untuk membinasakan umat-Nya – Yehuda dan Sion (ay. 2-3).
Kenyataannya, Allah terkenal (bhs. Ibr. Yada = mengenal secara pribadi dengan akrab dan utuh) di Yehuda, di kalangan umat-Nya, dan Nama-Nya termasyhur (bhs. Ibrani: gadol = besar, penting/utama) di Israel, kalangan orang-orang percaya, yang tersebar dari wilayah Utara (Dan) hingga Selatan (Bersyeba) sebagai wilayah dari 12 suku Israel (1 Sam. 3:20), dengan kegiatannya masing-masing. Nama Allah begitu penting/utama untuk menunjukkan kehadiran, karakter dan reputasi-Nya.
Aplikasi: hendaknya kita tidak menjadi Kristen kTP atau rajin ke gereja karena berkat tetapi kita mau mengenal Allah lebih serius, lebih dekat serta akrab di dalam setiap ibadah, pelayanan, pujian maupun doa kita untuk mengerti pikiran, perasaan dan kehendak-Nya. Juga hati-hati mempergunakan “senjata” yang dilontarkan melalui perkataan dan tulisan di medsos yang dapat membuat hati ciut dan pikiran kalut. Tentu kita patut mengenal calon-calon presiden dan wakilnya supaya tidak salah pilih tetapi yang lebih utama ialah mengenal Allah karena Ia yang mengangkat presiden. Ingat, Allah di atas kuasa manusia. Biarlah kita utamakan keterlibatan Allah di setiap aspek hidup kita sehingga perilaku kita mencerminkan karakter-Nya karena Ia mengontrol pikiran dan tutur kata kita serta mengendalikan perilaku kita secara utuh.
Tak ketinggalan, di Salem juga sudah ada pondok-Nya dan kediaman-Nya ada di Sion. Menurut pemahaman Asaf, Sion identik dengan Yerusalem di mana di dalamnya ada Bait Allah yang dibangun oleh Salomo. Di zaman gereja sekarang, tubuh kita, orang-orang percaya, menjadi pondok dan kediaman Allah di dalam Roh (Ef. 2:19-22). Dan terbukti persenjataan musuh dipatahkan di Salem dan Sion (Mzm. 76:4). Bagi kita sekarang, kuasa Roh Kudus mematahkan serangan “pedang dan alat perang” sehebat apa pun yang dipersiapkan oleh musuh umat Tuhan. Bukankah kuasa Roh Allah yang ada di dalam kita lebih besar dari kuasa-kuasa apa pun yang ada di dunia ini (1Yoh.
4:4)? Itu sebabnya Rasul Paulus mengingatkan agar kita tidak mendukacitakan Roh Kudus (Ef. 4:30) yang mendiami pondok tubuh kita dan kita selalu penuh dengan Roh (Ef. 5:18).
- Kuasa Allah di atas kemampuan manusia (ay. 6-10).
“Orang-orang yang berani telah dijarah, mereka terlelap dalam tidurnya dan semua orang yang gagah perkasa kehilangan kekuatannya…Dahsyat Engkau! Siapakah yang tahan berdiri di hadapan-Mu pada saat Engkau murka? Dari langit Engkau memperdengarkan keputusan-Mu; bumi takut dan tertegun pada waktu Allah bangkit untuk memberi penghukuman untuk menyelamatkan semua yang tertindas di bumi.”
Semua kemampuan manusia betapapun hebatnya dia (yang berani, yang gagah perkasa) tidak ada artinya di hadapan Allah. Perhatikan, manusia yang merasa dirinya mampu dan pandai, di atasnya selalu ada yang lebih mampu dan lebih pandai. Jadi, manusia tidak perlu membanggakan dan mengandalkan kegagahan, kemampuannya sebab manusia yang paling mampu di dunia ini sekalipun tidak dapat menandingi Allah dengan kuasa-Nya yang dahsyat. Oleh sebab itu jangan berpegang pada kemampuan diri sendiri dalam menjalani hidup ini juga dalam melakukan pelayanan pekerjaan Tuhan tetapi andalkan kemampuan dari Allah yang selalu menyertai kita.
Asaf mengagumi Allah yang cemerlang dan lebih mulia daripada pegunungan yang ada sejak purba (pegunungan penuh buruan; TB2). Kita boleh melihat kemampuan manusia yang cemerlang karena kesuksesannya hingga namanya muncul di media cetak dan media elektronik tetapi Allah lebih cemerlang dari siapa pun. Masihkah kita mengandalkan kemampuan hasil pengalaman yang menimbulkan gunung-gunung kesombongan? Ingat, kita akan berhasil menjalani hidup ini kalau mengandalkan kuasa Allah yang jauh melampaui kemampuan kita maupun kemampuan koneksi. Penguasa-penguasa sejak zaman purbakala seperti: Firaun-firaun penguasa Mesir, raja-raja Asiria, raja-raja Babilonia, raja-raja Persia, raja Yunani Alexander Agung dan para penggantinya, kaisar-kaisar Romawi dst, masing-masing memiliki kemampuan yang hebat pada masanya tetapi kuasa Allah mematahkan mereka semua. Hingga hari ini kuasa Allah di atas kemampuan presiden-presiden dari negara mana pun bahkan hingga hari kedatangan Tuhan kedua kalinya tidak ada seorang pun tahan berdiri di hadapan-Nya; kuasa Allah mengontrol dan mengendalikan semuanya.
Kemampuan Allah dinyatakan dengan penyelamatan umat-Nya dari peristiwa Laut Teberau dan pembebasan dari penindasan bangsa Mesir. Siapa dapat menjangkau langit seluruhnya? Tidak ada! Dari langit Allah menetapkan keputusan-Nya (ay. 10).
Aplikasi: hidup kita diselamatkan oleh peristiwa mahadahsyat yakni melalui kurban Anak Tunggal-Nya, Yesus Kristus. Kalau hidup kita ada di dalam genggaman keputusan Allah, apa yang perlu kita khawatirkan? Bahkan kita sudah dipilih oleh-Nya sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4). Biarlah selagi kita masih menjadi penghuni di bumi ini, keputusan Allah menguasai setiap keputusan kita dalam menjalani hidup ini serta tetap menjunjung tinggi kurban- Nya yang telah menyelamatkan kita. Kemampuan dunia dan kemampuan manusia terbatas sehingga kita tidak perlu takut menghadapi kekuasaan manusia.
- Kuasa Allah di atas kedudukan manusia (ay. 11-13).
“Dia yang mematahkan semangat para pemimpin, Dia yang dahsyat bagi raja-raja di bumi.”
Kedudukan apapun sebagai pemimpin (kelompok kecil-besar) bahkan setinggi raja pun tidak berarti apa-apa di hadapan Allah. Kuasa Allah mematahkan semangat para pemimpin – dikalahkan/diturunkan di tengah kepemimpinan melalui demo, lemah, sakit dan mati (muda, usia tengah, tua). Semua ada dalam genggaman kuasa Allah.
Asaf yang hidup di era Perjanjian Lama belum melihat kegenapannya tetapi kita yang hidup di zaman gereja dengan Alkitab lengkap/utuh (Perjanjian Lama – Perjanjian Baru) telah melihat dan sedang mengalami kegenapannya. Allah mengerjakan di dalam Kristus yang dibangkitkan-Nya serta didudukkan di sebelah kanan-Nya jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa manapun (Ef.1:15-23). Kiranya kita menaklukkan diri (tidak menggunakan kedudukan kita) dalam menyelesaikan persoalan dan menyerahkan semua kepada Allah (ay. 11). Apa yang terjadi?
“Sesungguhnya panas hati manusia akan berbalik menjadi pujian bagi-Mu dan sisa panas hati itu akan Kau kekang. – TB2”
Salah satu penyebab timbulnya panas hati ialah karena harga diri kita direndahkan; bahkan orang yang tidak punya kedudukan sekalipun kalau dihina/direndahkan akan panas hati. Manusia lupa bahwa bahwa kedudukan itu berasal dari Allah yang mahakuasa.
Bagaimana orang percaya dapat mengatasi panas hati dan ketersinggungan? Balikkan hati dengan memuji Tuhan! Maksudnya, kalau kita mendengar sesuatu yang tidak enak tentang diri kita, jangan cepat marah untuk membalas tetapi balikkan dengan memuji Tuhan. Hasilnya, kita menjadi tenang dan saat menghadapi orang yang panas hati, sisa panas hatinya dikekang/dikendalikan oleh Tuhan berakhir dengan suasana damai.
Apa kata Asaf selanjutnya? “Bernazarlah dan bayarlah nazarmu itu kepada TUHAN, Allahmu! Biarlah pengiring- pengiring-Nya menyampaikan persembahan kepada Dia yang ditakuti” – TB2 (ay. 12)
Apa pun kedudukan kita, kiranya kita tetap menempatkan diri sebagai pengiring-pengiring TUHAN (YHWH) dengan sikap tunduk dan taat kepada-Nya serta membayar nazar memenuhi janji keimaman kita. Biarlah hidup kita dipakai menjadi alat yang berguna bagi Kerajaan Allah dan jangan pernah menyesali mengiring Yesus seumur hidup kita. Kuasa-Nya di atas kuasa para pemimpin karena Kristus akan datang kembali sebagai Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan (ay. 13).
Di hari-hari ke depan ini, kita bisa saja khawatir, gelisah dll. tetapi percayalah bahwa di dalam Kristus tidak ada kelengkapan senjata manusia, kemampuan manusia dan kedudukan manusia dapat menguasai gereja Tuhan sebab kuasa yang ada pada Kristus jauh mengatasi/melebihi semuanya. Amin.