Shalom,
Manusia memerlukan banyak kebutuhan dan sering pertolongan dari sesama mengecewakan; hanya Tuhan yang layak diandalkan karena Ia setia dari dahulu, sekarang dan selamanya serta senantiasa ada bersama kita. Ingat, Tuhan tidak pernah kewalahan memenuhi kebutuhan manusia (yang sesuai dengan kehendak-Nya) walau manusia banyak mengecewakan, menyusahkan bahkan menyakiti Dia.
Jujur, kita sering bertanya kepada Tuhan “mengapa” sesuatu terjadi tidak sesuai dengan keinginan kita seperti dilakukan oleh Asaf (Mzm 74) tetapi apa yang kemudian ditulis oleh Asaf di Mazmur 75?
“Kami bersyukur kepada- Mu, ya Allah, kami bersyukur, dan orang-orang yang menyerukan nama-Mu menceritakan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib (for Your wondrous works declare that Your name is near = karena karya ajaib-Mu menyatakan bahwa Nama-Mu itu dekat).”
Heran, sangat berbeda dengan nyanyian sebelumnya yang berisi keluhan-keluhan “mengapa” (Mzm. 74), kali ini Asaf menyaksikan kesetiaan Allah dalam keadilan-Nya (Mzm. 75). Dia menyebutkan Nama Allah yang dekat dengannya. Perhatikan, kalau Nama Tuhan dekat dengan kita, Ia ada di dalam hati dan kehidupan kita membuat tutur kata kita dikendalikan oleh Roh Kudus.
Asaf memuji perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib termasuk menciptakan alam semesta dengan manusia di dalamnya. Namun dia melanjutkan, “Apabila Aku menetapkan waktunya, Aku sendiri akan menghakimi dengan kebenaran. Bumi hancur dan semua penduduknya; tetapi Akulah yang mengokohkan tiang-tiangnya.” Sela (ay. 3-4)
Ternyata Asaf mengatakan bahwa Tuhan akan menghakimi dunia ini menurut waktu yang ditetapkan oleh-Nya. Mengapa Tuhan harus menghakimi bumi dan penduduknya dengan ketegasan dan kejujuran? Karena ada kesalahan. Ketika dunia menghakimi dengan tidak adil, Tuhan tetap adil dan nanti ada pengadilan akhir yang mana tidak ada seorang pun dapat lolos atau melarikan diri dari pengadilan ini (Why. 20:11-15).
Benarkah bumi ini akan hancur atau hanya karangan dan bualan dari Asaf? Sama seperti air bah di era Nuh dianggap oleh beberapa orang sebagai kebohongan orang Yahudi padahal Firman Allah menegaskan bumi dahulu dimusnahkan oleh air bah dan sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik (2 Ptr. 3:6-7).
Apa kata Asaf selanjutnya? “Aku berkata kepada pembual-pembual "Jangan membual" Dan kepada orang-orang fasik: "Jangan meninggikan tanduk! Jangan mengangkat tandukmu tinggi-tinggi, jangan berbicara dengan bertegang leher!" (ay. 5-6)
Waspada bagi pembual yang suka berbohong serta orang fasik yang meninggikan tanduk = kekuasaan! Apakah hukuman Allah ini menunjukkan bahwa Ia kejam? Kalau Ia hanya menunjukkan keadilan-Nya, tidak ada seorang pun lolos dari hukuman-Nya. Sesungguhnya Ia juga Allah yang penuh kasih sehingga kita masih dapat hidup sampai sekarang. Memang kita masih ditandai banyak kelemahan tetapi anehnya kalau kelemahannya dinyatakan, kita malah tersinggung dan marah.
“Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain.” (ay. 7-8)
Sangat jelas, hanya Tuhan, Hakim adil, yang berhak menentukan siapa yang ditinggikan/diangkat dan siapa diturunkan/direndahkan. Beberapa contoh orang yang ditinggikan oleh Tuhan ialah:
- Setelah doanya dikabulkan dan dia yang mandul melahirkan anak, Hana memuji TUHAN yang merendahkan dan meninggikan seseorang (1 2:6-7).
- Yusuf, anaknya Yakub, mengawali dengan dijual menjadi budak oleh kakak-kakaknya yang iri hati, difitnah telah berselingkuh dengan istri majikannya sehingga dijebloskan ke penjara berakhir diangkat Allah menjadi perdana menteri dari Firaun. Semua ini terjadi seizin Allah walau kakak-kakaknya mereka-reka yang jahat baginya (Kej. 50:20).
- Mesakh, Sadrakh, Abednego tidak mati walau diilempar ke dalam perapian yang menyala-nyala (Dan. 3) sementara Nebukadnzar yang meninggikan diri malah direndahkan dan makan rumput seperti lembu, rambutnya panjang seperti bulu rajawali dan kukunya seperti kuku burung (Dan. 4:32-33).
Pembelajaran: ketika kita masih berada di posisi bawah, jangan sok meninggikan diri sebab ditakutkan akan jatuh.
Apa tulisan Asaf berikutnya yang mengandung nubuat? “Sebab sebuah piala ada di tangan TUHAN, berisi anggur berbuih, penuh campuran bumbu; Ia menuang dari situ; sungguh, ampasnya akan dihirup dan diminum oleh semua orang fasik di bumi.” (ay. 9)
Siapa harus meminum cawan anggur murka Allah? Babel dan mereka yang menyembah binatang dan patungnya, bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (Why. 14 – 16).
Yesus juga menghadapi cawan yang harus diminum saat Ia berdoa di Taman Getsemani (Mat. 26:38). Dia begitu sedih dan takut bahkan menangis memohon kalau boleh cawan itu dijauhkan dari-Nya tetapi keputusan tetap ada di tangan Bapa-Nya. Ia meminum anggur murka Allah yang seharusnya diminum oleh manusia berdosa sebagai hukuman dari Allah.
Tentu tidak mudah bagi Yesus untuk minum cawan murka Allah sehingga Ia berdoa hingga tiga kali kepada Bapa-Nya (ay. 42, 44). Sebagai manusia, Yesus juga merasakan takut mati tetapi Ia taat dan rela menderita demi keselamatan mereka yang percaya kepada-Nya (Ibr. 5:7-9). Yesus juga harus menanggung malu ditelanjangi dan semua ini dilakukan-Nya agar kita yang telanjang karena dosa beroleh pakaian pengampunan, pakaian kebenaran bahkan berakhir dengan pakaian mempelai perempuan untuk bersanding dengan-Nya kelak. Melalui kematian-Nya, Ia membebaskan orang-orang yang diperhamba oleh rasa takut kepada maut (Ibr. 2:14-15). Iblis sudah dikalahkan dan kuasa maut dilenyapkan. Dengan kebangkitan-Nya, Ia hidup memegang kunci maut dan kerajaan maut (Why. 1:18).
Paulus juga sempat berdoa hingga tiga kali agar Tuhan melepaskan duri dalam daging itulah utusan Iblis yang menggocohnya tetapi permohonan doanya tidak dikabulkan supaya dia mengalami kuasa Tuhan di dalam kelemahannya. Dengan demikian Paulus tidak meninggikan diri (2 Kor. 12:7-9).
Introspeksi: marahkah kita kalau doa kita tidak dikabulkan oleh Tuhan? Jangan cepat menyalahkan Tuhan kalau Ia tidak menjawab doa kita dan jangan menolak “salib’ yang memang harus kita tanggung demi kebaikan kita sendiri.
Yesus sendiri pernah direndahkan oleh Bapa Sugawi menjadi lebih rendah dari malaikat (Ibr. 2:7a) dan Ia menjalaninya dengan ikhlas. Yesus, Perantara manusia dengan Bapa, menyucikan dosa kita kemudian duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar dan beroleh Nama yang jauh lebih indah daripada nama-nama malaikat (Ibr. 1:2-4). Suatu saat Ia akan minum cawan bersama kita dalam pesta perkawinan Anak domba sementara cawan murka Allah diperuntukkan bagi mereka yang menghujat Allah, Nama-Nya dan Tabernakel.
Apa kata Asaf mengakhiri tulisannya? “Tetapi aku hendak bersorak sorai, kekal selama-lamanya dan bermazmur bagi Allah Yakub. Segala tanduk orang-orang fasik akan dihancurkan-Nya tetapi tanduk-tanduk orang benar akan ditinggikan.” (ay. 10-11)
Asaf yang dalam perlindungan Allah bersorak-sorai memuji Dia sampai selama-lamanya. Apakah kita bersorak sorai memuji Tuhan penuh semangat hanya di dalam gereja karena terpancing oleh enaknya alunan musik dan pintarnya pemimpin pujian membakar emosi? Hendaknya kita memuliakan Tuhan di mana pun dan kapan pun untuk selama- lamanya. Tetapkan diri menjadi orang benar yang bersedia disucikan untuk suatu saat ditinggikan oleh-Nya dan percayakan masalah kita kepada Tuhan, satu-satunya Hakim yang adil dan perkasa, maka semua akan indah pada waktunya. Amin.