• PERGUMULAN DAN PENGHARAPAN ORANG YANG DEKAT KEPADA ALLAH (2)
  • Mazmur 73
  • Lemah Putro
  • 2024-01-07
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1493-pergumulan-dan-pengharapan-orang-yang-dekat-kepada-allah-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
Pergumulan dan pengharapan orang yang dekat kepada Allah (2)

Shalom,

Kita tidak perlu gentar menghadapi tahun 2024 ini kalau kita tetap berpegang pada janji Tuhan di dalam Firman-Nya yang melindungi dan memelihara sepanjang hidup kita.

Kita juga beroleh janji keselamatan dari Tuhan seperti dikatakan oleh Asaf dalam tulisannya di Mazmur 73 hingga dia mengaku, “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi…aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.” (ay. 25,28)

Apakah Surga dihuni hanya oleh satu orang atau banyak orang selain Elohim (Allah Tritunggal)?

Asaf tampaknya juga hanya menginginkan Allah bukan yang lain di bumi ini? Apakah Allah dapat dilihat dan pernahkah manusia melihat- Nya? Terbukti tidak ada seorang pun dapat melihat-Nya (1 Yoh. 4:12a) bahkan Musa hanya diizinkan melihat punggung Allah (Kel. 33:20-23).

Bagaimana dengan Asaf yang begitu berani mengatakan Allah berdiam di Surga? Menurut peraturan, sebagai imam- imam, Asaf harus mencatat semua tulisan Musa dan membacanya berulang-ulang sementara raja harus menyalin lima Kitab Musa kemudian meletakkan di sampingnya untuk dibaca seumur hidup supaya dia takut akan Tuhan dan tidak menjadi sombong kemudian menyimpang dari perintah-Nya (Ul. 17:18-20). Ingat, tinggi hati merupakan awal dari kejatuhan (Ams. 16:18)!

Benarkah Tuhan hanya berada di Surga? Tidak! Ia ada di segala tempat sebab Ia omnipresent/mahahadir. Berarti Ia juga ada di dalam hati kita bersama dengan Firman dan Roh Kudus.

Memang Allah tidak tampak kasatmata tetapi karya-Nya dapat dilihat dan dirasakan yakni pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya (Kej. 1). Pengenalan kita kepada Tuhan yang dikenal oleh Asaf ialah mengakui Dia sebagai Sang Pencipta supaya kita tidak sembrono terhadap Dia yang menciptakan kita.

Asaf sebagai imam yang memimpin paduan suara yakin pada hari pertama Allah menciptakan langit dan bumi. Demikian pula dengan kita yang memiliki Perjanjian Lama tulisan Musa juga percaya bahwa Allah yang kita hormati dan agungkan adalah Pencipta alam semesta. Ia menciptakan langit dan bumi untuk diisi kita di dalamnya (Yes. 42:5). Pada hari ke-6 Ia menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26). Oleh sebab itu kita menghormati Allah dengan menghormati pasangan hidup kita. Kalau kita menjelek-jelekkan suami/istri tetapi memuji-muji orang lain, ini sama halnya kita tidak mengenal Allah. Di hari ke-6 itu pula Allah Tritunggal (Bapa-Anak/Sang Firman-Roh Kudus) melihat semua ciptaan-Nya (dari tidak ada menjadi ada) sangatlah baik (ay. 31).

Melalui karya-Nya, Tuhan mengajar kita bahwa bumi dan Surga adalah ciptaan-Nya yang indah. Namun sayang, lama kelamaan manusia tidak lagi mencintai Sang Pencipta tetapi hasil ciptaan-Nya. Buktinya manusia lebih mendengarkan omongan si ular ketimbang Allah (Kej. 3:4-6). Demikian pula dengan kita, keturunan Adam-Hawa. Kita mencintai Tuhan dan beribadah menyembah-Nya di gereja namun di luar gereja kita melupakan-Nya lalu mengagungkan manusia, pekerjaan dan hasil ciptaan lainnya.

Apa kata Ayub yang hidup di zamannya Abraham? “Jikalau aku menaruh kepercayaan kepada emas dan berkata kepada kencana: Engkaulah kepercayaanku; jikalau aku bersukacita karena kekayaanku besar dan karena tanganku memperoleh harta benda yang berlimpah-limpah; jikalau aku pernah memandang matahari ketika ia bersinar dan bulan yang beredar dengan indahnya sehingga diam-diam hatiku terpikat dan menyampaikan kecupan tangan kepadanya,” (Ay. 31:24-27)

Ayub sempat merasa tidak bersalah dan membenarkan diri kemudian menyinggung kepercayaan pada emas, harta benda yang dikumpulkannya, matahari dan bulan (ciptaan Allah). Saat itu dia belum mengenal Tuhan secara pribadi namun pada akhirnya dia mencabut perkataannya dan mengaku, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” (Ay. 42:5)

Jujur, umumnya manusia memuji Tuhan kalau permohonan doanya terkabul. Jika doanya kepada Tuhan lama tidak dijawab, dia kemudian beralih mencari berhala dan ciptaan Allah yang lain. Perhatikan, Allah menciptakan manusia dan malaikat; kalau kita memuja malaikat berarti kita memberhalakan malaikat.

Ketika di Pulau Patmos, Rasul Yohanes mendengar suara nyaring di belakangnya lalu berpaling dan melihat serupa Anak Manusia itulah Tuhan. Yohanes kemudian tersungkur di depan kaki-Nya seperti orang mati tetapi Ia menenangkannya supaya tidak takut dan menuliskan apa yang telah dilihatnya (Why. 1:12-18).

Siapa saja yang mendiami Surga? Ibrani 12:18-24 menuliskan, “Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai, kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon supaya jangan lagi berbicara kepada mereka,….Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung yang namanya terdaftar di sorga dan kepada Allah yang menghakimi semua orang dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.”

Rasul Yohanes yang dipakai Tuhan untuk menulis kitab Wahyu menulis terus terang bahwa dia salah alamat menyembah malaikat ketika mendengar suaranya yang menyuruh untuk menulis “berbahagia mereka yang diundang perjamuan kawin Anak domba”. Namun untung malaikat itu menolak untuk disembah (Why. 19:9-10).

Demikian pula ketika Petrus datang ke Kaisaria menemui Kornelius, Kornelius menyambut dan tersungkur menyembahnya. Namun Petrus membangunkannya dan mengatakan bahwa dia hanyalah manusia biasa (Kis. 10:25- 26).

Di lain kesempatan, Paulus dan Silas mengoyakkan pakaian mereka ketika mereka dianggap dewa oleh orang banyak karena mukjizat kesembuhan dan khotbah yang bagus. Mereka menjelaskan bahwa mereka hanyalah manusia biasa (Kis. 14:10-15).

Aplikasi: kita boleh mengagumi dan menghormati seseorang yang dipakai Tuhan luar biasa tetapi jangan menyembahnya. Hanya Tuhan saja yang patut dipuja dan disembah.

Penglihatan apa yang ditulis oleh Nabi Yehezkiel? “Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, lihatlah ke utara!" Aku melihat ke utara, sungguh di sebelah utara gerbang mezbah dekat jalan masuk terdapat berhala cemburuan tadi….Dan dibawa-Nya aku ke pintu pelataran, aku melihat, sungguh, ada sebuah lobang di dalam temboknya. Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, perbesarlah lobang yang di tembok itu!" Sesudah aku memperbesar lobang itu, lihat, ada sebuah pintu. Firman-Nya kepadaku: "Masuklah dan lihatlah perbuatan-perbuatan kekejian yang jahat, yang mereka lakukan di sini." Lalu aku masuk dan melihat, sungguh, segala gambar-gambar binatang melata dan binatang-binatang lain yang menjijikkan dan segala  berhala-berhala  kaum  Israel terukir  pada tembok sekelilingnya….Kemudian dibawa-Nya aku ke pelataran dalam rumah TUHAN; sungguh, dekat jalan masuk ke bait TUHAN, di antara balai Bait Suci dan mezbah ada kira-kira dua puluh lima orang laki-laki yang membelakangi bait TUHAN dan menghadap ke sebelah timur sambil sujud pada matahari di sebelah timur.” (Yeh. 8:5,7-10,16)

Sungguh mengerikan! Di tembok pelataran Bait Suci terukir gambar berhala-berhala dan 25 orang Israel sujud menyembah matahari. Bagaimana dengan kita, bangsa kafir? Kalau tidak menyembah Tuhan kita juga akan mempunyai banyak berhala (Rm. 1:19-22) bahkan menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran manusia fana, burung-burung, binatang-binatang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar (ay. 23).

Sesungguhnya Allah sudah mewanti-wanti orang Israel (juga kita) untuk tidak menduakan Dia, tertulis di Ulangan 4:12, 15-19, “Lalu berfirmanlah TUHAN kepadamu dari tengah-tengah api; suara kata-kata kamu dengar tetapi suatu rupa tidak kamu lihat, hanya ada suara. Hati-hatilah sekali – sebab kamu tidak melihat sesuatu rupa pada hari TUHAN berfirman kepadamu di Horeb dari tengah-tengah api – supaya jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apapun: yang berbentuk laki-laki atau perempuan; yang berbentuk binatang yang di bumi atau berbentuk burung bersayap yang terbang di udara atau berbentuk binatang yang merayap di muka bumi atau berbentuk ikan yang ada di dalam air di bawah bumi; dan juga supaya jangan engkau mengarahkan matamu ke langit sehingga apabila engkau melihat matahari, bulan dan bintang, segenap tentara langit, engkau disesatkan untuk sujud menyembah dan beribadah kepada sekaliannya itu, yang justru diberikan TUHAN, Allahmu, kepada segala bangsa di seluruh kolong langit sebagai bagian mereka.

Firman Tuhan sangat jelas dan tegas telah memperingatkan kita untuk fokus menghormati dan menyembah Tuhan saja bukan kepada benda dan makhluk ciptaan-Nya betapapun hebatnya mereka yang seolah-oleh “menciptakan” kedamaian dan kebahagiaan padahal semuanya hanyalah semu belaka. Ingat, Tuhan yang kita sembah adalah nyata dan ada dari dahulu, sekarang dan selamanya. Untuk itu kita wajib memperkenalkan Dia kepada siapa pun dan di mana pun karena keselamatan hanya ada di dalam Dia. Amin.