Shalom,
Tuhan yang adalah Raja di atas segala raja telah menebus kita dari dosa dan menjadikan kita raja yang akan memerintah bersama Dia di dalam kerajaan-Nya yang kekal. Karena Tuhan berkemenangan, kita juga akan menang bersama-Nya.
Tak terasa kita akan segera mengakhiri tahun 2023; kita tidak tahu apa yang akan terjadi di tahun 2024 namun yang pasti ialah bersama Tuhan kita akan menang menghadapi pergumulan dan tantangan hidup seperti telah dialami oleh Asaf, penulis Mazmur 73.
Siapa Asaf itu? Dia adalah seorang ahli musik keturunan Lewi cucu dari Gerson (1 Taw. 6:16-17,39). Dia menulis 12 mazmur dalam kitab Mazmur yaitu Mazmur 50, 73-83.
Pergumulan dan tantangan apa yang dihadapi oleh Asaf?
“Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya…..Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada TUHAN ALLAH supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.” (Mzm. 73:1,28) Juga, “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.” (Mzm. 50:23)
Asaf mau menegaskan bahwa Allah baik terhadap orang yang tulus, bersih hati, jujur dan dekat pada-Nya. Namun adakah manusia yang mempunyai kriteria seperti yang diinginkan oleh Allah? Ternyata tidak ada seorang pun benar atau berbuat baik (Rm. 3:10,12) bahkan hati manusia lebih licik daripada segala sesuatu (Yer. 17:9).
Evaluasi: pengalaman apa yang telah kita lalui sepanjang tahun ini, apakah keberhasilan atau pergumulan penuh kebimbangan? Apakah banyak pengharapan tidak terpenuhi seperti yang kita inginkan? Bagaimana suami-istri menyatukan pengharapan mereka yang berbeda?
Asaf artinya collector; dia mengumpulkan syair-syair untuk memuliakan Tuhan dan kumpulan tulisannya dapat dinikmati. Dia bukan nabi tetapi imam yang diangkat oleh Daud sebagai kepala paduan suara kebaktian (1 Taw. 16:4- 5).
Selanjutnya apa kata Asaf? “Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain. Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan. Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan.” (ay. 2-7)
Asaf mengeluh dan iri hati terhadap orang fasik/jahat yang hidupnya diberkati (mujur, sehat dan gemuk, tidak mengalami kesusahan, tidak kena tulah) yang membuatnya congkak dan menyukai kekerasan.
Apakah kita juga suka membanding-bandingkan perjalanan nikah, keluarga dan usaha pekerjaan kita dengan orang lain? Kita merasa lebih baik dari mereka tetapi hidup kita pas-pasan saja.
Sebenarnya Allah ingin mendidik Asaf menjadi seorang imam yang tepat - apakah pelayanannya kepada Tuhan sudah benar – tanpa melihat kondisi orang lain.
Begitu kesalnya hati Asaf yang terus menyalahkan orang lain hingga akhirnya dia berkata, “Dan mereka (= orang- orang fasik – Red.) berkata: "Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?" (ay. 11)
kemudian menyimpulkan, “Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya!” (ay. 12)
Asaf berkesimpulan orang jahat tetap senang dan hartanya bertambah karena Allah tidak mengetahui apa-apa. Apa reaksi kita ketika orang di luar mengejek dan menjelek-jelekkan Tuhan maupun Alkitab? Dan apakah kita meragukan keadilan serta kesetiaan Allah lalu merasa diabaikan oleh-Nya sementara orang jahat nan licik malah diberkati Tuhan luar biasa?
Berkaitan dengan pengharapan, sudahkah kita menaruh pengharapan kepada Allah yang benar? Waspada, jangan dekat dengan Allah yang keliru dengan ajaran-ajarannya yang menyesatkan.
Apa keluhan Asaf? “Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih dan membasuh tanganku tanda tak bersalah.” (ay. 13)
Ingatkah Pilatus saat memeriksa Yesus dan menyatakan tidak bersalah hingga tiga kali (Luk. 23:22) kemudian dia membasuh tangannya tanda tidak ikut campur ketika imam-imam kepala dan tua-tua menuntut Yesus (Orang benar) disalibkan (Mat. 27:24)? Apakah Bapa membela Anak-Nya? Tidak, sebab Ia memiliki rencana lain di luar rencana manusia.
Ternyata Asaf juga bertindak sama, sambil menggerutu menjelekkan orang lain, dia mulai melangkah mau menjauhi kebenaran karena merasa sia-sia mempertahankan hati yang bersih. Perhatikan, kalau kita tidak terima dan suka menjelekkan orang lain, iman kita akan runtuh. Apakah kita merasa bosan dan sia-sia beribadah sepanjang tahun 2023 ini?
Mengapa Asaf merasa sia-sia mempertahankan hati yang bersih? “Namun sepanjang hari aku kena tulah dan kena hukum setiap pagi.” (ay. 14)
Asaf menghitung-hitung kemarahan Tuhan apabila dia berbuat kesalahan. Dia merasa tiap hari dimarahi dan dihukum oleh-Nya.
Setelah melewati pengalaman dididik Allah, Asaf mulai sadar kemudian mengatakan, “Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu.” (ay. 15)
Untung Asaf masih berpikiran jernih, dia berusaha menahan untuk tidak berkomentar lebih jauh walau hatinya gelisah. Apa yang dilakukannya? “Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah dan memperhatikan kesudahan mereka.” (ay. 16-17)
Untuk apa masuk ke dalam tempat kudus Allah?
- Bertemu dengan Juru Selamat.
Di era Musa, hanya orang Lewi dan keturunannya yang diperbolehkan masuk ke dalam Tabernakel untuk melakukan tugas pelayanan. Apa nyanyian Musa bersama orang-orang Israel ketika mereka keluar dari tanah perbudakan Mesir? “Baiklah aku menyanyi bagi TUHAN sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut. TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia…..Engkau membawa mereka dan Kau cangkokkan mereka di atas gunung milik- Mu sendiri; di tempat yang telah Kaubuat kediaman-Mu, ya TUHAN; di tempat kudus yang didirikan tangan-Mu, ya TUHAN.” (Kel. 15:1-2, 17)
TUHAN melepaskan bangsa Israel dari kejaran Firaun dan pasukan tentaranya dengan menenggelamkan mereka di Laut Teberau dan membawa umat-Nya ke tempat kediaman-Nya, tempat kudus yang didirikan oleh tangan-Nya.
Pembelajaran: hendaknya kita tidak mudah mengomel dan cepat memvonis seseorang karena kita akan melakukan banyak kesalahan. Makin banyak kita mengomel menghadapi masalah yang belum terselesaikan, makin banyak pula masalah baru yang akan kita hadapi. Kalau begitu apa jalan keluar yang paling tepat saat pusing menghadapi banyak masalah dan pergumulan? Masuk ke dalam tempat Kudus Allah.
Pikiran Asaf berubah begitu masuk ke Tempat Kudus.
Aplikasi: dengan masuk ke Tempat Kudus Tuhan, hidup kita dibarui dan manusia lama kita hilang/tidak ada lagi. Adapun sifat hidup lama yang ditandai dengan dosa gampang sekali menyalahkan orang lain dan tidak pernah mengaku diri sendiri bersalah seperti dilakukan Adam terhadap Hawa dan Hawa menyalahkan ular begitu mereka jatuh ke dalam dosa. Kalau kita/gereja selalu melihat kesalahan orang lain, kita/gereja tidak akan maju. Ingat, Yesus datang sebagai Juru Selamat untuk menyelamatkan orang berdosa.
- Pengampunan dosa dan penyucian Begitu masuk Pintu Gerbang ada:
- Mazbah Kurban Bakaran di mana orang yang berbuat salah meminta ampun kepada Tuhan dengan mengurbankan domba atau lembu yang dibakar di atas mazbah
- Bejana Pembasuhan di mana imam-imam mencuci/membersihkan kaki tangan sebelum melakukan tugas pelayanan imamat.
Asaf sadar dengan masuk ke tempat kudus Tuhan dia beroleh keadilan dan Tuhan menyediakan pengampunan baginya.
Aplikasi: ketika kita ada masalah dan datang kepada Tuhan, mintalah ampun kepada-Nya, jangan langsung mengeluh dan menyalahkan orang lain yang dianggap penyebab terjadinya masalah. Jujur, bukankah kita lebih sering menonjolkan ego kita dan merasa lebih hebat daripada orang lain? Jangan pula mencari kebenaran pada pengadilan dunia yang sering dibengkokkan. Kita membutuhkan keadilan Allah karena Ia adil. Bahkan Yesus harus mati untuk mengampuni dosa kesalahan kita.
Apa yang ditemukan oleh Asaf di dalam tempat kudus Allah?
- Kandil Emas → kesaksian hidup penuh urapan Roh Kudus
- Meja Roti Sajian → Firman Tuhan
- Mazbah Pembakaran Ukupan → kehidupan doa dan penyembahan
Aplikasi: kehadiran Allah Tritunggal – Bapa yang penuh kasih, Anak/Sang Firman dan Roh Kudus – menuntun dan menolong kita untuk suka menyembah-Nya. Kita tidak boleh menonjolkan salah satu perabot seperti: penginjilan atau pengajaran Firman atau penyembahan sebab ketiganya dibutuhkan agar Allah Tritunggal hadir.
Di tempat kudus Tuhan, Asaf tidak lagi iri hati terhadap orang fasik (jahat, penipu, pembohong dll.) yang “tampak bahagia” karena mengetahui bagaimana akhir dari hidup mereka (Mzm. 73:17-20). Berbeda dengan kehidupan orang benar walau mengalami banyak kesulitan – dikoreksi dan disucikan – akan berakhir dengan kemuliaan.
Di dalam ketidakpengertiannya, Asaf mengaku seperti hewan di dekat Tuhan (ay. 22). Mana ada hewan mempunyai pemikiran baik? Namun justru saat Asaf dalam kondisi serendah hewan, Tuhan memegang tangan kanannya (ay. 23). Tangan Tuhan menggambarkan kuasa Roh Kudus. Asaf mengalami tuntunan Roh Kudus dan nasihat Firman-Nya untuk mengangkatnya ke dalam kemuliaan (ay. 24).
Aplikasi: hendaknya kita tidak lagi suka menuruti jalan (pikiran) sendiri tetapi bersedia dituntun oleh Roh Kudus dan menuruti nasihat Firman Tuhan untuk masuk ke dalam Tempat Mahakudus yang penuh dengan kemuliaan. Bukankah Yesus adalah jalan dan kebenaran dan hidup untuk masuk dalam keselamatan kekal di Yerusalem baru? Ingat, manusia tidak dapat memperbaiki diri sendiri; untuk itu kembalilah kepada Sang Pencipta.
Asaf kemudian mengatakan, “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” (ay. 25)
Asaf muncul perorangan (bukan mewakili grup/kelompok) dengan Tuhan. Hanya Tuhan di Surga dan di bumi yang diinginkan olehnya. Dia mampu berbicara seperti itu setelah mengalami pengampunan, penyucian, tuntunan Roh Kudus untuk dibawa kepada penyembahan.
Hubungan Asaf pribadi dengan Tuhan bagaikan relasi intim antarmempelai yang tidak boleh diganggu oleh orang ketiga karena suami-istri adalah satu daging.
Akhirnya dengan tegas dan mantap Asaf mengatakan, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang yang berzinah dengan meninggalkan Engkau. Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.” (ay. 26- 28)
Tak dapat dipungkiri, kita mengalami banyak pergumulan dan tantangan hidup sepanjang tahun 2023 yang akan segera berakhir beberapa jam lagi. Apakah kita merasa kecewa terhadap Tuhan yang tidak segera menolong kita atau kita masih menaruh pengharapan kepada-Nya? Perhatikan, hanya Yesus Kristus satu-satunya Juru Selamat yang berkuasa menyelamatkan, menyucikan dan membarui kehidupan kita serta membawa kita pada kehidupan yang dipermuliakan bersama-Nya di dalam Yerusalem baru selama-lamanya. Amin.