Shalom,
Hari-hari ini bangsa Indonesia sedang menghadapi pemilihan presiden yang akan berlangsung ± 2 bulan lagi di bulan Februari 2024. Untuk itu diadakan debat antar capres dan cawapres. Kita, orang awam, membahas sedikit banyak tentang isu-isu terkini mengenai politik walau kita tidak berpolitik bahkan terkadang komentar kita lebih “canggih” ketimbang pengamat-pengamat politik. Ternyata diskusi ini tidak hanya diikuti oleh orang dewasa tetapi anak-anak juga. Mereka penasaran mengapa harus diadakan debat dan dijelaskan melalui debat kita akan mengetahui siapa dari mereka yang terbaik untuk memimpin negara.
Selain ngobrol tentang politik, kita juga diajar untuk doa syafaat bagi pemerintahan sekarang maupun yang akan datang karena mereka (manusia) mempunyai kelemahan dan keterbatasan betapapun hebatnya mereka. Kita berdoa agar mereka memerintah dengan bijaksana, adil, takut akan Tuhan karena rakyat butuh kesejahteraan, keadilan, perlindungan dan yang terpenting Tuhan berkenan atas doa semacam ini (1 Tim. 2:1-4).
Ternyata doa syafaat untuk pemerintah telah ditulis 3.000 tahun lalu dalam Mazmur 72. Di dalamnya tersirat 3 hal yang harus dilakukan Salomo agar memerintah dengan keadilan:
- Berpegang pada Firman (ay. 1-2).
“Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja! Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas sesuai dengan hukum!”
Yang dimaksud hukum saat itu adalah hukum Taurat itulah Firman Allah. Seorang raja harus berpegang pada Firman Allah agar dia mampu memberikan keputusan-keputusan yang adil.
- Meremukkan pemeras-pemeras dan membinasakan penindas (ay. 4,14).
“Kiranya ia menegakkan keadilan bagi orang yang tertindas di antara rakyat, menolong orang-orang miskin tetapi meremukkan pemeras-pemeras…..Ia menebus mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di matanya.”
Seorang raja harus menumpas para pemeras dan membinasakan para penindas agar terjadi keadilan.
- Kemuliaan Tuhan memenuhi bumi (ay. 19).
“Dan terpujilah nama-Nya yang mulia selama-lamanya, dan kiranya kemulian-Nya memenuhi seluruh bumi.”
Kapan kemuliaan Tuhan memenuhi bumi? Saat bait Allah didirikan; berarti Salomo harus mendirikan Bait Allah agar kemuliaan-Nya turun memenuhi Bait Allah itu.
Ternyata Daud, ayah Salomo, memberi pesan (wasiat/amanat) sebelum meninggal dan menyerahkan pemerintahannya kepada Salomo. Heran, pesan Daud sinkron dengan doa Daud dalam Mazmur 72. Apa pesan Daud kepada Salomo?
⊕ Harus setia melakukan Firman Tuhan (1 2:1-4).
“…..Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan- Nya seperti yang tertulis dalam hukum Musa supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju…”
Salomo harus setia melakukan hukum Taurat (Firman Tuhan) supaya dapat memerintah dengan adil karena sumber keadilan dan kebenaran adalah Firman Tuhan sendiri.
Introspeksi: sanggupkah kita melakukan hukum Taurat yang penuh dengan peraturan dan larangan? Kenyataannya peraturan dibuat untuk dilanggar. Bukankah kita malah melanggar peraturan hanya karena rasa keingintahuan? Demikianlah kalau kita memandang Firman Allah hanya sebatas peraturan. Benarkah Firman Allah berhenti hanya pada peraturan? Bangsa Israel memandangnya demikian; mereka bangga dengan peraturan-peraturan hukum Taurat yang diberikan oleh Musa. Cara pandang seperti ini keliru; itu sebabnya mereka jatuh bangun melakukan peraturan-peraturan Allah.
Bagaimana cara pandang Daud terhadap hukum Musa/Taurat? Daud mengenal Allahnya, dia tidak menganggap Firman sekadar peraturan tetapi Firman adalah Pribadi Allah sendiri di mana Daud berelasi erat dengan-Nya (ay. 4).
Introspeksi: sejauh mana kita memperlakukan Firman Tuhan? Apakah kita menaatinya karena Firman Tuhan adalah Pribadi hidup dan kita menjalin relasi dengan-Nya? Atau kita melakukan perintah Firman hanya sebatas peraturan yang sering kita gagal menaatinya? Apakah kita selalu sadar (24 jam) bahwa Allah senantiasa ada/hadir di hadapan kita? Adakah saat-saat tertentu (sibuk bekerja, dalam masalah berat, bepergian menikmati liburan dll.) kita khilaf mengabaikan-Nya karena fokus dengan masalah atau kesenangan kita, membuat kita berisiko melanggar Firman-Nya?
⊕ Setia mematikan tabiat berdosa kita
Daud berpesan agar Salomo membunuh mereka yang menumpahkan darah (Yoab, Simei) tetapi memberi penghargaan kepada Barzilai yang telah berbaik hati sehingga terjadilah keadilan (ay. 5-9). Tampak pesan Daud terdengar kejam karena memerintahkan Salomo membunuh orang-orang bermasalah yang berpotensi mengganggu pemerintahannya. Namun Daud bermaksud menunjukkan tindakan adil yaitu yang bersalah harus dihukum sementara yang berjasa harus diberi penghargaan untuk penegakan keadilan.
Tentu Daud mempunyai alasan bukan sekadar sentimen/dendam pribadi dengan Yoab dan Simei kemudian menyuruh Salomo membunuh mereka dengan membabi buta.
Daud menjelaskan terlebih dahulu apa yang telah dilakukan Yoab dan Simei, yakni:
- Yoab bertabiat sangat buruk, dia mempunyai dendam kesumat terhadap Abner yang telah membunuh adiknya, Azael (2 Sam. 3:27). Yoab mempunyai tabiat balas dendam dan membunuh Abner dengan tipu muslihat sehingga Abner terbunuh tanpa perlawanan.
Yoab juga membunuh Amasa karena iri hati dan tidak senang karena Daud berencana mengangkat Amasa menjadi panglima menggantikan posisinya (2 Sam. 19:13). Kemudian Yoab melakukan segala cara agar dia tidak diganti, dia membunuh Amasa (yang tidak waspada) juga dengan tipu muslihat (2 Sam. 20:9-10).
Apa tindakan kita saat kita dikhianati, di-bully oleh orang-orang dekat kita? Apakah hati kita penuh amarah ingin membalas dendam? Tahukah bahwa musuh kita sesungguhnya ialah tabiat kita sendiri (dendam, iri hati melihat keberhasilan orang lain dst.) yang harus dimatikan?
- Simei mengutuki Daud dengan kejam sambil melempari dengan batu (1 Raja 2:8) dan memfitnahnya telah merebut jabatan raja dari Saul (2 16:5-8).
Pembelajaran: jangan kita mudah menuduh dengan sembarangan sebelum kita tahu kebenarannya dengan pasti. Jangan pula suka memaki-maki, menyumpahi apalagi mensyukuri kemalangan seseorang. Serahkan pembalasan kepada Tuhan karena Ia berhak menghukum seseorang setimpal dengan perbuatannya. Kita juga harus setia menumpas semua tabiat daging dan dosa yang melekat dalam diri kita (Kol. 3:5-6).
⊕ Mendirikan Bait Allah (1 29:1).
Daud memerintahkan Salomo untuk mendirikan Bait Allah supaya kemuliaan Allah turun. Jelas mendirikan Bait Allah merupakan idenya Daud dan Salomo hanya melaksanakannya saja. Daud rindu membangun Bait Allah karena saat itu Tabut Perjanjian masih berada di dalam tenda namun Allah tidak mengizinkannya karena dia banyak menumpahkan darah (1 Taw. 22:8). Walau anaknya yang akan mendirikan Bait Allah, Daud tidak berpangku tangan tetapi menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dan merancangkan bangunan tersebut dengan detail (ay. 11, 21). Daud menyumbang pikiran, mengerahkan tenaga kerja imam-imam (SDM) juga kekayaan emas perak miliknya dalam jumlah besar (1 Taw. 29:3-5). Daud serius dan menunjukkan totalitas dalam pembangunan Bait Allah.
Apa yang telah kita persembahkan untuk pembangunan Bait Allah?
- Hidup kita adalah Bait Alah dan Roh Allah diam di dalam kita (1 Kor. 3:16). Seberapa serius kita membangun hidup kita menjadi tempat kediaman Allah dan menyenangkan hati-Nya? Jujur, bukankah kita lebih mencurahkan waktu, tenaga, pikiran, harta untuk membangun karier, usaha, investasi besar-besaran dan prestasi akademis kita? Tentu hal ini tidak salah! Namun pernahkah kita serius memikirkan bagaimana membuat Tuhan betah tinggal dalam hidup kita? Seberapa jauh kita melibatkan pikiran, perasaan, kehendak kita untuk dibangun menjadi Bait Allah termasuk pemahaman akan Firman-Nya.
- Gereja adalah bagian tubuh Kristus yang universal. Marilah kita turut aktif membangun dan mengembangkan pelayanan gereja juga berkontribusi terhadap kebutuhan pembangunan fisik gedung gereja karena kita turut memilikinya. Gereja bukan milik perorangan tetapi milik bersama.
Kini kita mengerti bagaimana hidup berkeadilan, yakni: setia melakukan Firman Tuhan bukan sekadar peraturan dan liturgi tetapi menjalin relasi dengan Allah, setia mematikan tabiat daging (kebencian, amarah, fitnah, dsb.), dan setia membangun bait Allah (hidup kita dan gereja kita) agar makin memperkenan hati Tuhan dengan pikiran, tenaga dan harta kita. Semuanya mampu kita lakukan karena Yesus, satu-satunya raja yang berkeadilan, sudah datang menggenapi Firman Allah, sudah mengalahkan kuasa dosa oleh salib-Nya, dan membangun Tubuh-Nya diatas pengurbanan-Nya. Amin.