Shalom,
Memasuki tahun baru 2024, kita tidak tahu apa yang akan terjadi tetapi yang pasti Firman Tuhan mengatakan hari- hari terakhir ini akan datang masa yang sukar (2 Tim. 3:1). Dunia makin tua dan makin rusak, sedang lenyap dengan keinginannya (1 Yoh. 2:17). Berbanding terbalik dengan Firman hidup yang disaksikan oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus (di dalam Surga) dan tiga saksi di bumi yaitu darah, air dan Roh (1 Yoh. 5:7-8).
Hendaknya kita hidup dalam keadilan Tuhan dalam mengatur rumah tangga, anak-anak dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Seperti apa keadilan Tuhan menurut Mazmur 72?
“Dari Salomo. Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja! Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum! Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran! Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang-orang miskin, tetapi meremukkan pemeras-pemeras!”
Terbukti raja berdoa membutuhkan keadilan bagi kerajaan. Bukankah kita warga Kerajaan Allah/Surga? Untuk itu kita harus tahu keadilan Tuhan sebagai Raja itu seperti apa. Contoh: hari-hari ini banyak terjadi ketidakadilan sosial di dalam keluarga berakibat keluarga putus asa dan mengakhiri hidup mereka dengan bunuh diri. Berbicara mengenai keadilan, negara kita mempunyai kementerian sosial, apakah keadialan sosial sudah ditegakkan?
Salomo didoakan supaya keadilan ditegakkan dalam memerintah seluruh rakyat Israel. Dapatkah keadilan berdiri sendiri? Keadilan harus berdasarkan/berlandaskan hukum Tuhan. Saat itu berlaku hukum Taurat yang ditulis oleh Musa yang kemudian diuraikan dalam kitab Talmud.
Sejak kapan keadilan Tuhan ada? Karena Tuhan itu kekal, keadilan yang ada bersama-Nya juga kekal dan manusia memahami keadilan Tuhan ketika menciptakan manusia pertama. Buktinya? Peraturan Allah mulai berlaku ketika Adam-Hawa melanggar perintah-Nya dengan memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat oleh sebab bujuk rayu si ular yang memutarbalikkan perintah Allah (Kej. 3:1).
Kenyataannya, makin banyak peraturan dibuat, makin banyak pula pelanggaran dilakukan. Apakah ini berarti ketidaktaatan dibiarkan saja? Setiap pelanggaran tentu diselesaikan dengan keadilan. Demikian pula di dalam Kerajaan Allah yang berkeadilan. Allah, Raja atas segala raja, mempunyai hukum yang berkeadilan. Memang sekarang kita hidup (sementara) di dunia yang bernegara hukum tetapi nanti kita akan kembali kepada Allah yang menciptakan kita dan berhadapan dengan keadilan-Nya.
Bagaimana proses keadilan Allah berlaku ketika Adam-Hawa melanggar perintah-Nya? Mereka ketakutan setelah jatuh ke dalam dosa lalu menyematkan daun ara untuk menutupi ketelanjangannya (Kej. 3:7-10). Segera Allah mengadakan kurban binatang dan mengenakan kulit binatang itu kepada mereka (ay. 21). Inilah keadilan yang dilakukan Allah kepada manusia saat itu. Dapat dibayangkan betapa takutnya mereka saat melakukan pelanggaran di hadapan Raja segala raja walau Ia datang di hari yang sejuk. Memang tidak ada saksi yang melihat perbuatan mereka tetapi ada penuntutnya itulah kebenaran. Firman itu hidup dan benar maka kebenaran akan menuntut kita apabila kita melakukan pelanggaran.
Perhatikan, keadilan dapat berlaku seketika itu atau nanti pada saat kebangkitan orang mati. Yang pasti Tuhan tidak pernah menunda-nunda waktu terhadap keselamatan orang-orang percaya; maksudnya saat pelanggaran terjadi, saat
itu pula keadilan ditegakkan oleh Firman dan Roh Kudus. Bukankah Alkitab mengandung keadilan atas peristiwa- peristiwa yang terjadi dan Allah langsung bertindak terhadap umat-Nya? Keadilan juga berlaku bagi orang-orang yang tidak hidup di dalam kebenaran Firman setelah kebangkitan. Oleh sebab itu terimalah nasihat dan teguran Firman Tuhan, jangan menunda-nunda waktu untuk bertobat dengan mengakui semua kesalahan kita. Ketika kita bertobat, tangan Tuhan menjangkau kita dan keadilan-Nya berlangsung saat itu pula. Waspada, jika kita membiarkannya berlarut-larut, makin hari makin membesar masalahnya karena tidak secepatnya diselesaikan oleh Tuhan.
Tahukah perbedaan antara keadilan Tuhan dan keadilan manusia? Pelaku kejahatan dan pelanggar hukum dipanggil dan diadili oleh Tuhan bukan untuk dihukum tetapi untuk diselamatkan. Seluruh keadilan di muka bumi ini tujuannya adalah untuk menghukum sementara keadilan Allah dalam kebenaran bertujuan untuk menyelamatkan. Jadi orang yang melarikan diri alias menolak Allah hari ini akan menghadap pengadilan yang mengerikan saat kebangkitan kedua orang mati (Why. 20:12-15). Waspada, jangan mempermainkan kehendak bebas yang kita miliki lalu melanggar perintah/peraturan Allah; letakkan kehendak kita di bawah perintah-Nya maka kita akan dimuliakan karena kita menaati hukum-Nya. Bila kita masih ada pelanggaran, Tuhan yang berkeadilan akan menolong kita dengan berkurban sebagai solusinya sehingga tidak lagi ada dakwaan/tuntutan dari hukum Taurat atau Firman Allah.
Jangan takut diadili atau didakwa karena pada akhirnya kita dimerdekakan/dibebaskan dari dakwaan untuk beroleh kebenaran – kita dibenarkan. Siapa dapat bebas dari pengadilan Allah? Tidak ada! Manusia di seluruh muka bumi ini bertanggung jawab kepada Sang Pencipta. Allah menciptakan manusia supaya Nama Allah dimuliakan dan diagungkan dan kita bersukacita menikmati semua apa yang dianugerahkan kepada kita.
Pernah Daud menghadapi orang yang paling bodoh nan bebal itulah Nabal yang tidak berdiri pada keadilan. Mengapa? Daud telah menjaga kawanan dombanya Nabal sehingga tidak ada yang hilang juga gembala-gembalanya tidak diganggu. Namun apa balasan Nabal? Dia tidak tahu berterima kasih dan tidak mau memberi imbalan jasa kepada Daud bahkan mengatakan tidak mengenalnya. Untung istrinya, Abigail, bersikap bijak dan membalas kebaikan Daud sementara Nabal akhirnya mati jantungnya berhenti dan dia membatu (1 Sam. 25). Ini salah satu bukti orang yang tidak hidup dalam keadilan.
Jelas tidak ada ancaman hukuman bagi orang yang taat pada hukum Tuhan. Orang yang tertindas dengan hukum dapat diselesaikan oleh hakim. Siapa hakimnya? Allah adalah Hakim yang berhak menentukan bebas atau tidaknya seseorang dari jeratan hukum sebab Ia yang membuat undang-undang/hukum itu sendiri. Ia menghakimi kita dengan kebenaran; Ia tidak menghancurkan atau merusak masa depan kita; sebaliknya, memberi hidup dan mengukuhkan kita di dalam kebenaran. Ia membela kita dari dakwaan/tuduhan Iblis sekalipun (Wy. 12:10).
Selain memiliki keadilan untuk selama-lamanya, raja diharapkan memerintah dari Sungai Efrat sampai ke ujung bumi (Mzm. 72:8). Di Taman Eden tempat Adam-Hawa tinggal sebelum jatuh dalam dosa ada sungai Efrat Pison, Gihon Tigris. Jadi keadilan terus bekerja dimulai dari masa Adam hingga kekuasaan Raja Daud dan sampai selama-lamanya di mana semua raja sujud menyembah kepada Raja di atas segala raja dan segala bangsa menjadi hamba-Nya (ay. 11).
Apa yang dilakukan oleh Raja yang adil ini? Ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas dan orang yang tidak punya penolong; Ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin dan menyelamatkan nyawa orang miskin. Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di mata-Nya (ay. 12-14). Terbukti Tuhan melakukan perbuatan ajaib seorang diri; oleh sebab itu Ia layak dipuji untuk selama-lamanya dan kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi (ay. 18-19).
Kita patut bersyukur memiliki Tuhan, Raja di atas segala raja, yang hadir di tengah-tengah kita dan memerintah dengan adil serta memimpin kita menuju Kerajaan-nya yang kekal untuk suatu saat tinggal bersama-Nya di dalam Kerajaan- Nya yang berkeadilan. Amin.