Shalom,
Berkenaan dengan doa, semua agama mengajarkan hal berdoa, orang Kristen juga berdoa sebab doa merupakan perintah (1 Tes. 5:17). Doa bukan sekadar cara kita berkomunikasi dengan Tuhan tetapi memang ini yang Ia inginkan terjadi. Pertemuan kita dengan Tuhan melalui doa merupakan hak istimewa (Ams. 15:29) sebab kita yang asalnya bukan orang benar dibenarkan Allah ketika kita percaya kepada Anak tunggal-Nya, Yesus Kristus, sebagai Juru Selamat.
Apa arti kata “kualitas”? Kualitas berkaitan dengan keungulan, superiority, excellence, gagasan yang diharapkan memiliki nilai luar biasa di atas rata-rata atau di atas ukuran begini-begitu bahkan tinggi tiada batas.
Apa ciri-ciri dari doa berkualitas? Apa pentingnya dan mengapa doa harus berkualitas? Serta bagaimana memilikinya? Kita dapat menemukan jawabannya di dalam Mazmur 70:1-6 yang senada dengan Mazmur 40:14- 18.
“Untuk pemimpin biduan. Dari Daud pada waktu mempersembahkan korban peringatan.” (ay. 1)
Sosok Daud, penulis Mazmur ini, adalah raja Israel yang terbesar. Secara lahiriah keunggulannya tidak perlu diragukan, dia termasuk sumber daya manusia bermutu tinggi dengan kualitas terbaik di Israel. Namun di balik kebesaran dan kehebatannya, Daud menghadapi musuh-musuh yang menginginkan malapetaka bahkan mau mencabut nyawanya. Dia juga menghadapi orang-orang yang menghina bahkan mensyukuri kemalangannya. Heran, walau berstatus raja, Daud tidak mengandalkan kemegahan, kekuasaan dan potensi-potensi yang dimilikinya. Sebaliknya, dia bersandar dan menaruh percaya kepada Tuhan Allahnya.
Pembelajaran: pengenalan yang mendalam terhadap Pribadi Allah yang dibentuk melalui pelbagai pengalaman hidup akan menentukan keyakinan yang kuat tentang kuasa dan pertolongan Tuhan. Kita yakin Tuhan merancang kebaikan atas kita dan Ia sudah ada sejak dahulu, sekarang dan selama-lamanya. Keyakinan yang kuat menimbulkan optimisme atas jawaban doa kita sekalipun masih belum kelihatan tetapi percaya ada tangan sedang bekerja sebab semua alam semesta ada di dalam kendali-Nya. Kita optimis beroleh kemenangan di dalam pertarungan berbagai pergumulan hidup karena Ia menopang kita.
Kalau begitu bagaimana memiliki doa yang berkualitas?
- Miliki ketulusan dan keyakinan.
“Ya Allah! bersegeralah melepaskan aku, menolong aku, ya Tuhan!” (ay. 2)
Di balik kebesaran, kehebatan, kemampuan yang dimiliki, Daud memilih jujur kepada Tuhan dan datang kepada-Nya memohon pertolongan dengan segera. Ini dilakukan dengan tulus. Dia begitu yakin kepada Siapa dia berdoa serta menaruh kepercayaan bahwa Tuhan sanggup menolongnya.
Aplikasi: hendaknya kita juga memiliki sikap doa seperti Daud yaitu menghadap Allah dengan hati tulus dan jujur tanpa kepalsuan dan kepura-puraan serta dengan keyakinan iman yang teguh (Ibr. 10:22).
Yesus sendiri mengingatkan supaya kita tidak berdoa seperti orang munafik – luar dan dalam tidak sama. Apa ciri-ciri doa orang yang munafik? Berdiri di rumah ibadat dan tikungan jalan raya supaya dilihat orang (Mat. 6:5). Orang munafik lebih senang diperhatikan orang daripada diperhatikan Tuhan padahal Bapa melihat yang tersembunyi (ay. 6). Yesus juga meminta supaya kita berdoa tidak seperti kebiasaan orang tidak mengenal Allah (ay. 7) yang tidak beriman dan doanya bertele-tele – banyak kata tetapi tidak bermakna. Jadi jangan termasuk pada golongan tidak tulus dan tanpa keyakinan (ay. 8).
Bagaimana berdoa dengan keyakinan yang benar? Kita perlu memiliki pengenalan yang benar tentang Allah yang dinyatakan di dalam Firman dan Anak-Nya. Kepercayaan kita kepada Allah harus selaras dengan pernyataan diri-Nya dan standarnya adalah Alkitab. Doa Daud dipanjatkan hanya kepada satu Pribadi yang sangat dikenalnya itulah TUHAN dan Pribadi yang sama menyatakan diri dalam rupa manusia nama-Nya Yesus. Itu sebabnya kita tidak boleh ada allah lain di hadapan-Nya (Kel. 20:3) karena ini setara dengan penyembahan berhala.
Kesaksian: ketika Pembicara dengan keluarga besar makan bersama di tempat makan tenda kaki lima yang cukup ramai, tiba-tiba anak beliau (5 tahun) memimpin doa disertai menyanyikan lagu lebih dahulu. Mana yang tulus dalam berdoa? Anak kecil ini atau yang dewasa menahan tawa dan malu? Jujur menanamkan perilaku Kristiani kepada anak-anak terkadang menemui hal-hal yang menggelikan.
- Berdoa seturut kehendak Allah (ay. 3-5).
Setelah berdoa untuk kepentingannya sendiri, Daud berdoa untuk orang lain. Siapa mereka? Orang-orang jahat yang ingin mencabut nyawanya, yang mau mencelakainya dan yang mensyukuri kemalangannya.
Selain berdoa bagi orang-orang jahat, dia juga berdoa bagi orang-orang baik nan saleh yang mencari Tuhan. Daud mengatakan “Biarlah” sebanyak lima kali yang mengandung gagasan perintah tidak langsung akan permohonannya kepada Allah untuk bertindak. Terbukti Allah membuat musuh-musuhnya malu dan memberkati orang-orang saleh.
Terbukti doa memiliki keunggulan – Allah peduli terhadap mereka yang berseteru dengan-Nya: golongan jahat, kelompok pembunuh dan mereka yang mulutnya penuh sumpah serapah. Bukankah kepada mereka tujuan Allah Bapa mengutus anak-Nya dengan mati di kayu salib?
Mazmur 70:4 terjemahan King James menuliskan, “hendaknya mereka dikembalikan (turned back = berbalik) untuk mendapatkan pahala atas rasa malunya yang berkata: Aha! Aha!”
Kita bertanggung jawab mendoakan mereka yang sedang jauh dari Allah dan perbuatannya menunjukkan ciri- ciri memusuhi-Nya agar mereka berbalik/bertobat dan kembali kepada Allah.
Introspeksi: sudahkah kita mendoakan orang-orang dekat di sekitar kita yang belum/tidak mengenal Tuhan dan berjalan sebagai musuh-Nya? Hendaknya doa kita tidak melulu fokus pada permohonan pemenuhan kebutuhan duniawi tetapi biarlah pikiran dan cita-cita besar yang menembus sampai pada kekekalan juga dimohonkan kepada-Nya. Rumah tangga menjadi etalase karya Allah dan surat terbuka berisi tulisan-Nya yang dapat dibaca orang lain sehingga mereka memuji Allah dan imannya dikuatkan karena melihat bukti pengandalan hidup kita kepada Allah.
Perhatikan, orang yang berbalik kepada Allah alias bertobat membawanya kepada pahala. Orang yang menjadi musuh Allah pasti mendapat pehukuman sementara orang yang bertobat akan terjamin keselamatannya dan beroleh pahala itulah mahkota kebenaran seperti telah dialami oleh Rasul Paulus (2 Tim. 4:8).
Aspek apa yang harus diperhatikan ketika kita berdoa buat orang lain? Dinaikkan dengan kerendahan hati (ay. 6).
Faktanya Raja Daud tidak miskin tetapi pengalaman masa lalu yang sangat getir – bergaul dengan orang-orang yang dikejar-kejar penagih utang, dikejar Saul, dikejar oleh anaknya, Absalom, yang memberontak kepadanya dll. – membuatnya mengerti seperti apa rasanya menjadi orang miskin yang tidak mempunyai kemampuan, kekuatan, jauh dari kecukupan dan semua serba terbatas. Sikap ini membuatnya rendah hati.
Sebenarnya kemiskinan sudah ada sejak zaman dahulu, contoh: bangsa Israel yang miskin dan hidup diperbudak di Mesir; janda Zarfat, Lazarus, pengemis di pintu gerbang Bait Allah dll. Kita tidak dapat menutup mata bahwa kemiskinan tetap ada sampai sekarang dan semua ini seizin Tuhan. Demikian pula dengan yang kaya. Miskin bukanlah aib dan kaya bukanlah dosa namun miskin menjadi aib jika disebabkan karena kemalasan. Alkitab mengajarkan kita perlu belajar dari si semut untuk tidak jatuh miskin karena malas. Jadi, jangan merancang masa depan dengan kemalasan. Orang kaya juga menjadi berdosa jika dia menutup mata terhadap penderitaan orang-orang miskin; apalagi kalau sikap itu dilandasi oleh kesombongan, ketamakan dan keserakahan. Allah menghendaki adanya keseimbangan antara orang kaya dan orang miskin di dalam Tubuh Kristus untuk saling melengkapi (2 Kor. 8:12-15). Keseimbangan juga harus ada di dalam keluarga yang mana orang tua bertanggung jawab terhadap masa depan dan pergaulan anak-anaknya di belantara dunia yang penuh godaan. Dunia ingin merebut mereka, membuatnya larut dalam keputusasaan dan jatuh dalam dosa. Orang tua harus menolong anak muda yang masih miskin dalam pengalaman, wawasan, pertimbangan dan iman. Allah menuntut para orang tua untuk mendidik anak muda menurut jalan yang patut baginya supaya mereka tidak menyimpang dari jalan itu di masa tuanya (Ams. 22:6).
- Pelihara dan ingat-ingatlah akan pengampunan.
Daud terkesan begitu memaksa Tuhan untuk segera menolong dan meluputkannya (ay. 6). Ini menyiratkan adanya kegentingan yang perlu adanya penanganan dengan segera. Apa yang terjadi dengan Daud? Ternyata pemicu doa Daud ialah ketakutannya dikepung oleh malapetaka (Mzm. 40:13) akibat kesalahannya sendiri. Kesalahan apa yang membuatnya begitu menderita? Dia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN yaitu berzina dengan Batsyeba dan membunuh suaminya, Uria (1 Raja 15:5; 2 Sam. 11). Daya gempur kesalahan ini begitu dahsyat setara dengan malapetaka yang tak terbilang banyaknya.
Untuk menebus kesalahannya, Daud berdoa berbarengan dengan mempersembahkan kurban peringatan (Mzm. 70:1). Apa itu kurban peringatan? Persembahan berupa tepung segenggam dituangi minyak dan dibubuhi kemenyan di atasnya kemudian dibakar di atas mazbah sebagai kurban api-apian atau kurban peringatan (Im. 2). Kurban peringatan ini untuk kasus cemburuan, perselingkuhan, pelanggaran kesusilaan, amoral yang merongrong kesucian nikah dan disebut kedurjanaan di mata Tuhan (Bil. 5:11-15).
Arti kata “durjana” adalah: amoral, asusila, bejat, biadab, bobrok, buruk, durhaka, dursila, hina, jalang, keji, tabiat kotor, mesum, sembrono, ugal-ugalan, angkara, kebengisan, kekejaman, kezaliman. Alkitab bahasa Yunani menerjemahkan dengan kata Hamartia (= dosa). Berarti kedurjanaan tidak hanya terkait dengan kasus asusila tetapi juga dosa mendurhaka kepada Allah.
Dosa yang terkait dengan kesucian hidup nikah umumnya berusaha disembunyikan dan ditutup rapat oleh pelakunya karena berdampak pada reputasi, harga diri, dan menjadi aib besar kalau menjadi konsumsi publik. Parahnya, Iblis mengajari cara-cara bagaimana menutupi dosa kedurjanaan ini.
Peristiwa kejatuhan ini begitu membekas dan sulit dilupakan oleh Daud. Kesalahan fatal tersebut merebut damai sejahtera darinya karena dia dikejar-kejar oleh kesalahannya sendiri. Itu sebabnya dia memohon, “Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku dan tahirkanlah aku dari dosaku.” (Mzm. 51:4)
Penderitaan karena dosa ini membuat banyak perbuatan baik maupun jasa Daud seolah tercampakkan, tidak berharga terganti dengan rasa bersalah. Dia tidak mungkin lari bersembunyi dari Allah sebab tidak sehelai rambut pun luput dari perhatian-Nya.
Perhatian dari sisi kemahatahuan (omniscient) Allah tidak memberi peluang seorang berdosa menghindar atau bersembunyi dari-Nya sementara keadilan Allah membuat pendosa berada dalam bayang-bayang pehukuman dan pembalasan dari-Nya. Ia menyelidiki hati dan menguji batin untuk memberi pembalasan kepada setiap orang setimpal dengan perbuatannya.
Kisah Daud mengajarkan kepada kita bahwa pengenalan kepada Allah yang benar membuat kita mengerti akan keadilan dan kasih setia Allah. Perhatikan, kasih Allah itu kekal (Yer. 31:3); itu sebabnya kita tidak perlu memilih bersembunyi dari-Nya karena Ia mahatahu. Kita juga tidak perlu berlari dari-Nya sebab Ia mahahadir (omnipresent) di tempat pelarian kita. Ia hanya meminta kita datang mendekati-Nya dengan kerendahan hati dan menyadari kebobrokan kita di depan kemahatahuan-Nya untuk beroleh pengampunan dari-Nya.
Kurban peringatan adalah buah pikiran Allah supaya umat-Nya tetap berelasi erat dengan-Nya. Terlebih lagi sekarang Ia menyediakan mazbah salib di Golgota di mana tubuh Yesus menggantikan kurban-kurban di mezbah di pelataran Tabernakel. Ia mengampuni segala kesalahan kita dan menyembuhkan segala penyakit kita (Mzm. 103:3-5).
Apa respons kita terhadap kasih-Nya? “Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan- Nya!” (ay. 2)
Aplikasi: kita harus memelihara dan mengingat-ingat kebaikan-Nya yang mana Ia telah mengampuni kita dari segala kesalahan sehingga hidup kita diperbarui terus menerus menjadi persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah (Rm. 12:1-2).
Marilah kita menaikkan doa dengan penuh kerendahan hati dan keyakinan, seturut kehendak-Nya serta terus mengingat kebaikan-Nya yang telah mengampuni dosa kesalahan kita. Doa yang berkualitas semacam ini pasti menyenangkan Allah dan diperkenan oleh-Nya. Amin.