• RAJA YANG DINISTAKAN
  • Mazmur 69
  • Lemah Putro
  • 2023-11-26
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1472-raja-yang-dinistakan
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
Raja yang ternistakan

Shalom, 

Dalam suatu kerajaan tentu ada raja dan menteri-menteri yang cakap di bidangnya masing-masing dengan tujuan sama yaitu menegakkan dan menjaga keutuhan kerajaan tersebut. Tentu berdiri tegaknya sebuah kerajaan tidaklah semudah seperti yang kita pikirkan. Contoh: Daud adalah seorang raja tetapi tidak semua orang menyenanginya, buktinya dia memiliki musuh (orang luar) bahkan keluarga (orang dalam) sendiri memberontak kepadanya. 

Pengalaman apa yang dialami Raja Daud kali ini dalam tulisannya di Mazmur 69?

“Selamatkanlah aku, ya Allah sebab air telah naik sampai ke leherku! Aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam, tidak ada tempat bertumpu; aku telah terperosok ke air yang dalam, gelombang pasang menghanyutkan aku.” (ay. 2-3) 

Daud memulai tulisannya dengan permohonan minta tolong dan tidak segan-segan langsung berseru kepada Allah. Benarkah Daud akan tenggelam (fisik) di rawa yang dalam? Ternyata “air” menggambarkan orang banyak/bangsa- bangsa yang tidak senang akan Firman (Why. 17:15). Bukankah Yesus sendiri dibenci tanpa sebab? Daud juga mengalaminya.

Apakah seruan Daud dijawab Tuhan? “Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur,” (ay. 31) Berarti doa seruan Daud menghadapi tantangan dari orang-orang dijawab dan Allah menolongnya. 

Aplikasi: sebagai pengikut Kristus, kita tidak boleh menganggap semua berjalan lancar dan mudah tetapi kita menghadapi tantangan-tantangan hidup dan membutuhkan pertolongan-Nya.

Selanjutnya Daud mengatakan, “pada pemandangan Allah itu lebih baik dari pada sapi jantan, dari pada lembu jantan yang bertanduk dan berkuku belah.” (ay. 32) 

Terbukti pujian syukur Daud berkenan pada pemandangan Allah ketimbang kurban yang dipersembahkan. 

Introspeksi: tindakan apa yang berkenan di hadapan Allah? Jangan kita lebih mementingkan peraturan liturgi gereja karena dianggap baik bagi pemandangan manusia tetapi menyebabkan orang mundur dari pengenalan akan Tuhan! Misal: kita memberlakukan peraturan gereja yang kaku dan sempit membuat “orang baru” bingung dan tersandung tidak mau masuk gereja lagi. 

Apa yang diperkenan Tuhan? Membawa anak-anak ke hadapan Yesus itu berkenan di hadapan-Nya karena di sana ada suasana Kerajaan Surga sekaligus tata tertibnya tetapi murid-murid justru marah karena dianggap akan mengacaukan suasana (Luk. 18:15). 

Tentu kita akan senang ditertibkan dan berada dalam pengayoman serta perlindungan Tuhan. Namun apa yang harus kita lakukan agar berkenan pada pemandangan Allah? “Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati dan bersukacitalah; kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali!” (ay. 33) 

Apa dan siapa yang kita cari saat beribadah? Apakah karena pendetanya berkarisma dan fasih berbicara? Atau khotbahnya yang keren? Atau kita datang dengan rendah hati penuh sukacita ingin bertemu Tuhan? Mengapa? “Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan.” (ay. 34) 

Jujur, bukankah kita sering berada di dalam “tahanan” batin – tidak bebas karena terbelenggu oleh masalah nikah, rumah tangga, keuangan, kesehatan dst. Namun ingat, Allah tidak memandang hina dan melihat penderitaan kita.

Buktinya? “Biarlah langit dan bumi memuji-muji Dia, lautan dan segala yang bergerak di dalamnya. Sebab Allah akan menyelamatkan Sion dan membangun kota-kota Yehuda supaya orang-orang diam di sana dan memilikinya; anak cucu hamba-hamba-Nya akan mewarisinya dan orang-orang yang mencintai nama-Nya akan diam di situ.” (ay. 35-37) 

Raja Daud meluapkan terima kasihnya kepada Allah yang telah menolongnya dan mengerti bahwa pengurbanan sebanyak apa pun tidak sebanding dengan kerendahan hati. Jadi, jangan kita merasa lebih baik bahkan lebih suci karena kita telah banyak berkurban untuk kebutuhan gereja tetapi datanglah kepada Tuhan dengan rendah hati karena di dalam kerendahan hati justru ada pertobatan dan sikap semacam ini diperkenan Tuhan.

Sebenarnya kapan Tuhan menolong Daud (juga kita)? “Tetapi aku, aku berdoa kepada-Mu, ya TUHAN, pada waktu Engkau berkenan, ya Allah; demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku dengan pertolongan-Mu yang setia!” (ay. 14) 

Perhatikan, Allah adalah Pemilik dari waktu buktinya Ia yang memulai penciptaan alam semesta beserta isinya, Ia pula yang akan mengakhirnya. Kita tidak berhak mengatur atau menentukan waktu; oleh sebab itu jangan menunda-nunda waktu untuk beribadah bertemu Tuhan sebab kita tidak tahu pasti apakah kita masih ada waktu di lain hari.

Raja Daud memanfaatkan waktu ketika Allah berkenan dengan berdoa dan apa katanya? “Lepaskanlah aku dari dalam lumpur supaya jangan aku tenggelam, biarlah aku dilepaskan dari orang-orang yang membenci aku dan dari air yang dalam! Janganlah gelombang air menghanyutkan aku atau tubir menelan aku atau sumur menutup mulutnya di atasku. Jawablah aku, ya TUHAN, sebab kasih setia-Mu baik, berpalinglah kepadaku menurut rahmat-Mu   yang   besar! Janganlah   sembunyikan   wajah-Mu kepada   hamba-Mu   sebab    aku tersesak; segeralah menjawab aku! Datanglah kepadaku, tebuslah aku, bebaskanlah aku oleh karena musuh-musuhku. Engkau mengenal celaku, maluku dan nodaku; semua lawanku ada di hadapan-Mu. Cela itu telah mematahkan hatiku dan aku putus asa; aku menantikan belas kasihan tetapi sia-sia, menantikan penghibur- penghibur, tetapi tidak kudapati. Bahkan mereka memberi aku makan racun dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.” (ay. 15-22) 

Terbukti Raja Daud tidak selalu hidup tenang dalam hidupnya; dia juga dikelilingi oleh musuh-musuh yang membuatnya putus asa. 

Aplikasi: kita juga tidak dapat hidup tenang sepenuhnya sebab Iblis selalu mencari kesempatan di dalam kesempitan untuk menyerang kita. Itu sebabnya kita perlu berseru meminta pertolongan dari Tuhan. 

Benarkah Daud kehausan kemudian diberi minum anggur asam? Ternyata pernyataan Daud telah menubuatkan jauh ke depan tentang kondisi Yesus saat kehausan di atas salib kemudian bunga karang pada sebatang hisop dicelupkan ke dalam anggur asam lalu diunjukkan ke mulut-Nya (Yoh. 19:28-30).

Daud juga menulis, “Biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama- sama dengan orang-orang yang benar!” (ay. 29) 

Siapa yang akan dihapus dari buku kehidupan?

  • TUHAN sangat murka ketika bangsa Israel membuat patung anak lembu emas dan menyembahnya. Musa kemudian menjadi mediator dan mengatakan, “Bangsa ini telah berbuat dosa besar sebab mereka telah mmbuat allah emas bagi Tetapi sekarang kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu – dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.” (Kel. 32:31-32)

Apa jawab TUHAN? “Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yng akan Kuhapuskan dari dalam kitab- Ku.” (ay. 33) Terbukti Tuhan tidak sembarangan menghapus nama seseorang dari buku kehidupan. 

  • Musa begitu mencintai bangsanya sampai dia merengek-rengek kalau boleh namanya dibuang; demikian pula Rasul Paulus terhadap bangsanya, orang Yahudi, hingga dia mengatakan, “Aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati bahkan aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara ” (Rm. 9:2-3)
  • Yesus begitu mengasihi dan menjaga milik-Nya hingga berdoa, “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.” (Yoh. 17:12) 
  • Rasul Paulus meminta Sunsugos untuk menolong Euodia dan Sintike yang bertengkar padahal mereka berdua berjuang bersama Paulus dalam pekabaran Injil dan nama mereka tercantum dalam buku kehidupan (Flp. 4:23).

Tentu nama-nama orang yang tertulis dalam buku kehidupan adalah mereka yang hidup dalam kesatuan. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga memiliki kerinduan akan kesatuan? 

  • Jemaat Sardis dalam kondisi hampir mati karena tidak satu pun dari pekerjaan mereka sempurna di hadapan Mereka dijanjikan jika menang, Tuhan tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan (Why. 3:2,3). 

Bila Yesus, Raja di atas segala raja, dibenci bahkan dinistakan bagaimana dengan kondisi gereja-Nya hari-hari ini? Gereja Tuhan juga dibenci supaya mengerti nilai keselamatan hidup kekal yang diperolehnya. Ternyata sejak awal, gereja Tuhan tidak enak-enakan dan santai dalam mengikut Dia tetapi juga mengalami penistaan seperti telah dialami Yesus. Contoh: Paulus dilempari batu hingga hampir mati karena pengabaran Injil tetapi dia tidak jera. Keesokan harinya dia pergi ke kota lain menguatkan iman jemaat dan mengingatkan mereka bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah mereka harus mengalami banyak sengsara (Kis. Ras. 14:19-22). 

Introspeksi: masihkah kita bersedia mengikut Yesus dan melayani-Nya walau harus mengalami banyak sengsara? Jangan salah persepsi Surga dapat dibeli dengan uang atau kebaikan kita! Namun jalan keselamatan menuju Kerajaan Allah harus melalui banyak sengsara. Oleh sebab itu kita selalu mengadakan Perjamuan Tuhan untuk mengingat sengsara-Nya disalib hingga Ia datang kembali menjemput kita. 

Jika Yesus, Raja di atas segala raja, rela dinistakan demi keselamatan rakyat-Nya; kita sebagai pengikut-Nya juga harus meneladan/mencontoh Dia dengan rela menderita sengsara untuk masuk dalam Kerajaan-Nya (Mat. 5:3,10- 12). Tetaplah hidup dalam persatuan dan kesatuan antaranggota tubuh Kristus supaya nama kita tetap tercatat di buku kehidupan. Amin.