• BERSYUKUR ATAS DAHSYATNYA PERBUATAN ALLAH (1) - JOHOR
  • Johor
  • 2023-10-29
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1460-bersyukur-atas-dahsyatnya-perbuatan-allah-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom, 

Kali ini kita membahas Firman Tuhan yang diambil dari Mazmur 66. Apa kata penulis mazmur ini? “Untuk pemimpin biduan. Nyanyian Mazmur. Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi,” (ay. 1) 

Tidak diketahui siapa penulisnya dan mazmur ini dipersembahkan kepada pemimpin biduan untuk dinyanyikan agar seluruh bumi bersorak-sorai bagi Allah. 

Apa alasan pemazmur ini hingga dia berapi-api mendorong seluruh bumi untuk memuliakan Allah?

“Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Katakanlah kepada Allah: "Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu; oleh sebab kekuatan-Mu yang besar musuh-Mu tunduk menjilat kepada-Mu. Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu dan bermazmur bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu." S e l a (ay. 1-4) 

Bagaimana dengan pujian yang kita nyanyikan? Apakah terdengar ke seluruh bumi? Dan sungguhkah kita rindu agar seluruh bumi memuja Allah kita? Sudahkah kita memuliakan Allah di dalam Yesus Kristus dimulai kepada orang-orang di sekitar kita? Apakah tutur kata berdasarkan pengalaman kita menggetarkan hati mereka? 

Pemazmur mendorong pembaca untuk memazmurkan kemuliaan Nama Tuhan dengan puji-pujian dan menyaksikan betapa dahsyat pekerjaan-Nya oleh sebab kekuatan-Nya yang besar. 

Dari mana kita mengetahui perbuatan-perbuatan Tuhan begitu dahsyat? Tentu dari Alkitab yang mana pemazmur menuliskan, “Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia: Ia mengubah laut menjadi tanah kering dan orang-orang itu berjalan kaki menyeberangi sungai. Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia yang memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya, yang mata- Nya mengawasi bangsa-bangsa. Pemberontak-pemberontak tidak dapat meninggikan diri. Sela” (ay. 5-7) 

Perbuatan dahsyat yang Allah lakukan ialah membebaskan orang Israel keluar dari perbudakan Mesir dan mengubah laut Teberau menjadi tanah kering sehingga umat-Nya dapat melintasinya dan bebas dari kejaran orang Mesir dengan kereta berkudanya (Kel. 14:21-29). Sebelumnya, Allah telah menjatuhkan 10 tulah bagi bangsa Mesir dan memerintahkan setiap keluarga orang Israel menyembelih seekor domba paskah sebelum keluar dari belenggu perbudakan di negeri Mesir selama 400 tahun. 

Penulis Mazmur 66 ini adalah keturunan bangsa Israel yang mengetahui sejarah bangsanya melalui pembacaan lima kitab Musa. Bagaimana dengan kita? Bila kita juga tekun membaca Alkitab, kita akan mengetahui kedahsyatan perbuatan Allah melalui penciptaan alam semesta termasuk manusia di dalamnya. Itu sebabnya sudah sepantasnya seluruh bumi bersorak-sorai bagi Dia dan menyembah-Nya.

Kemudian pemazmur mengatakan, “Pujilah Allah kami, hai bangsa-bangsa dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya! Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah. Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak. Engkau telah membawa kami ke dalam jaring, mengenakan beban pada pinggang kami; Engkau telah membiarkan orang-orang melintasi kepala kami, kami telah menempuh api dan air; tetapi Engkau telah mengeluarkan kami sehingga bebas.” (ay. 8-12) 

Tentu tidaklah mudah memurnikan perak dengan panasnya api. Perak menggambarkan ketebusan dan kita ditebus oleh Yesus melalui pengurbanan-Nya dengan menderita disalib hingga mati. Setelah ditebus untuk beroleh keselamatan, iman kita “dibakar” dengan api ujian untuk dimurnikan.

Introspeksi: apakah kita juga mempunyai pengalaman sama seperti dialami oleh pemazmur yang mana jiwa kita terpelihara oleh Allah saat terancam? Apakah jiwa kita tetap teguh meskipun dunia tergoncang keras? Bukankah kita sering merasa makin kita mengikut Tuhan, makin kita menghadapi banyak rintangan seperti dialami oleh bangsa Israel di padang gurun berakibat mereka banyak mengomel. Ingat, pengalaman sepanas dan sepahit apa pun akan berakhir dengan puji-pujian karena Ia mengeluarkan kita dari “api penyucian” untuk bebas.

Apa yang dilakukan oleh pemazmur seusai mengalami pembebasan dari api dan air? “Aku akan masuk ke dalam rumah-Mu dengan membawa korban-korban bakaran, aku akan membayar kepada-Mu nazarku; yang telah diucapkan bibirku dan dikatakan mulutku pada waktu aku susah. Korban-korban bakaran dari binatang gemuk akan kupersembahkan kepada-Mu…” (ay. 13-15) 

Di zaman dahulu, orang mempersembahkan kurban bakaran (lembu, domba, kambing, burung merpati/tekukur) sebagai tanda ucapan syukur telah ditolong Tuhan juga sebagai penyerahan hidup.

Persembahan apa yang kita berikan kepada Tuhan? Apakah Ia butuh kurban bakaran dan kurban sembelihan? Tidak, binatang ternak adalah ciptaan-Nya tetapi Ia menginginkan persembahan hati yang tulus. Dan dapatkah kita membayar nazar di waktu kita susah/menderita? Jujur pengalaman “kematian” merupakan penderitaan yang sangat menyakitkan tetapi kita harus mengalami proses kematian ini untuk beroleh kebangkitan. Mungkin kita dapat membeli kedudukan dan popularitas menggunakan kemampuan dan uang kita tetapi keselamatan dan kesucian hanya kita peroleh karena kasih karunia-Nya semata.

Apa kata pemazmur selanjutnya? “Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian. Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar. Sesungguhnya, Allah telah mendengar, Ia telah memperhatikan doa yang ku ucapkan. Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.” (ay. 16-20) 

Bila kita hidup takut akan Allah, kita akan memperkenalkan Allah ke seluruh bumi melalui kesaksian keubahan hidup kita di mana pun dan kapan pun. Sikap, tutur kata dan tindakan kita akan memuliakan Allah di saat dunia lagi gencar-gencarnya mempraktikkan kecurangan dengan menghalalkan segala cara. 

Waspada kalau ada niat hati yang jahat, Tuhan tidak akan mau mendengarkan doanya. Namun siapa dapat melihat isi hati seseorang? Alkitab sendiri mengatakan betapa liciknya hati manusia, lebih licik daripada segala sesuatu (Yer. 17:9) walau dari luar tampak baik dan lemah lembut. Ingat perumpamaan orang Farisi yang membanggakan diri dengan perbuatan baiknya? Jauh berbeda dengan sikap pemungut cukai yang tidak berani menengadah ke langit melainkan memukul diri sendiri sambil berdoa agar Allah mengasihaninya sebagai orang berdosa (Luk. 18:10-13). Yesus mengenal hati pemungut cukai yang remuk sehingga doanya didengar oleh-Nya (ay. 14). Demikian pula ketika Yesus mengunjungi rumah Zakheus, pemungut cukai, orang Farisi langsung bersungut- sungut mengapa Ia mau menumpang di rumah orang berdosa (Luk. 19:7). Apa yang terjadi dengan Zakheus? Terjadi keubahan hidup (bersumber dari hati) dan dia memberikan setengah dari miliknya kepada orang miskin serta mengembalikan empat kali lipat kepada orang yang diperasnya (ay. 8). 

Introspeksi: doa apa yang keluar dari lubuk hati kita? Dan apa tujuan kita datang beribadah ke rumah Tuhan? Datanglah ke rumah Tuhan dengan rendah hati dan hormati kehadiran-Nya karena hanya Dia yang layak dipuji dan disembah. Bila kita mengaku diri sebagai orang berdosa, kita akan pulang penuh kebebasan karena orang yang remuk hati akan beroleh pengampunan. Sesungguhnya Allah mendengar dan memerhatikan doa yang kita ucapkan. 

Terbukti pemazmur memuji Allah yang mendengar doanya dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya daripadanya. Pastikan bahwa Ia juga menjawab doa kita yang keluar dari hati penuh penyesalan untuk beroleh pertolongan dari-Nya dan hati yang penuh ucapan syukur akan bersaksi memuji serta memuliakan perbuatan Allah yang dahsyat. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: