Shalom,
Umumnya kita mengawali ibadah dengan doa (di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus) pengusiran kuasa roh-roh jahat (Iblis) yang hendak mengganggu jalannya ibadah agar kita dapat fokus memuji Tuhan terlebih lagi saat mendengarkan Firman-Nya agar tidak terganggu dengan deringnya HP atau sibuk main HP.
Pesan apa yang pemazmur mau bagikan melalui tema “Bersyukur atas dahsyatnya perbuatan Allah”?
HENDAKNYA SELURUH BUMI MEMUJI ALLAH
“..Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Katakanlah kepada Allah: “Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu; oleh sebab kekuatan-Mu yang besar musuh-Mu tunduk menjilat kepada-Mu. Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu dan bermasmuz bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu.” S e l a (ay. 1-4)
Penulis Mazmur 66 ini penuh pergolakan dalam hidupnya seakan-akan tidak ada “genjatan senjata” karena banyaknya masalah yang dihadapi. Bukankah perjalanan hidup kita juga sama? Masalah demi masalah datang silih berganti, misal: setelah anak kita lulus SMA, mereka menghadapi masalah berkaitan dengan biaya besar untuk masuk universitas; setelah lulus sulit mencari pekerjaan dst. Demikian pula saat Allah memilih bapak leluhur orang Israel (Abraham, Ishak dan Yakub); semua tidak berjalan mulus dan damai-damai saja tetapi penuh dengan pergumulan.
Sebenarnya seberapa dahsyat pekerjaan Allah sehingga pemazmur mendorong seluruh bumi memuji Dia? Sangatlah tak terhitung dimulai dari awal penciptaan alam semesta, kemudian turunnya 10 tulah bagi bangsa Mesir untuk membebaskan umat pilihanan-Nya. Berlanjut dengan dituntun-Nya ± 2½ juta orang Israel keluar dari tanah perbudakan Mesir dan merasa aman dalam perlindungan tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari (Kel. 13:21). Mereka lagi berkemah di tepi Laut Teberau ketika mendengar kereta berkuda dan pasukan yang dipimpin oleh Firaun sendiri mengejar mereka. Mulailah mereka cemas, takut, gemetar dan meminta pertanggungjawaban kepada Musa yang memimpin mereka. Di tengah kebuntuan bangsa Israel tidak tahu harus berbuat apa, Allah membuka “tol laut” dengan membelah Laut Teberau sehingga mereka dapat berjalan di tengah-tengah laut di tempat kering (Kel. 14:16). Bukankah ini bukti kedahsyatan Allah berkarya?
Introspeksi: percayakah kita akan pertolongan Tuhan yang membuka jalan ketika kita menghadapi kebuntuan karena masalah? Ingat, Allah itu hidup dan nyata yang siap membela umat pilihan-Nya.
Pada umumnya orang yang belum/tidak mengenal Tuhan percaya adanya kekuatan supranatural di luar dirinya yang dianggap mampu menolong, melepaskan, memberi kemenangan baginya. Demikian pula bangsa Israel menghadapi musuh itulah Firaun bersama pasukan-pasukan berkereta menggunakan kekuatan mistiknya. Itu sebabnya Musa menguatkan bangsa Israel untuk diam karena TUHAN akan berperang bagi mereka (Kel. 14:14).
Perbuatan dahsyat Allah dikutip oleh Rasul Paulus di Perjanjian Baru yakni, “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka dan batu karang itu ialah Kristus.” (1 Kor. 10:1-4).
Ternyata melintasnya bangsa Israel di Laut Terberau menggambarkan baptisan air yang dilakukan bagi pengikut Musa. Bagi kita sekarang, baptisan air bertujuan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah (1 Ptr. 3:21).
Allah Israel dengan kemahatahuan-Nya mengenal bangsa Israel yang telah diperbudak selama 400 tahun memiliki hati nurani yang tidak baik. Oleh sebab itu mereka harus dibaptis untuk memohonkan hati nurani yang baik dan mengikuti batu karang Kristus supaya tidak mudah goyah. Sementara itu orang Israel yang lahir dan dibesarkan di padang belantara juga menyeberangi Sungai Yordan yang airnya berhenti mengalir (Yos. 3:16) untuk masuk ke dalam negeri perjanjian, Kanaan.
HENDAKNYA KITA MEMUJI ALLAH
“Pujilah Allah kami, hai bangsa-bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya! Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah.” (ay. 8-9)
Jelas, orang yang hati nuraninya telah disucikan oleh Firman dan Roh Kudus tidak akan mudah goyah saat menghadapi persoalan ekonomi, studi, perjodohan, rumah tangga dll. Dia juga tidak terburu-buru memutuskan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Alkitab menulis banyaknya mayat orang Israel bergelimpangan di padang gurun tidak masuk Kanaan karena (hati) mereka melawan Tuhan (Bil. 14:32-35).
Jujur kita juga jatuh bangun tidak tahan menghadapi pergolakan hidup ini. Dalam tubuh kita masih ada keinginan- keinginan dosa berakibat kita tidak dapat memuji Tuhan dengan baik dan tertib.
Bila awalnya pemazmur mendorong seluruh bumi memuji Allah, sekarang kita diminta untuk memuji Allah kita yang hidup juga pernyertaan-Nya yang nyata. Bukankah kita telah mendapatkan sentuhan-sentuhan kasih Allah di dalam seluruh perjalanan hidup kita? Ia memberikan solusi terhadap kesulitan-kesulitan kita dan menjawab doa kita.
Kita percaya Allah kita hidup dan nyata; sebaliknya, Allah dari bangsa-bangsa ialah berhala yang diharapkan dapat menolong tetapi kenyataannya tetap membisu karena berhala mereka mati. Kita yakin keselamatan hanya ada di dalam Kristus Yesus. Oleh sebab itu jangan mudah pindah hati dan iman hanya karena kesukaran ekonomi, kesulitan teman hidup dll. Kita juga harus peka dapat membedakan adanya Yesus lain, roh lain yang terus disebarkan via medsos.
“Aku akan masuk ke dalam rumah-Mu dengan membawa korban-korban bakaran, aku akan membayar kepada- Mu nazarku yang telah diucapkan bibirku, dan dikatakan mulutku pada waktu aku susah. Korban-korban bakaran dari binatang gemuk akan kupersembahkan kepada-Mu dengan asap korban dari domba-domba jantan; aku akan menyediakan lembu-lembu dan kambing-kambing jantan. Sela” (ay. 13-15)
Ketika kaki kita goyah, Allah mempertahankan jiwa kita dengan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya siapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal (Yoh. 3:16). Jika di era Perjanjian Lama, persembahan kurban binatang dilakukan untuk menghapus dosa pelanggaran, sekarang Yesus membawa darah-Nya sendiri untuk menghapus dosa manusia. Oleh sebab itu kita patut bersyukur dalam kondisi apa pun – senang maupun susah – dan jangan mudah mengomel. Perhatikan, mata Tuhan terus melihat hati kita dan Roh Kudus menolong serta membimbing kita. Apakah kita mau menjadi pemberontak atau orang yang terus bersyukur?
HENDAKNYA AKU MEMUJI ALLAH
“Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan- Nya terhadap diriku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian. Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar. Sesungguhnya Allah telah mendengar, Ia telah memperhatikan doa yang kuucapkan. Terpujilah Allah yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.” (ay. 16-20)
Sekarang lebih spesifik ditujukan kepada pribadi lepas pribadi. Masing-masing dari kita harus dapat menyaksikan kedahsyatan perbuatan-perbuatan Allah yang telah kita alami secara pribadi untuk menjadi kesaksian yang menerangi orang yang masih hidup di dalam kegelapan.
Sekali lagi Tuhan mengenal hati orang, Ia tidak akan menjawab doa orang yang hatinya berniat jahat (penuh amarah, iri hati, percabulan, dll) dan darah Yesus berkuasa menyucikannya untuk diganti dengan hati penuh syukur serta bermurah hati. Terbukti Allah mendengar doa yang diucapkan oleh pemazmur. Sifat murah hati harus teruji hingga yang keluar adalah kemurnian bukan kejahatan; untuk itu kita membutuhkan belas kasihan-Nya dan terus membangun hubungan intim dengan-Nya. Bila kita tetap dalam pengggembalaan Tuhan, kita akan tenang sebab Ia menuntun kita kepada hidup dan Ia tidak akan pernah membiarkan kita berperang sendirian melawan penghulu- penghulu dunia yang gelap ini.
Sungguh kita patut bersyukur atas dahsyatnya perbuatan Allah yang begitu nyata bagi kita. Rasa syukur itu dapat diekspresikan dalam bentuk kesaksian hidup dimulai dari pengalaman pribadi melebar menjadi kesaksian kelompok hingga seluruh bumi mengenal siapa Allah yang dahsyat itu kemudian bersorak-sorai memuji Dia. Amin.