Shalom,
Hari ini kita mempelajari lebih jauh tentang “Dahsyatnya Perkataan” yang diambil dari Mazmur 64. Perkataan siapa yang dahsyat?
Berbicara mengenai perkataan, sejak awal Allah menciptakan bumi, langit beserta isinya dengan perkataan yang disebut pula Firman. Contoh: penciptaan hari ke-1: “Jadilah terang” (Kej. 1:3); hari ke-2: “Jadilah cakrawala” (ay. 6); hari ke-3: “Berfirmanlah Allah” (ay. 9); “Berfirmanlah Allah” (ay. 11); hari ke-4: “Berfirmanlah Allah” (ay. 14); hari ke- 5: “Berfirmanlah Allah” (ay. 20); hari ke-6: “Berfirmanlah Allah” (ay. 24,26).
Jelas, manusia diciptakan oleh Allah (Kej. 1:26-27) bukan dari turunan monyet atau kera seperti diajarkan di sekolah tentang teori evolusi Darwin. Ini tidak benar! Alkitab juga mengatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah yang menciptakan segala yang ada melalui perkataan atau Firman-Nya. Dengan demikian, manusia juga mempunyai kuasa dalam perkataan. Contoh: seorang ilmuwan dari Jepang selama bertahun-tahun melakukan riset atau eksperimen terhadap air dan hasil penelitian tersebut kemudian dipublikasikan. Dalam percobaan, ternyata air dapat menyimpan, menyerap dan bereaksi terhadap emosi manusia yang dipaparkan kepadanya. Apabila manusia mengatakan hal-hal yang baik seperti pujian dan disetelkan musik yang indah, air tersebut menghasilkan molekul air yang luar biasa juga konfigusi yang indah dan menakjubkan. Sebaliknya, bila disetelkan musik yang gegap gempita dan menakutkan serta ucapan kata-kata yang tidak baik maka konfigurasi air itu tidak karu-karuan dan sangat mengerikan. Tenyata perkataan manusia berpengaruh terhadap air dan tubuh manusia 70% terdiri dari air. Itu sebabnya kita harus hati-hati dalam berkata-kata baik terhadap sesama maupun makhluk hidup lainnya (binatang, tanaman dll.) sebab perkataan yang baik akan berdampak baik sementara perkataan buruk berakibat buruk. Yesus sendiri menegaskan suatu pohan yang tidak baik, tidak baik pula buahnya sebab dari buahnya pohon itu dikenal (Mat. 12:33).
Alam semesta juga diciptakan oleh Allah bukan teori Big Bang yang ditemukan oleh ahli fisika – seorang rohaniawan yang ternyata tidak percaya pada Alkitab. Tahukah sejak awal manusia jatuh dalam dosa karena termakan oleh dusta Iblis yang memutarbalikkan perkataan/Firman Allah sebab Iblis adalah bapa segala dusta (Yoh. 8:44)?
Karena perkataan manusia mengandung kuasa, kita harus hati-hati dalam berkata-kata yang dikendalikan oleh lidah (Yak. 3:6). Waspada, lidah itu seperti api yang dapat membakar hutan jika kita tidak dapat menguasainya.
Apa tindakan Daud menghadapi serangan musuh menurut Mazmur 64?
- Berdoa kepada Allah (ay. 2-7).
“Ya Allah, dengarlah suaraku pada waktu aku mengaduh, jagalah nyawaku terhadap musuh yang dahsyat. Sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap kerusuhan orang-orang yang melakukan kejahatan, yang menajamkan lidahnya seperti pedang, yang membidikkan kata yang pahit seperti panah untuk menembak orang yang tulus hati dari tempat yang tersembunyi; sekonyong-konyong mereka menembak dia dengan tidak takut-takut. Mereka berpegang teguh pada maksud yang jahat, mereka membicarakan hendak memasang perangkap dengan sembunyi; kata mereka: "Siapa yang melihatnya?" Mereka merancang kecurangan- kecurangan: "Kami sudah siap, rancangan sudah rampung." Alangkah dalamnya batin dan hati orang!”
Dalam keadaan terjepit, cemas dan ketakutan karena nyawanya terancam, Daud berdoa mengadu kepada Allah. Dia menghadapi musuh yang dahsyat. Siapa musuhnya saat itu? Dalam perjalanan keluar dari Yerusalem menghindari pemberontakan anaknya, Absalom, dia menghadapi Simei keturunan Raja Saul yang mengutuki sambil melempari batu (2 Sam. 16:5-7). Apa respons Daud? Dia diam saja tidak membalas bahkan menganggap Tuhan memakai Simei untuk mengutukinya (ay. 10). Daud takut dan menghormati Tuhan sehingga dia tidak menanggapi perkataan Simei yang busuk itu.
Aplikasi: hendaknya kita tidak gegabah cepat melontarkan kata-kata kutukan untuk membalas “musuh” yang memaki-maki kita. Firman Tuhan mengingatkan dari mulut yang sama dapat keluar berkat dan kutuk; ini tidak berkenan di hadapan Tuhan (Yak. 3:9-12).
Selain Simei, Daud juga menghadapi ancaman dari Ahitofel yang membelot dan menasihati Absalom untuk menyerang Daud (2 Sam. 17:14). Daud pasti tahu taktik perang Ahitofel yang sebelumnya bekerja dengannya. Untung nasihat Ahitofel tidak dituruti oleh Absalom. Terbukti Allah menjaga nyawa Daud dan menyembunyikannya dari orang-orang jahat.
Apakah Daud seorang penakut? Daud adalah seorang pemberani bahkan menjadi pahlawan ketika dia maju mengalahkan Goliat sementara rakyat Israel bahkan Raja Saul sangat ketakutan menghadapi raksasa dari Filistin ini. Daud maju menggunakan perkataan mengandung kuasa “Siapakah orang Filistin yang tidak bersunat ini sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?” (1 Sam. 17:26)
Perkataan Daud ini sampai ke telinga Raja Saul lalu dipanggilnya Daud menghadap raja. Daud bersaksi bagaimana dia menjaga kambing dombanya dari terkaman singa dan beruang juga yakin mampu mengalahkan Goliat atas pertolongan Tuhan yang telah melepaskan dia dari cakar singa dan beruang.
Introspeksi: apa respons kita terhadap orang-orang “kuat” yang menekan kita? Apakah takut, cemas dan khawatir? Percayalah bahwa Tuhan dan Firman-Nya berkuasa melindungi kita dari tangan-tangan si jahat.
Terbukti dalam kondisi terjepit Daud tetap mengandalkan Allah dan berdoa kepada-Nya. Dia mengakui Allah itu TUHAN – Pencipta alam semesta dan Raja di atas segala raja. Dia datang kepada Tuhan, duduk bersimpuh di kaki- Nya untuk menyatakan isi hati serta ketakutannya.
- Allah menjawab doa Daud (ayat 8-9).
“Tetapi Allah menembak mereka dengan panah; sekonyong-konyong mereka terluka. Ia membuat mereka tergelincir karena lidah mereka; setiap orang yang melihat mereka menggeleng kepala.”
Terbukti Allah menjawab doa Daud dan menembak mereka dengan panah. Jika Simei dan Ahitofel membidik dengan panah kata-kata pahit yang mengutuk, Allah menembak mereka dengan panah Firman Tuhan.
Daud dalam kondisi tidak berdaya sementara Absalom sedang dipengaruhi oleh Husai dan Ahitofel. Namun semua dalam kendali Tuhan, Ia berkuasa mengatur pikiran seseorang dan menggagalkan gagasan dari Ahitofel. Akibatnya Ahitofel menjadi kecewa kemudian pulang ke rumah dan gantung diri karena merasa raja mengabaikannya (2 Sam. 17:14,23).
Terbukti Tuhan mendengar doa orang yang tulus hati membuat musuh geleng-geleng kepala karena Ia berkuasa menggagalkan rencana manusia dengan segala taktik, tipu muslihat dan kecerdikannya.
- Bersukacita karena Tuhan (ay. 10,11).
“Maka semua orang takut dan memberitakan perbuatan Allah, dan mengakui pekerjaan-Nya. Orang benar akan bersukacita karena TUHAN dan berlindung pada-Nya; semua orang yang jujur akan bermegah.”
Dalam keadaan khawatir dan takut, Daud berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan dan dijawab oleh-Nya. Oleh sebab itu Daud bersyukur dan bersukacita serta bermegah di dalam-Nya.
Firman Allah mengajarkan kita untuk menyatakan segala keinginan kita kepada Allah dalam doa permohonan dan ucapan syukur maka damai sejahtera menguasai hati dan pikiran kita (Flp. 4:6-7). Daud melakukan dan mengalami hal ini. Tanpa dia harus turun tangan sendiri, Ahitofel mati gantung diri dan Absalom tergantung antara langit dan bumi karena kepalanya tersangkut dahan pohon berakhir dengan mati ditikam. Akhirnya Daud kembali ke istana dan memerintah rakyat Israel hingga akhir hayat.
Sungguh pertolongan Allah tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia seolah-olah tidak masuk akal tetapi itu terjadi. Semua ini dilakukan oleh sebab kasih-Nya kepada kita hingga Ia mengirim Putra tunggal-Nya, Yesus, turun ke dunia untuk menyelamatkan manusia berdosa. Ia menerima cacian, hinaan dll. tetapi tidak membalas bahkan mengampuni mereka. Itu sebabnya setelah bangkit dari kematian Ia menerima kemuliaan dari Bapa.
Badai pencobaan dan serangan musuh boleh datang tetapi hendaknya kita tetap berdoa mengandalkan perkataan Tuhan yang dahsyat dan percaya Ia pasti menolong kita sesuai dengan waktu-Nya maka kita akan bersukacita dan bermegah di dalam Dia; dengan demikian Nama-Nya makin dipermuliakan. Amin.