• ALLAH SAJA KESELAMATANKU
  • Mazmur 62
  • Lemah Putro
  • 2023-10-01
  • Pdm. Jusuf Wibisono
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1442-allah-saja-keselamatanku
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

 Shalom, 

Hendaknya kita rindu untuk dekat dan senantiasa menyatu dengan Tuhan karena di dalam Dia kita menjadi kuat oleh sebab kita beroleh pembelaan dan perlindungan untuk dipakai menjadi alat-Nya di dalam mempermuliakan Nama-Nya. 

Tahukah kerinduan hati untuk memuji, menyembah, dan menaati Firman-Nya adalah pemberian Tuhan semata?

Bukan karena kepandaian dengan gelar setumpuk menjamin kita untuk dapat menerima dan mengerti Firman Tuhan! Masalahnya, bagaimana kita menyikapi undangan Tuhan untuk datang mendekat kepada-Nya karena Ia akan memberikan kelegaan bagi siapa pun yang letih lesu dan berbeban berat (Mat. 11:28). 

Marilah kita merespons undangan panggilan-Nya untuk belajar mengenal Dia lebih dekat. Ilustrasi: ketika kita ingin mengenal seseorang, kita datang mendekat kepadanya kemudian bersalaman sambil menyebut nama masing- masing. Kalau sudah kenal baik, hubungan ditingkatkan menjadi lebih akrab untuk menyatu dengannya. Demikianlah relasi kita dengan Tuhan, bila kita benar-benar mengenal Pribadi-Nya, kita akan menjadi kuat, kukuh dan teguh.

Apa respons kita setelah mendengar Mazmur 62?

“Untuk pemimpin biduan. Menurut:Yedutun. Mazmur Daud. Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada- Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah….Percayalah kepada- Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita…Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menaruh harap yang sia-sia kepada perampasan, …..janganlah hatimu melekat padanya…” 

Perhatikan, perbuatan kita menjadi tolak ukur dalam merespons Firman Allah yang telah kita dengar dan baca. Apakah kita menerima dan menyimpannya dalam hati untuk kemudian dilakukan dalam perbuatan kita? Hati dan mulut harus sama bukan “dengan mulutnya mereka memberkati tetapi dalam hatinya mereka mengutuki” (ay. 5). Jika hati kita benar-benar disucikan, dari mulut kita akan keluar perkataan mengandung berkat. Oleh sebab itu hati harus terlebih dahulu disucikan Tuhan agar dari mulut keluar puji-pujian memuliakan Nama-Nya.

“Hanya pada Allah saja” diulang beberapa kali untuk menekankan agar kita mendekat kepada-Nya dan mau belajar tentang kerendahan hati dan kelemahlembutan dari-Nya (Mat. 11:28-30). Kenyataannya, kita tidak ada artinya (zero) tanpa Tuhan. Kita perlu belajar dari Tuhan tentang rendah hati dan lemah lembut untuk mendapatkan ketenangan. 

Aplikasi: lebih baik kita mengaku tidak memiliki apa-apa dan suka mencari Firman supaya kita disucikan dan berbahagia (Mzm. 119:1-2). Kita belajar mengasihi Firman Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita (Mr. 12:30) untuk kelak menjadi mempelai Tuhan sesuai dengan visi dan misi gereja kita (GKGA). 

Harus diakui, tindakan belajar tidaklah selalu menyenangkan bahkan sering kita malas dan menolaknya padahal belajar sangatlah diperlukan untuk menambah wawasan pengetahuan (sekuler maupun rohani). Tujuan belajar ialah supaya kita tidak gagal alias menang menghadapi segala macam ujian yang datang melanda hidup kita. Untuk itu kita harus belajar tentang Firman Tuhan. Kalau kita tidak mengenal Tuhan dengan baik serta tidak mau belajar, kita akan mudah disesatkan oleh ajaran-ajaran yang tidak sehat. Ingat, Tuhan adalah tempat perlindungan kita dan menara kuat terhadap musuh; biarlah kita berlindung dalam naungan sayap-Nya (Mzm. 61:4-5) seperti Rut bernaung di bawah kepak sayap Boas yang berakhir menjadi istri Boas. Semua ini diawali dengan menuruti nasihat ibu mertuanya, Naomi.

Bila berhasil menghadapi ujian, kita akan menjadi kehidupan yang melekat dan menyatu dengan Tuhan (Mzm. 63:8-9) tidak hanya sebagai Penolong tetapi juga sebagai Mempelai Pria Surgawi. 

Apa yang dapat melekatkan kita dengan-Nya? Kasih Tuhan dimulai dari percaya – berharap – kasih. Kita dipanggil dan dipilih sesuai rencana Allah untuk beroleh keselamatan dari-Nya meningkat dikuduskan oleh Roh dan percikan darah-Nya (1 Ptr. 1:2) hingga dikasihi oleh-Nya. Jelas kita tidak boleh berdiam diri tetapi harus ada usaha dari kita sebab Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang dipanggil sesuai rencana-Nya (Rm. 8:28).

Usaha apa yang harus kita lakukan? Kita harus berusaha menambahkan iman – kebajikan – pengetahuan – penguasaan diri – ketekunan – kesalehan – kasih akan saudara-saudara – kasih akan semua orang. Dengan demikian pengenalan kita akan Yesus Kristus akan berhasil (2 Ptr. 1:5-8). Untuk itu kita harus berusaha sungguh- sungguh supaya panggilan dan pilihan kita makin teguh sehingga kita tidak mudah tersandung dan kita dikaruniai hak penuh untuk memasuki Kerajaan Tuhan, Yesus Kristus, yang kekal (ay. 10-11). 

Marilah kita mau terus belajar mengenal Pribadi Tuhan juga sifat-Nya yang rendah hati dan lemah lembut. Kita belajar lemah lembut dan rendah hati dengan mau menerima Firman Tuhan dan bersedia ditegur serta dinasihati oleh-Nya. Kalau perlu, kita rela dihajar sebab Tuhan menghajar mereka yang dikasihi-Nya (Ibr. 12:6). Hal ini dialami oleh Kaleb (a dog = anjing). DOG → Depend On God = bergantung pada Tuhan.

Kita diingatkan Firman Tuhan untuk tidak mengandalkan manusia atau mengandalkan kekuatan diri sendiri atau hatinya menjauh dari Tuhan (Yer. 17:5). Sebaliknya kita harus melekat dengan Tuhan dimulai dengan bersekutu dengan-Nya. Contoh: seorang perempuan yang sakit pendarahan selama 12 tahun sembuh setelah menjamah jubah Yesus (Mrk. 5:27-29). Dengan iman dia percaya penyakitnya sembuh kalau menjamah jubah Yesus walau dia harus menerobos kerumunan orang yang berdesak-desakan. Yesus merasakan ada tenaga keluar dari-Nya dan saat itu juga perempuan itu mengalami kesembuhan oleh sebab dia menjamah/menyatu dengan tubuh Yesus.

Apa dampaknya bila hati melekat kepada Tuhan? "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku. Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku." (Mzm. 91:14-16) 

Bila hati kita melekat kepada Tuhan, kita diluputkan dari persoalan, dibentengi, doa kita dijawab dan kita disertai oleh-Nya. Kita melekat/menyatu dengan-Nya bagaikan ranting yang melekat pada pokok anggur agar berbuah banyak (Yoh. 15:1,4). 

Terbukti karena setia mengikut Tuhan dengan sepenuh hati, Kaleb diberkati Allah dan beroleh tanah Hebron (fellowship = Persekutuan) sebagai milik pusaka dia dan anak-anaknya sampai selama-lamanya. Dan amanlah negeri itu (Yos. 14:8-9, 12-15). Hal sama juga terjadi pada tujuh perempuan (jemaat) yang memegang seorang laki-laki (Yes. 4:1) → menggambarkan tujuh jemaat di Kitab Wahyu yang mau menyatu dengan Mempelai Pria Surga. 

Sungguh hanya dekat Allah saja kita menjadi tenang sebab dari pada-Nya kita beroleh keselamatan, perlindungan dan jaminan hidup kekal di Yerusalem baru untuk tinggal bersama-Nya selama-lamanya. Oleh sebab itu rohani kita perlu terus menerus disucikan agar tetap melekat dengan-Nya hingga hari yang ditunggu tiba. Amin.