• ENGKAU TEMPAT PERLINDUNGAN
  • Mazmur 61
  • Lemah Putro
  • 2023-09-24
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1439-engkau-tempat-perlindungan
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom, 

Jujur, tidaklah mudah untuk mengiring Tuhan seumur hidup, mampukah sisa hidup kita mengiring Dia hingga ajal menjemput? Biarlah Tuhan menolong kita untuk memampukan kita tetap setia mengikut Dia. 

Perlu diketahui Mazmur 61 sudah dikanonisasi menjadi Firman Allah tanpa salah yang patut kita percaya walau diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa dari bahasa aslinya (Ibrani, Aram, Yunani) yang tidak kita mengerti. 

Penulis dari Mazmur 61 adalah Raja Daud yang mempunyai kekuasaan tinggi dalam kerajaan bangsa Israel tetapi apa luapan isi hati yang tertuang dalam tulisannya? Dia tidak membanggakan kedudukannya namun menunjukkan sosok yang terbuka dan rendah hati, terlihat dari karya tulisannya, “Dengarkanlah kiranya seruanku, ya Allah, perhatikanlah doaku! Dari ujung bumi aku berseru kepada-Mu karena hatiku lemah lesu; tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku. Sungguh Engkau telah menjadi tempat perlindunganku, menara yang kuat terhadap musuh.” (ay. 2-4) 

Terbukti Daud tidak mengandalkan kekuasaannya sebagai raja tetapi berseru dalam kondisi kesesakan dan kelesuan. Jujur, sangatlah sulit bagi orang ternama dan tinggi kedudukannya untuk rendah hati. Alkitab memberikan perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Orang Farisi berdoa dalam hati membanggakan diri telah melakukan perintah Allah dan merasa lebih baik dari orang lain sementara pemungut cukai berdiri jauh-jauh merasa tidak layak dan minta dikasihani sebagai orang berdosa. Ternyata Yesus malah mendengar doa pemungut cukai ini (Luk. 18:9-14). 

Daud tidak melupakan Allah yang telah menolongnya di masa lalu bahkan dia tidak malu direndahkan oleh istrinya, Mikhal, ketika dia meloncat-loncat serta menari di hadapan TUHAN (2 Sam. 6:16-17). 

Introspeksi: masihkah kita berterima kasih dan tidak melupakan pertolongan Tuhan di masa lalu walau kita sekarang beroleh kemenangan? Atau kita telah melupakan kondisi “zero” karena sibuk dengan berkat melimpah sekarang? Ingat, kita beroleh kemenangan apabila doa kita didengar oleh-Nya dan Ia memberkati hati yang jujur. 

Raja Daud telah mengalami menghadapi musuh-musuh (fisik) saat itu; apakah kita juga menang menghadapi musuh-musuh kita saat ini itulah: Iblis, dunia dan diri sendiri/ego yg kuat?

Berapa kali Raja Daud mengatakan kata “selama-lamanya” di Mazmur 61 ini?

  • Menumpang/berdiam di kemah/tabernakel Allah selama-lamanya (ay. 2, 5) → Mazbah Pembakaran Ukupan

“….perhatikanlah doaku….. Biarlah aku menumpang (bhs. Ibr. goor = abide = berdiam, tinggal) di dalam kemah-Mu (Your Tabernacle = Tabernakel-Mu) untuk selama-lamanya.

Bagaimana mungkin Daud tinggal selama-lamanya di Tabernakel Tuhan? Bukankah dia sudah mati dan kuburannya dapat dikunjungi oleh para peziarah yang pergi ke Israel? Ingat, Mazmur ini sudah dikanonisasi menjadi Firman yang tidak boleh ditambah atau dikurangi dan diperuntukkan bagi orang Yahudi maupun kita, non Yahudi, yang terintegrasi dalam satu kesatuan Tubuh Kristus oleh karena darah Kristus (Ef. 2:13). 

Bila Daud rindu diam di dalam Tabernakel Tuhan selama-lamanya, ini berarti dia bertemu Tuhan setiap hari. Untuk apa Tabernakel (fisik) didirikan? Karena Allah mau tinggal di dalamnya (Kel 25:8). 

Introspeksi: senangkah kita bertemu Tuhan tiap hari? Rajinkah kita ke gereja? Atau kita ke gereja karena yang khotbah adalah pendeta favorit kita?

Daud rindu tinggal di dalam Tabernakel Allah, apakah dia layak tinggal di dalamnya? Terbukti Daud bukanlah orang baik tetapi mempunyai banyak kelemahan. Kalau begitu dapatkah rumah Allah dihuni oleh orang-orang semacam Daud? Tabernakel didirikan agar Allah hadir supaya manusia berdosa yang datang kepada-Nya beroleh pengampunan. 

Dapatkah Daud tinggal dalam tabernakel Allah untuk selama-lamanya? Bukankah dia sudah mati? Alkitab menjelaskan kematian bukanlah akhir dari segalanya. Rasul Paulus menegaskan kalau orang mati tidak dibangkitkan mari kita makan minum sebab besok kita mati (1 Kor. 15:32). Contoh: orang kaya yang mati dan menderita sengsara di alam maut meminta kepada Bapa Abraham untuk menyuruh Lazarus, orang miskin, mencelupkan ujung jarinya ke dalam air untuk menyejukkan lidah si orang kaya (Luk. 16:19-24). Rasul Yohanes melihat meterei kelima dibuka dan di bawah mazbah ada jiwa-jiwa yang dibunuh karena Firman Allah berseru berapa lama lagi darah mereka tidak dibalaskan kepada mereka yang diam di bumi (Why. 6:9-10). 

Selain kita rindu berdiam di rumah Allah (fisik), hidup kita adalah rumah Allah dan Roh Allah diam di dalam kita (1 Kor. 3:16). Bagaimana sikap kita menghadapi Tuhan, Juru Selamat dan Raja di atas segala raja? Jangan mendukacitakan Pribadi Roh Kudus (Ef. 4:20) seperti dilakukan oleh Ananias dan safira berakibat kematian tragis (Kis. 5:1-10). 

Sebaliknya, kita rindu diam di rumah Tuhan seumur hidup untuk menyaksikan kemurahan-Nya dan menikmati bait-Nya. Ia melindungi kita di tabernakel-Nya sehingga kita menang mengatasi musuh dan mempersembahkan kurban dengan sorak sorai serta bermazmur bagi-Nya (Mzm. 27:4-6). 

Bicara mengenai tempat perlindungan, janda Rut, orang Moab, mengikuti Naomi, mertuanya, kembali ke Betlehem. Rut tipe pekerja keras dan bekerja memungut bulir-bulir jelai di belakang pekerja-pekerja Boas (Rut. 2:2). Boas, sanak saudara suami Naomi, tertarik dengan latar belakang Rut yang adalah perempuan baik-baik (Rut. 3:11) dan berakhir menikahi Rut yang datang berlindung di bawah kepak sayapnya hingga lahirlah Obed, kakek Daud. 

Selain ada Tabernakel/rumah Allah fisik, kita adalah rumah Allah, Yesus sendiri adalah Bait Allah (Yoh. 2:19,21) berakhir dengan Tabernakel Surgawi yang kekal (Why. 21:3). Oleh sebab itu jangan pernah bosan dengan Allah karena Ia yang menghidupi kita dan menjaga kehidupan kita bahkan Ia dengan Firman-Nya menopang bumi yang sedang menuju kehancuran. 

Aplikasi: kita harus rindu Yerusalem baru dimulai dari bagaimana kita beribadah saat ini juga sadar kita harus hidup bersatu tidak terpecah belah sebab Tabernakel hanya satu dan kita adalah Tabernakel/rumah Allah yang Am. Tentu kita tidak boleh mengabaikan kondisi rumah Allah yang jasmani/fisik lebih dahulu tetapi ikut memerhatikan dan merawatnya.

  • Bersemayam/duduk di hadapan Allah selama-lamanya (ay. 6-8) → Meja Roti Sajian

“Sungguh, Engkau, ya Allah, telah mendengarkan nazarku, telah memenuhi permintaan orang-orang yang takut akan nama-Mu. Tambahilah umur raja, tahun-tahun hidupnya kiranya sampai turun-temurun; kiranya ia bersemayam (bhs. Ibr. Yawshab = sit down = duduk) di hadapan Allah selama-lamanya, titahkanlah kasih setia dan kebenaran menjaga dia.” 

Daud sendiri tidak terlalu panjang umurnya, dia memerintah sebagai raja selama 40 tahun tetapi dia memohon umur panjang bagi raja-raja berikutnya.

Apa perintah Allah terhadap umat yang dikasihi-Nya? Ulangan 33:3-6 menuliskan, “Sungguh Ia mengasihi umat-Nya; semua orang-Nya yang kudus – di dalam tangan-Mulah mereka, pada kaki-Mulah mereka duduk, menangkap sesuatu dari firman-Mu. Musa telah memerintahkan hukum Taurat kepada kita, suatu milik bagi jemaah Yakub. Ia menjadi raja di Yesyurun ketika kepala-kepala bangsa datang berkumpul, yakni segala suku Israel bersama-sama. Biarlah Ruben hidup dan jangan mati, tetapi biarlah orang-orangnya sedikit jumlahnya." 

Bangsa Israel yang terdiri dari 12 suku berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun tidak tiba di tanah perjanjian, Kanaan, oleh sebab sungutan, pemberontakan dan ketidakpercayaan mereka terhadap Allah. 

Sebelum Musa mati, mendekati Kanaan dia memberkati suku-suku Israel dan Ruben suku pertama yang lahir dari Lea dan Yakub menjadi lebih sedikit jumlahnya karena dia menaiki tempat tidur ayahnya (Kej. 49:4). Ternyata Tuhan memperhitungkan persoalan nikah yang dipermainkan apalagi jika tidak mau mengaku salah.

Aplikasi: hendaknya kita tidak suka mengomel apalagi tidak percaya akan janji Tuhan berakibat hidup kita berputar-putar menghadapi masalah yang tidak ada habis-habisnya karena kesalahan kita sendiri. Waspada jangan main-main dengan hidup nikah! Pengajaran mempelai begitu “keras dan tajam” bukan untuk menyempitkan pemikiran kita melainkan membimbing kita untuk menjaga kesucian hidup agar nikah dan buah nikah kita diberkati. Rasul Paulus mengingatkan supaya hamba-hamba Kristus tidak menyenangkan hati manusia tetapi melakukan kehendak Allah (Gal. 1:10). 

Allah mengingatkan agar bangsa Israel (juga kita) duduk di hadapan-Nya untuk mendengarkan Firman-Nya. Marta menerima Yesus beserta murid-murid-Nya di rumahnya. Marta sibuk melayani sementara Maria hanya duduk dekat kaki Yesus mendengarkan perkataan-Nya. Marta akhirnya mengomel tetapi Yesus malah menegurnya dan membela Maria yang telah memilih bagian yang terbaik (Luk. 10:38:42). 

Pembelajaran: hendaknya kita menghargai Firman Allah yang dapat kita dengar tidak hanya sebatas di gereja sebab Firman Allah adalah kekuatan kita. Bukankah alam semesta diciptakan Allah melalui Firman-Nya? Namun bagaimana kita dapat menyukai dan menghargai Firman jika kita tidak mau duduk untuk membaca, mendengar dan menyelidikinya? Jangan kita menghabiskan waktu untuk kesibukan memenuhi kebutuhan hidup jasmani sehingga kita tidak ada waktu untuk duduk mendengarkan Firman-Nya! Jangan pula membatasi waktu mendengarkan Firman hanya di gereja sebab Ia mau datang ke rumah tangga kita tiap hari. 

  • Memazmurkan nama Tuhan selamanya (ay. 9) → Kandil Emas

“Maka aku hendak memazmurkan nama-Mu untuk selamanya, sedang aku membayar nazarku hari demi hari.” 

Umumnya orang membayar nazar karena janjinya telah dkabulkan Tuhan. Heran, Daud membayar nazar tiap hari berarti janji Daud begitu banyak yang dipenuhi oleh Allah sehingga dia membayar nasar hari demi hari. Selain membayar nazar, Daud juga bermazmur dan memuji Tuhan untuk selamanya. 

Dapatkah kita menyanyi memuji Tuhan bila kita tidak membayar nazar yang kita janjikan kepada-Nya? Bagaimana mungkin kita dapat memuji Dia dengan bebas tetapi hati masih ada ganjelan? Bagaikan Kandil Emas di dalam Tempat Suci yang bercahaya terang sehingga tidak ada tempat gelap yang dapat disembunyikan! 

Kini kita mengerti bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya; justru merupakan permulaan dari kehidupan kekal di Yerusalem baru di mana Tabernakel Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan berdiam bersama mereka (Why. 21:1-3). Di sana tidak lagi ada kutuk, tidak lagi perlu cahaya lampu dan matahari sebab Tuhan sendiri yang menerangi (Why. 22:1, 3-5). Dia menjadi tempat perlindungan kita selama-lamanya. Kita akan menuju ke sana; untuk itu marilah kita mempersiapkan diri dari sekarang untuk suka berdiam di dalam rumah Allah, tekun mendengarkan Firman-Nya dan memuji Dia selama-lamanya. Amin.