• PEKERJAAN YANG BERORIENTASI KEKAL
  • Yohanes 6:27-29
  • Lemah Putro
  • 2023-09-03
  • Pdt. Timbul Silalahi
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1428-pekerjaan-yang-berorientasi-kekal
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom, 

Kita patut bersyukur (keluar dari hati yang tulus) atas kasih setia Tuhan hingga detik ini kalaupun ada masalah pelik Ia menggendong kita melalui badai tersebut sehingga kita masih dapat bertahan hidup. Ia bertindak sebagai Imam Besar yang melayani dan memperjuangkan keselamatan kita. Tuhan ingin syukur kita berkualitas Ilahi sebab semua orang dapat mengucap syukur tetapi kualitas syukurnya perlu diperhatikan.

Memang dengan canggihnya teknologi kita dapat beribadah onsite maupun online tetapi selama Tuhan memberikan kita kekuatan, kesehatan dan waktu sudah selayaknya kita beribadah untuk berkumpul bersama anak- anak Tuhan lainnya di dalam Bait Allah seturut kehendak-Nya (Ibr. 10:25). Kita patut tunduk/taat melakukan perintah Firman Tuhan untuk membuktikan keselamatan kita di dalam Dia nyata sebab jika kita tidak melakukan perintah-Nya ini sama dengan dosa. Oleh sebab itu jangan menghindar dari perintah Allah sebab ini merupakan bentuk pelanggaran termasuk menghindar beribadah dalam Bait-Nya. Waspada terhadap banyaknya pengajaran teologi yang berseliweran mengganggu dan membingungkan kita dari penggembalaan Firman Tuhan.

Perintah Firman Tuhan apa yang patut kita taati untuk dilakukan melalui pembacaan Injil Yohanes 6:27-29?

Bekerjalah bukan untuk makanan yang akan dapat binasa melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” Lalu kata mereka kepada-Nya: “Apakah yang harus kami perbuat supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” 

Di era milenial ini semua dituntut serba cepat tetapi kita diajar untuk sabar. “Bekerjalah bukan” merupakan bentuk kalimat perintah untuk menghentikan kesibukan pekerjaan yang sedang berlangsung dan dianggap baik tetapi Yesus menilai kegiatan semacam ini membutuhkan restorasi. 

Yohanes 6 mengisahkan tentang roti hidup → Meja Roti Sajian tetapi penulis memfokuskan pemberitaan pada tiga kelompok, yakni:

  • 5000 orang laki-laki yang menikmati kuasa perbanyakan roti dan mereka bersukacita (ay. 1-13).

Mereka giat, semangat dan pencinta Yesus. Hati mereka membara setelah menyaksikan kuasa mukjizat yang dilakukan Yesus namun Ia membiarkan mereka pulang.

  • 12 murid Yesus disuruh pergi menyeberang ke Kapernaum di malam hari setelah peristiwa perbanyakan roti. Dalam perjalanan mereka menghadapi laut yang bergelora karena angin yang kencang (ay. 16-18).
  • Yesus sendiri menyingkir ke gunung untuk berdoa (ay. 15). 

Perhatikan, Yesus telah mati bagi kita dengan tujuan supaya apa pun yang kita perbuat, gelar banyak apa pun yang kita sandang, kehebatan dan kekayaan seberapa banyak pun yang kita miliki harus berorientasi pada kekekalan; apalagi kita dipanggil dan dipilih untuk menjadi mempelai-Nya. Jika tidak, semuanya akan menjadi sia- sia seperti diingatkan oleh Kitab Pengkhotbah bahwa kehebatan, kecemerlangan, kekayaan, kepintaran, kedudukan, kenikmatan dll. akan sia-sia jika tidak berorientasi pada kekekalan. Faktanya kita sering hilang fokus dengan hiruk-pikuk dan glamornya dunia sehingga kehilangan arah membuat iman kita terguncang. 

Kelompok orang banyak yang giat ini esok harinya mencari Yesus dan ingin bertemu dengan-Nya. Ternyata mereka tidak menemukan Yesus padahal mereka sudah berusaha maksimal sehingga mereka memutuskan naik perahu pergi ke Kaperaum. Semangat dan usaha mereka patut diacungi jempol dalam usaha menemukan Yesus tetapi sayang mereka pergi menuruti kemauan sendiri bukan atas perintah Yesus. 

Bukankah banyak orang berapi-api mencari Firman ke gereja sini sana tetapi apakah orientasi dan fokus mereka sudah benar?

Bagaimana dengan 12 murid Yesus yang disuruh menyeberang di malam hari dan terkena badai? Mereka pasti ketakutan hingga Yesus datang dan laut menjadi tenang kembali. Mereka mengalami mukjizat Firman di tengah laut. 

Aplikasi: bila kita diutus Tuhan dan mengalami “badai” dalam perjalanan, semua ini bertujuan untuk mematangkan pekerjaan mukjizat Firman yang sudah dilihat. 

Apa sambutan Yesus ketika Ia bertemu dengan kelompok orang banyak itu? Tanpa basa-basi Ia mengatakan, “Bekerjalah bukan untuk makanan yang akan dapat binasa.” Perkataan Yesus sepertinya memadamkan semangat mereka tetapi semua ini Yesus lakukan supaya mereka tidak hanya senang mengalami mukjizat yang besar tetapi Ia menginginkan adanya perubahan paradigma supaya orientasi dan motivasi mereka dibarui. 

Pembelajaran: jangan kita kehilangan fokus atau kekristenan kita berfokus pada diri sendiri atau bertuhankan pada konsep kita tetapi menempatkan Dia sebagai Kepala gereja. Biarlah kita menjadi gereja yang berorientasi pada kekekalan; kalau tidak, kita akan bertuhankan perut (Flp. 3:19). Perhatikan, segala bentuk berkat jasmani (kekayaan, kepintaran, kedudukan tinggi dll.) yang dikaruniakan kepada kita juga perbuatan baik yang kita lakukan di mana pun dan kapan pun hendaknya bermotivasi dan bertujuan Ilahi dan kekal (bnd. Kis. 10:1-5, 40-43). Jadi, kalau bertuhankan perut, semua kepintaran, kekayaan, jabatan setinggi apa pun akan sia-sia jika tidak membawa kita makin menyatu dan memercayakan diri kepada Kristus. Bagaimana dengan ibadah? Ternyata ibadah kalau dikerjakan tidak sesuai dengan Firman Tuhan juga akan sia-sia tetapi kalau dikerjakan sesuai dengan Firman-Nya akan bernilai kekal bukan hanya dalam hidup sekarang ini (1 Tim. 4:8). Itu sebabnya Tuhan meminta kita untuk tidak meninggalkan ibadah seperti dibiasakan oleh beberapa orang menjelang hari Tuhan yang mendekat (Ibr. 10:25). 

Aplikasi: hendaknya semua kegiatan sekuler maupun rohani yang kita kerjakan berorientasikan hidup kekal dan tidak memisahkan kita dari Tuhan. Contoh: di Kaisarea ada seorang bernama Kornelius, non-Yahudi, yang takut akan Allah, suka memberi sedekah dan senantiasa berdoa kepada Allah. Namun ternyata semua perbuatan baiknya hanyalah sebatas perbuatan sosial kalau dia tidak mengenal Yesus (Kis. 10:1-5). Itu sebabnya Petrus diutus untuk menjelaskan siapa Yesus dan apa yang diperbuat-Nya – Yesus adalah Mesias dan siapa percaya kepada-Nya mendapat pengampunan dosa (ay. 38-43) – berakhir dipenuhinya Kornelius dengan Roh Kudus dan dibaptis dalam nama Yesus Kristus (ay. 44-48). 

Ingat, Allah itu baik dan Ia tidak mau berutang kepada manusia. Perbuatan baik Kornelius sebelum mengenal Tuhan diapresiasi oleh-Nya. Itu sebabnya Tuhan mengutus Petrus untuk memperkenalkan Kornelius kepada-Nya supaya semua kegiatannya berorientasi kekal. Selain konteks berpikir Kornelius diubah, Petrus juga mengalami transformasi tidak lagi ngotot mempertahankan konsep orang Yahudi tetapi pola pikirnya berubah bahwa pertobatan dan pencurahan Roh Kudus juga berlaku bagi bangsa-bangsa lain (kafir). 

Aplikasi: siapa pun kita dengan aneka latar belakang, suku, ras, dll., semua harus selalu diperbarui dari hari ke hari walau kita telah dipenuhi Roh Kudus dan beroleh pelbagai karunia sebab kita masih hidup di bumi ini dan sering tanpa sadar kita masih mempertahankan kesukuan dan agama kita yang dianggap lebih baik dari orang lain. Di dalam Kristus dan kekristenan, yang terjadi ialah “not conform but transform” (Rm. 12:2), artinya konsep berpikirnya diperbarui berbeda dengan konsep pikir dunia.

Jelas, Tuhan ingin kita mengalami restorasi pemikiran dan memahami maksud Allah melalui Yesus dengan melihat serta menikmati mukjizat. Jangan seperti bangsa Israel yang telah mengalami banyak mukjizat selama 40 tahun di padang gurun tetapi mereka tidak pernah mengenal Allah (Ul. 29:2-6).

Bukankah Yesus menegur kelompok orang banyak, “Sesungguhnya kamu mencari Aku bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” 

Terbukti Tuhanlah yang memberi kita akal budi; dengan kata lain, hanya karena anugerah Tuhan kita dapat mengalami transformasi berpikir bukan karena teologi mana pun. Buktinya, pola pikir Musa, Aholiab, Bezaliel diubah berorentasikan kekal dalam pembangunan Tabernakel.

Introspeksi: sungguhkah kita mengenal Tuhan walau telah mengalami banyak mukjizat? Sudahkah Tuhan menjadi Kepala gereja dalam kehidupan kita? Atau kita bergeser pada kesibukan dan glamor dunia serta tawaran- tawarannya yang lebih menarik? Bekerjalah dan rombak konsep ibadah yang mencari Tuhan untuk kenyang jasmani berkaitan dengan kebutuhan hidup! Jangan pengikutan kita kepada Tuhan menjadi sarana untuk meraih perkara-perkara duniawi yang tidak kekal. Sebaliknya, justru kekayaan, kemampuan, kepintaran, kepopuleran kita gunakan untuk pekerjaan Tuhan dan menarik jiwa-jiwa agar mereka percaya kepada Tuhan. 

Kita patut bangga menjadi orang Kristen karena berorientasi pada kekekalan. Pesan dan perintah Firman Tuhan hari ini ialah:

  1. Kaitkan semua pekerjaan untuk visi kekal seperti nasihat dari Rasul Paulus agar kita mencari perkara-perkara yang di atas di mana Kristus berada (Kol. 3:1-3). 
  1. Jangan menggunakan ibadah dan pelayanan untuk meraih perkara yang fana atau sia-sia (Yak. 4:3; 6:26). 
  1. Buang kualitas ibadah yang hanya berorientasi fana (Fil. 3:17-21).

Jangan mencari Yesus untuk beroleh mukjizat jasmani. Ingat, kita adalah bangsa terpilih, imamat yang rajani, umat kepunyaan Allah untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Dia yang telah memanggil kita dari kegelapan kepada terang-Nya (1 Ptr. 2:9). Kita menjadi role model bagi dunia sehingga mereka mengenal Tuhan melalui kesaksian hidup kita. 

  1. Gunakan segala yang diberkatkan Tuhan untuk meraih perkara kekal (Kel. 25:1-2,8; 31:2,6).

Semua kehebatan, prestasi, harta kekayaan, kepintaran, jabatan dst. kita gunakan untuk meraih perkara kekal dengan melakukan pekerjaan yang dikehendaki Tuhan juga mendekatkan kita kepada Dia. 

Bagaimana doa dan visi umat Tuhan saat ini (bnd. Mzm. 116:12-13; 1 Taw. 13:1,3,12)? Pastikan segala sesuatu yang ada pada kita menyatukan kita dengan Kristus (bnd. 2 Kor. 6:4; 11:27-28). Amin.