Shalom,
Kita patut bersyukur dibangun oleh pengajaran Firman Tuhan yang kita simpan di dalam hati dan menjadi pengalaman hidup kita.
Kali ini apa pesan Firman Tuhan yang mau disampaikan kepada kita?
“Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah yang telah kamu terima. Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.” (2 Kor. 6:1,2)
Kita semua sudah mengalami karya keselamatan Allah, masalahnya bagaimana kita menjaga dan merawat keselamatan yang sudah Tuhan karuniakan? Memang ketika percaya Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat, kita sudah menerima keselamatan. Kita mengalami perdamaian dengan Allah melalui Kristus dan menjadi ciptaan baru (bhs. Ibr: kainos = new) di dalam-Nya (2 Kor. 5:17-18).
Kata “baru” dalam bahasa Yunani ada dua istilah: kainos dan neos. Kainos artinya: baru sama sekali secara kualitas bukan dibuat-buat tetapi baru karena karya Allah. Berbeda dengan neos yang berarti: baru karena rekayasa manusia. Ternyata banyak orang Kristen hidup baru hasil rekayasa saja, pembaruan yang terjadi bukan karena karya Allah yang tertanam dalam hati tetapi hanya tampak di luar saja seperti mahasiswa yang takut kena SP sehingga menaati aturan. Dengan kata lain, kelihatannya manusia baru tetapi hanya di luar saja karena bukan hasil perjumpaan pribadi dengan Kristus. Oleh sebab itu jangan kita berusaha dengan kekuatan sendiri tetapi kita belajar bersandar pada anugerah-Nya. Terkadang usaha manusia justru membuat kasih karunia Allah tidak efektif tetapi malah menjadi sia-sia. Kita mengandalkan kekuatan sendiri untuk memperbaiki nikah, rumah tangga, pekerjaan, pelayanan yang berakibat semuanya malah runyam/rusak. Kita tidak belajar menghidupi Firman Tuhan sebagai wujud pengenalan kita akan anugerah-Nya.
Bagaimana kita merespons anugerah Allah? Masihkah kita bersemangat dan berapi-api bagi Tuhan? Atau sudah menjadi kenangan pengalaman masa lalu? Bukankah ini sama dengan kita menyia-nyiakan anugerah/kasih karunia-Nya?
Apa arti dari kasih karunia atau anugerah itu? Pemberian yang sebenarnya tidak layak kita terima dan ketika kita menerima pemberian itu, kita sangat bersukacita. Bukankah malaikat-malaikat Allah bersukacita ketika satu orang berdosa bertobat (Luk. 15:10)?
Memang kita sangat bersukacita ketika mempeoleh sesuatu yang baru, misal: kita sangat bersukacita ketika mendapatkan mobil baru tetapi mobil itu akan cepat rusak kalau tidak dirawat dengan baik sebagai tanggung jawab kita (tidak diisi karburatornya, lampu mobil lupa dimatikan, malas servis dll.).
Kita sudah menerima karya anugerah keselamatan Tuhan bukan untuk senang-senang tetapi jika tidak disertai dengan tanggung jawab untuk merawat keselamatan itu, ini sama dengan membuat sia-sia anugerah keselamatan itu. Kita memang bersukacita menerima keselamatan namun tidak boleh berhenti dalam sukacita tetapi harus ada kelanjutannya sebagai tindakan tanggung jawab.
Apa yang harus kita lakukan untuk merawat anugerah keselamatan dari Tuhan?
“Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.” (Tit. 2:11-13)
Setelah diselamatkan, kita dididik untuk meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi juga rajin berbuat baik sebagai tanggung jawab dalam merawat keselamatan itu.
Memang kita telah beroleh keselamatan tetapi belum sempurna di dalam kemuliaan dan masih menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus untuk menyempurnakan keselamatan itu.
Perlu diketahui, kita menerima anugerah secara cuma-cuma tetapi bukan berarti anugerahnya itu murahan. Sebaliknya, anugerah itu kita peroleh dengan harga sangat mahal senilai darah Kristus melalui pengurbanan-Nya di atas kayu salib sehingga tidaklah mengherankan bila seseorang tidak menghargai kurban-Nya, dia akan menerima hukuman kekal.
Aplikasi: kita tidak perlu rendah diri karena status dan kondisi kita – miskin, buruk rupa, tidak berpendidikan, dst. – sebab kita berharga di mata Tuhan karena kita adalah calon mempelai perempuan-Nya.
Tampaknya jemaat Korintus lupa bertanggung jawab atas keselamatan sehingga Rasul Paulus mengingatkan mereka untuk menghargai anugerah Tuhan dengan memerhatikan pengajaran, yakni:
- Menjaga diri dalam tahbisan/pelayanan (2 6:3).
Menjaga diri dalam tahbisan pelayanan dengan (1) menjaga supaya jangan menjadi sandungan (menjaga diri dari ekses-ekses negatif) (2) menjadi teladan dalam hal-hal yang baik dengan proaktif dalam hal yang positif. Jemaat Korintus menghadapi banyak masalah dan persoalan dosa tetapi Paulus sebagai pelayan Tuhan dalam menasihati jemaat itu lebih dahulu menunjukkan bagaimana ia telah menunjukkan teladan (ay. 4-10). Bahkan demi menjaga jangan menjadi sandungan ia mau menahan diri. Contoh: Rasul Paulus rela tidak makan daging seumur hidup supaya tidak menjadi sandungan bagi orang lain (1 Kor. 8:13) dengan tujuan untuk menjaga agar anugerah Allah tidak menjadi sia-sia.
Dalam Tabernakel ada 60 tiang menopang layar putih mengelilingi Kemah Suci. Tiang-tiang tersebut menggambarkan hamba-hamba Tuhan bagaikan pahlawan-pahlawan iman untuk menopang jemaat sehingga jemaat diteguhkan hatinya untuk tetap mengikut Tuhan. Jemaat membutuhkan figur keteladanan (role model) dan kesungguhan hati dari pemimpin yang rela membayar harga.
Aplikasi: bila seorang hamba Tuhan mau menasihati seseorang, hendaknya nasihatnya bertujuan untuk membangun dan terlebih dahulu memeriksa diri sendiri apakah dirinya sudah menjadi sandungan atau tidak. Bila benar-benar hidup sesuai Firman Tuhan, barulah hamba Tuhan itu menegur jemaat yang bermasalah.
- Menegur dengan pengajaran mempelai (ay. 11-15).
“…..Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?
Jelas nikah harus dihargai dan sesuai Firman Tuhan, ini menunjuk pada kabar mempelai. Mengapa tidak boleh menikah dengan pasangan yang tidak seiman?
- kebenaran pasti pisah dengan kedurhakaan,
- terang tidak mungkin bersatu dengan gelap,
- Kristus, Juru Selamat, tidak ada hubungannya dengan (dewa) Belial,
- Tidak ada bagian bersama orang percaya dengan orang tidak percaya,
- Bait Allah tidak ada hubungannya dengan berhala.
Hukum kedua dari sepuluh hukum menegaskan supaya tidak ada berhala untuk disembah sebab Allah yang cemburuan akan membalaskan kesalahan sampai pada keturunan keempat (Kel. 20:4-5). Ingat, kita telah dipertunangkan dengan Kristus (2 Kor. 11:2) dan menunggu pesta pernikahan Anak Domba.
- Mengingatkan akan pengajaran Tabernakel (ay. 16b-18)
“Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa."
Bait Allah adalah bentuk permanen dari Tabernakel yang dipakai di padang gurun selama 40 tahun, kemudian tiba di tanah Kanaan bangsa Israel membangun Bait Allah. Berbicara tentang pengajaran Tabernakel → Bait Allah → gereja sebagai bait Roh Kudus → Yerusalem baru.
Apa kehendak Allah? Ia mau berdiam bersama kita, menjadi Allah kita dan kita menjadi umat-Nya dengan syarat kita harus keluar memisahkan diri dari kenajisan. Tuhan tidak mau kita hidup dalam dosa kenajisan dan kejahatan. Apa yang menajiskan kita?“Sebab dari dalam, dari hati orang timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal ini timbul dari dalam dan menajiskan orang!” (Mrk. 7:21-23)
Terbukti Firman Tuhan berkuasa menguduskan segala kenajisan dan menyadarkan kita akan dosa untuk kembali pada kehendak-Nya. Hanya dengan menaruh Firman Allah dalam hati kita maka kita dimampukan untuk menjaga hidup dalam kekudusan (Mzm. 119:8, 11).
Kini kita mengerti pengajaran tahbisan, pengajaran mempelai dan pengajaran Tabernakel menjadi dasar keimanan kita untuk kita belajar menghargai anugerah Tuhan, menjunjung tinggi kurban-Nya dan membangun kerohanian kita hingga kita beroleh keselamatan sepenuhnya saat Tuhan Yesus datang kembali menjemput kita untuk tinggal bersama-Nya dalam kekekalan. Amin.