• HOUSE OF MIRACLE
  • Matius 21:12-17
  • Lemah Putro
  • 2023-08-27
  • Pdt. Sugeng Budi Susanto
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1422-house-of-miracle
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom, 

Saatnya gereja bangkit dan mengerti betapa pentingnya pemuridan di dalam gereja karena berdampak terjadinya pelipatgandaan jiwa-jiwa yang bertobat. Selain itu juga melahirkan pemimpin-pemimpin baru melalui kaderisasi sehingga memungkinkan pembukaan gereja-gereja cabang yang menyebar di pelosok Indonesia. 

Apa pesan Firman Tuhan hari ini melalui tema “House of Miracle” (Rumah Mukjizat) yang diambil dari Matius 21:12- 17? Biasanya Yesus kalau masuk Bait Allah langung mengajar tetapi kali ini Ia melakukan tindakan tegas dengan menjungkirbalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati. Mengapa? Sebab Bait Allah sudah berubah fungsi dari rumah doa menjadi rumah dosa dan sarang penyamun. Yesus mau mengembalikan Bait Allah ke fungsi semula sebagai rumah doa. Ketika Bait Allah menjadi sarang penyamun, tidak mungkin rumah Tuhan menjadi rumah mukjizat. 

Perhatikan, gereja seharusnya menjadi pintu gerbang Surga seperti dialami oleh Yakub yang bermimpi melihat tangga yang ujungnya sampai ke langit dan tampak malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Ketika bangun dari tidur, Yakub mengatakan tempat itu adalah rumah Allah, pintu gerbang Surga (Kej. 28:17). 

Apa arti dari pintu gerbang (bhs. Yun. sha’ar) Surga?

  • Tempat pertemuan umum (public meeting place) umat Tuhan berkumpul untuk memuji, menyembah dan mendengarkan Firman Tuhan.
  • Pintu masuk (entrance) ke dalam Kerajaan Surga. Melalui gereja/Bait Allah kita diajar untuk mengenal Tuhan dengan benar lalu bertobat sehingga berhak mewarisi Kerajaan Allah. Kita dididik/diajar untuk dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah dan ahli waris Kerajaan-Nya. Satu-satunya cara menjadi ahli waris haruslah melalui Seseorang yang dilahirkan baru memiliki hidup baru dan mendapat status baru sebagai anak Allah. Perhatikan, kalau seseorang mengaku Kristen karena keturunan (orang tuanya Kristen), dia belum dapat memanggil Allah sebagai Bapa karena belum berstatus sebagai anak. Status anak diperoleh melalui kelahiran, mendapat akta kelahiran sekaligus menjadi ahli waris untuk memiliki kekayaan orang tuanya kalau mereka meninggal. Ketika menjadi anak Allah melalui kelahiran baru, kita menjadi ahli waris Kerajaan Surga. 

Di dalam gereja, orang-orang diajar bagaimana dapat mewarisi Kerajaan Allah. Ilustrasi: gereja bagaikan embassy/kedutaan Kerajaan Allah di muka bumi ini. Kedutaan merupakan pintu gerbang suatu negara di negara lain. Contoh: kalau kita mau pergi ke Amerika, kita harus pergi ke kedutaan Amerika sebagai pintu gerbangnya Amerika di negara kita untuk mengajukan permohonan visa. Kalau disetujui, kita baru boleh masuk ke negara Amerika. 

Gereja juga menjadi pintu gerbang masuknya orang-orang untuk mengenal Allah kemudian dididik dan dimuridkan agar mereka juga dapat menjangkau jiwa-jiwa lain yang belum/tidak mengenal Allah. 

Perhatikan, gereja menjadi tempat orang-orang berkumpul untuk bertemu dan mengenal siapa Tuhan kemudian digembalakan masuk ke tempat Kudus melalui Firman pengajaran dengan tujuan dikenal oleh Tuhan. Kalau hanya sekadar mengenal Tuhan, kita tidak dapat masuk Surga. Mendengar Firman Tuhan membuat kita mengenal Tuhan tetapi melakukan Firman membuat kita dikenal oleh-Nya. Oleh sebab itu Amanat Agung bukan sekadar mencari jiwa tetapi melakukan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya (Mat. 28:19-20). 

Kalau tidak menjadi pelaku Firman, nasibnya akan seperti orang-orang yang mengaku telah bernubuat demi Nama Tuhan, mengusir setan dan mengadakan banyak mukjizat demi Nama Tuhan tetapi Tuhan tidak pernah mengenal mereka (Mat. 7:22-23). Mereka tidak dikenal Tuhan sebab mereka tidak melakukan kehendak Bapa Surgawi (ay. 21).

Aplikasi: kalau kita sungguh-sungguh mempraktikkan pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, hidup kita diubahkan menjadi rendah hati tidak suka menghakimi atau membenci orang dan ini membuat kita dikenal oleh Tuhan sebab Ia berkarakter lemah lembut dan rendah hati (Mat. 11:29). 

Ada banyak orang ingin masuk Surga tetapi tidak tahu di mana pintu gerbangnya itulah Kristus yang telah mengurbankan diri-Nya di atas Mazbah Kurban Bakaran untuk membebaskan kita. 

Saat Yesus dekat dan melihat Yerusalem, Ia menangisi kota itu (Luk. 19:41). Apa yang dilakukan oleh orang-orang ketika Yesus memasuki Yerusalem?

  • Mereka menyediakan alat transportasi dengan mengurbankan keledai untuk dikendarai Yesus (ay. 33-35). Kalau sekarang, hamba Tuhan dari luar kota dijemput dengan mobil (mewah) ketika menjadi pembicara di gereja kita.
  • Memberikan penghormatan (red carpet) dengan menghamparkan pakaian mereka di jalan yang dilewati Yesus di atas keledai menuju Yerusalem (ay. 36). 
  • Memuji dan menyembah-Nya (ay. 37-38). 

Bukankah tindakan baik orang-orang di Yerusalem seharusnya membuat Yesus tersenyum? Namun mengapa Yesus malah menangis? Karena:

  • Mereka tidak memiliki damai sejahtera dan tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan damai sejahtera (ay. 42). Ironis, mereka sudah berkurban tetapi tidak ada damai sejahtera di hati.

Kalau begitu apa kunci untuk beroleh damai sejahtera? Berdamai dengan Tuhan. Mati-Nya Kristus di atas kayu salib telah merubuhkan tembok perseteruan dan mendamaikan manusia berdosa dengan Allah (Ef. 2:13-16).

Ingat, tidak ada satu dosa pun tersembunyi di hadapan Tuhan. Setiap kebusukan pasti akan tercium pada akhirnya. Ilustrasi: ikan busuk yang disembunyikan serapi mungkin pasti lama kelamaan akan tercium aroma tidak sedapnya. Contoh: waktu Adam-hawa jatuh dalam dosa, mereka ketakutan (tidak ada damai) dan bersembunyi dari Allah. Kemudian Allah bertanya di mana mereka bukan karena tidak tahu tetapi lebih menekankan pada di mana tanggung jawab Adam sebagai kepala sehingga membiarkan istrinya bahkan dia ikut-ikutan melanggar perintah Allah. Juga Raja Saul berusaha menyembunyikan dosa ketidaktaatannya ketika disuruh membunuh semua musuh termasuk Raja Agag dan ternak mereka tetapi tidak melakukannya dengan tuntas. Dosanya terbongkar ketika Samuel mendengar bunyi kambing domba di telinganya (1 Sam. 15:14). 

Introspeksi: apakah kita giat dan sibuk dalam banyak pelayanan tetapi tidak disertai perdamaian dengan Tuhan? Kita dapat mengelabui sesama tetapi mata Tuhan mengawasi siang malam semua gerak gerik dan omongan kita bahkan angan-angan hati kita pun diketahui-Nya. Sungguh orang yang berbuat dosa (bohong, zina, pencurian, pembunuhan dll.) tidak akan pernah tenang hatinya karena takut ketahuan suatu hari. 

Selain berdamai dengan Tuhan, kita juga berdamai dengan sesama. Firman Tuhan mengingatkan kalau kita mau mempersembahkan persembahan tetapi teringat ada sesuatu dalam hati saudara kita terhadap kita, hendaknya kita meninggalkan persembahan untuk berdamai dahulu dengan saudara kita baru kembali mempersembahkannya kepada Tuhan (Mat. 5:23-24). 

  • Bait Allah/rumah Tuhan sudah berubah fungsi tidak lagi menjadi rumah doa melainkan sarang penyamun – rumah dagang/bisnis (ay. 46). Bait Allah yang seharusnya ada tumpukan roti di atas meja berubah menjadi tumpukan uang di atasnya. 

Waspada, ketika gereja terjebak dalam dunia bisnis berkaitan dengan untung rugi, Tuhan akan datang dan berurusan dengan gereja itu. 

Introspeksi: apakah kita melayani Tuhan dengan mempertimbangkan untung ruginya? Kalau kita terpanggil dalam misi perintisan gereja dan penjangkauan jiwa-jiwa, lepaskan semua hak kenyamanan dan keamanan kita seperti dialami oleh anak bungsu yang bertobat dan kembali ke rumah bapanya. Dia merasa tidak layak disebut anak tetapi memosisikan diri sebagai upahan bapanya (Luk. 15:19). Bukankah Yesus sendiri menyerahkan hak-Nya dan melepaskan semua atribut keallahan-Nya kemudian mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia (Flp. 2:6-7)? 

Kalau begitu bagaimana menjaga rumah Tuhan? Yang dimaksud rumah Tuhan bukanlah gedung, lembaga, atau organisasinya tetapi hidup dan hati kita.

  • Rumah Tuhan haruslah menjadi rumah kekudusan. Oleh sebab itu Yesus menyingkirkan semua yang tidak benar dan dikembalikan kepada fungsinya yang tepat. 

Kalau gereja mau menjadi pintu gerbang Surga melalui mukjizat-mukjizat yang terjadi agar banyak orang mengenal dan percaya kepada Tuhan, mukjizat terbesar bukanlah orang mati dibangkitkan tetapi hidup yang diubahkan. 

  • Rumah Tuhan menjadi rumah doa. Bagaimana kita mau menjadi rumah doa jika rumahnya berubah menjadi sarang penyamun? Untuk itu rumah tersebut harus dibersihkan lebih dahulu menjadi rumah kekudusan kemudian rumah doa.
  • Rumah Tuhan meningkat menjadi rumah mukjizat

Aplikasi: hendaknya kita menjaga hati dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan (Ams. 4:23). Hati menjadi sumber kehidupan maupun sumber kematian; sumber kerukunan juga sumber pertengkaran; sumber kasih juga sumber kebencian dan kepahitan; sumber kebenaran juga sumber kejahatan; sumber kejujuran juga sumber kebohongan; sumber kerendahan hati juga sumber kebohongan. 

Mengapa kita harus menjaga hati?

  • Hati memengaruhi ibadah

Kain dan Habel sama-sama beribadah mempersembahkan persembahan kepada Tuhan. Persembahan Habel diterima tetapi persembahan Kain ditolak. Bukannya introspeksi mengapa persembahannya ditolak, Kain tidak dapat menjaga hati tetapi membiarkan hatinya panas. Akibatnya, dia membunuh adiknya gara-gara iri hati. Semua ini pemicunya karena masalah ibadah mempersembahkan kurban. 

Pembelajaran: jangan hati kita terbakar iri hati melihat orang lain lebih dipakai oleh Tuhan sebab masing- masing dipakai Tuhan menurut kapasitasnya. Ternyata ibadah dapat membuat orang membenci dan membunuh. Bila hukum Taurat di Perjanjian Lama menghilangkan nyawa orang dikatakan pembunuh, di dalam hukum kasih karunia di Perjanjian Baru, membenci sama dengan membunuh (1 Yoh. 3:15). 

Selain Kain, Haman tidak terima karena tidak dihormati oleh Mordekai, orang Yahudi, membuatnya sakit hati. Kemudian dia merencanakan tidak hanya membunuh Mordekhai tetapi seluruh bangsa Yahudi. Tidak terbayangkan hanya memusuhi satu orang namun hendak memusnahkan seluruh bangsa. Semua ini terjadi karena dia tidak dapat menjaga hati hanya karena gila hormat. 

Raja Saul juga tidak dapat menjaga hati ketika Daud dipuji mengalahkan lebih banyak musuh daripadanya. Dia menjadi dengki dan hatinya terbakar oleh cemburu berakibat dia berusaha membunuh Daud (1 Sam. 18:6-9) tetapi Daud tidak mau membalas walau dia mempunyai dua kali kesempatan untuk membunuh Saul karena Daud menghormati orang yang diurapi Tuhan. 

Aplikasi: hendaknya kita rela menyerahkan hak agar kita tidak mudah sakit hati ketika dicaci maki, dilukai, diinjak-injak, tidak dihargai. Tentu kita tidak dapat mengendalikan mulut orang untuk membully tetapi kita dapat menguasai diri dalam melontarkan kata-kata. Kita juga harus belajar mengendalikan jempol kita untuk tidak membalas komentar-komentar miring di medsos. 

  • Hati memengaruhi mulut.

Ada orang suka memaki-maki, berdusta, menipu dst. karena hatinya penuh dengan cacian, dusta, tipu. Bukankah apa yang keluar dari mulut merupakan luapan dari isi hati (Luk. 6:45)? Itu sebabnya Firman Allah menasihati, “Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu.” (Ams. 4:23) 

  • Hati itu memengaruhi mata.

Mata berbicara mengenai cara pandang kita. Biarlah (tatapan) mata kita terus memandang ke depan dan hati yang bersih selalu melihat kebaikan; sebaliknya, hati yang najis dan jahat selalu melihat segala sesuatu najis sebab pikirannya kotor dan jahat (Tit. 1:15). Contoh: orang yang hatinya baik, walau difitnah dan dijahati oleh seseorang, dia mengambil sisi baiknya yaitu melalui orang itu Tuhan mau membentuknya menjadi sabar. Yusuf pernah dibenci oleh saudara-saudaranya, dijual menjadi budak, difitnah oleh istri Potifar, dipenjara namun melalui penderitaan seperti itu dia diangkat menjadi perdana menterinya Firaun. Ketika saudara-saudaranya datang ke Mesir untuk membeli gandum, Yusuf mengenali mereka tetapi tidak membalas dendam karena hatinya baik. Bahkan akhirnya Yusuf memelihara kehidupan keluarganya dan memboyong mereka tinggal di Gosyen. Yusuf menghibur saudara-saudaranya yang ketakutan dengan mengatakan mereka mereka-reka yang jahat tetapi Allah mereka-rekanya untuk kebaikan sehingga dia dapat memelihara hidup suatu bangsa yang besar (Kej. 50:20). Orang berhati bersih dapat melihat kebaikan di balik keburukan. Jauh berbeda dengan orang berhati kotor walaupun orang berbuat baik kepadanya, dia selalu berpikiran negatif melihat keburukannya. 

  • Hati memengaruhi kaki.

Kalau kita dapat menjaga hati, kita akan mampu menjaga langkah-langkah kaki kita untuk menjauhkan diri dari kejahatan (Ams. 4:26-27). 

Kita benar-benar harus menjaga hati untuk dipenuhi dengan kebenaran supaya kita dapat mengakhiri langkah kita dengan baik tidak seperti Raja Salomo yang tidak mengakhiri pertandingan dengan baik sebab di hari tuanya dia malah jatuh pada penyembahan berhala mengikuti istri-istrinya yang penyembah berhala. Di akhir hidupnya, kerajaannya terpecah. 

Marilah kita menjadikan hidup kita rumah doa berdampak menjadi rumah mukjizat oleh sebab keubahan hidup dan menjaga hati yang dapat memengaruhi ibadah, mulut, mata, kaki agar kita dapat mengakhiri pertandingan hidup kita dengan baik. Amin.