Shalom,
Seusai Yesus mengadakan perbanyakan lima roti dan dua ekor ikan untuk memberi makan 5.000 orang laki-laki, keesokan harinya banyak orang mencari-Nya bahkan mereka naik perahu berangkat ke Kapernaum untuk menemui Yesus (Yoh. 6:22-24). Apa kata Yesus ketika mereka berhasil menemui-Nya? “Sesungguhnya kamu mencari Aku bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” (ay. 26)
Yesus mau mengalihkan pemikiran orang banyak itu dari yang fana menuju yang kekal sebab mereka telah mengalami mukjizat kenyang dari rasa lapar dan mereka mengejar Yesus untuk dikenyangkan lagi. Mereka hanya fokus pada makanan jasmani yang tidak dapat tahan lama sebab mereka lapar lagi keesokan harinya.
Sebenarnya Yesus ingin membawa mereka berpikir tidak sekadar makanan jasmani yang dapat mengenyangkan tetapi supaya mereka mencari makanan yang dapat bertahan hingga kekekalan (Yoh. 6:27). Ia kemudian menyatakan diri, “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (ay. 35)
Apa respons dari orang banyak itu? Mereka tidak percaya kemudian bersungut-sungut dan bingung merasa tidak masuk akal bagaimana mungkin makan daging Anak manusia dan minum darah-Nya akan beroleh hidup kekal lalu mereka menolak Dia (ay. 41-52). Bahkan murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia (ay. 66). Ternyata makanan jasmani lebih kuat daripada yang rohani; mereka lebih mempertahankan perkara rendah yang menuju pada kebinasaan.
Kemudian Yesus bertanya kepada 12 murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” (ay. 67). Petrus tetap mengikut Gurunya dan percaya bahwa Ia adalah Yang kudus dari Allah (ay. 69) tetapi Yesus tahu ada satu yang akan menjual Dia oleh karena dia dari semula tidak percaya itulah Yudas Iskariot.
Introspeksi: apakah kita percaya bahwa Yesus adalah Roti hidup yang memberikan kita kehidupan kekal? Kalau tidak percaya, kita rugi sendiri karena akan kehilangan hidup kekal.
Yesus mendorong kita untuk mengejar makanan yang dapat bertahan dan membawa sampai pada kekekalan. Apakah Firman Allah yang ditulis 2.000 tahun lalu masih fresh dan hidup atau sudah usang tidak berarti? Bila kita datang kepada Yesus dan percaya kepada-Nya, kita tidak akan dibuang oleh-Nya (Yoh. 6:34-37). Kita diberi hak menjadi anak- anak Allah bila kita percaya kepada Bapa dan Yesus adalah Anak Allah.
Perhatikan, Tuhan tidak pernah membuang kita tetapi kita membuang diri sendiri (seperti Yudas Iskariot) sebab tidak percaya akan Firman-Nya. Daud mengakui walau ayah dan ibunya melupakan dia, Tuhan menyambutnya (Mzm. 27:10).
Mengapa kelompok Farisi dan ahli Taurat menolak perkataan Yesus?
- Karena Yesus mengaku turun dari Surga dan berkuasa membangkitkan orang mati.
“Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak Ku tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.” (Yoh. 39- 40)
Mereka menolak Yesus yang dianggap menghujat Allah karena menyamakan diri-Nya sebagai Allah (Yoh. 10:33) yang turun dari Surga. Juga membangkitkan orang mati di akhir zaman karena ada kelompok Zaduki yang tidak percaya akan kebangkitan (Luk. 20:27). Kebangkitan orang mati terjadi saat Yesus datang kembali (1 Tes. 4:16).
Yesus juga menegaskan, “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku yaitu supaya setiap orang yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."
Jelas siapa percaya kepada Yesus – Firman Allah – akan beroleh hidup kekal dan dibangkitkan di akhir zaman. Siapa Yesus itu? Ia adalah Mesias, Anak Allah, yang patut dipercaya supaya oleh iman kita beroleh hidup dalam Nama-Nya (Yoh. 20:30-31) dan berposisikan sebagai anak-anak Allah (Yoh. 1:12).
Jadi, kita sebagai orang percaya tidak perlu takut mati karena kita mempunyai jaminan hidup kekal akan dibangkitkan pada saat Yesus datang kembali.
- Mereka mengetahui asal usul Yesus, anak tukang kayu; bagaimana mungkin Ia mengaku sebagai roti yang turun dari Surga (ay. 41-43).
Yesus kemudian mengingatkan untuk tidak bersungut-sungut karena tidak ada seorang pun dapat datang kepada- Ku jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus-Nya (ay. 44). Sebenarnya seseorang datang kepada Tuhan bukan ditarik oleh teman, pacar, gereja bagus dan fasilitas lengkap tetapi Bapa Surgawi yang menarik dan mengajarnya (ay. 45) untuk menjadi murid-Nya (Yes. 54:13).
Berbicara tentang roti, Yesus dicobai oleh Iblis untuk mengubah batu menjadi roti tetapi Ia menjawab bahwa manusia tidak hidup hanya oleh roti saja tetapi oleh tiap-tiap perkataan yang keluar dari mulut Allah (Mat. 4:3; Ul. 8:3).
Bukankah saat bangsa Israel mengembara 40 tahun di padang gurun dipelihara Bapa Surgawi dengan Manna (jasmani) tetapi mereka tetap mati? Yesus kemudian menegaskan nenek moyang mereka makan Manna (jasmani) dan mati tetapi siapa yang makan Roti hidup akan beroleh hidup kekal dan akan dibangkitkan pada akhir zaman.
Mereka bersungut-sungut karena mereka tidak mengenal Allah Bapa Surgawi. Waktu Yesus memperkenalkan diri, justru Ia dikecam dan dibunuh karena dianggap menghujat Allah. Waspada, kalau kita tidak mengerti, kita akan membuat banyak masalah satu dengan yang lain.
Aplikasi: Bapa Surgawi melalui hamba-hamba-Nya mendidik kita menjadi murid-Nya berdampak kita diliputi damai sejahtera di tengah-tengah dunia yang makin tidak menentu, penuh kepura-puraan dan kebencian. Kita yang telah menjadi murid Tuhan harus dapat memberikan dampak kepada dunia agar mereka juga mengenal Dia.
Bila dikaitkan dengan pola Tabernakel, kita memiliki gambaran:
- Percaya kepada Yesus yang diutus Allah → Pintu Gerbang
- Mereka diajar oleh Allah → Pintu Kemah
Roh Kudus mendidik mereka dengan Firman/Logos itulah Alkitab.
- Makan daging-Ku dan minum darah-Ku → Tabir yang terobek
Hanya Yesus yang mampu membuat tabir terobek ketika Ia menyerahkan nyawa-Nya (Mat. 27:50-51). Sebelumnya Yesus bersama 12 murid-Nya makan bersama sambil mengatakan, "Inilah tubuh-Ku yang kuserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku…Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku yang ditumpahkan bagi kamu." (Luk. 22:19-20)
Banyak orang meragukan apakah Perjamuan Tuhan itu perlu atau tidak padahal di zaman gereja mula-mula mereka setiap hari berkumpul tiap hari dan memecahkan roti (Kis. 2:46).
Pertanyaan: percayakah kita bahwa Perjamuan Tuhan merupakan wujud pribadi-Nya yaitu Firman/logos berinkarnasi menjadi manusia? Bahwa Ia adalah roti hidup dari Surga?
Didikan pengajaran Bapa yang memanggil kita menjadi murid-Nya meningkatkan kita untuk makin mengenal Pribadi- Nya. Waspada, mereka tidak percaya Yesus akan mengikuti jejak Yudas Iskariot. Buktinya, setelah Yesus mengadakan perjamuan malam dengan memecahkan roti dan mengambil cawan lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya serta mengatakan, “Inilah tubuh-Ku dan darah-Ku”, Yudas Iskariot menjual Yesus dan berakhir mati disalib. Walau Yudas menyesal tetapi semua sudah terlambat.
Pembelajaran: jangan kita terlambat dalam memberikan kepastian hidup ini. Hendaknya kita mengikut Yesus karena panggilan Bapa Surgawi untuk dididik dengan baik oleh Firman-Nya. Juga pengurbanan diri-Nya membuka jalan baru dengan terobeknya tabir sehingga kita dapat masuk ke dalam Tempat Mahakudus menghadap Allah dengan hati tulus dan Yesus menjadi Imam Besar kita (Ibr. 10:19).
Tahukah mereka yang mati di dalam Kristus sebagai anak-anak Allah, dididik oleh pengajaran dan bersekutu dengan tubuh dan darah-Nya tidak boleh terpecah belah karena peraturan dan pertemuan yang tidak mendatangkan kebaikan (1 Kor. 11:17-18)?
Memang perpecahan harus terjadi supaya nyata siapa di antara kita yang tahan uji (ay. 19) sebab ternyata ada yang berkumpul tetapi bukan untuk makan Perjamuan Tuhan berakibat ada yang lapar dan yang lain mabuk (ay. 21). Seharusnya kita makan tubuh dan darah Kristus untuk menjadi peringatan akan Dia juga memberitakan kematian-Nya sampai Ia datang (22-26).
Hendaknya kita tidak sibuk mencari kebutuhan hidup sehari-hari yang bersifat sementara tetapi juga memikirkan makanan rohani itulah Roti hidup yang membawa kita pada kekekalan. Untuk itu kita harus tetap dalam didikan Firman Allah dan bimbingan Roh Kudus untuk bersekutu dengan Pribadi Yesus hingga Ia datang kembali dan tinggal bersama- Nya di dalam kekekalan. Amin.