Shalom,
Kita masih dalam suasana perayaan HUT kemerdekaan Indonesia ke-78 yang berlangsung tiga hari lalu dan dirayakan di mana-mana; para mantan presiden dan veteran pejuang serta para undangan mengenakan pakaian adat juga hadir di istana Merdeka ikut memeriahkan HUT kemerdekaan Indonesia.
Sebenarnya Daud juga dapat disebut sebagai pejuang dan pahlawan karena dapat mengalahkan Goliat yang menantang dan menghina bangsa Israel (1 Sam. 17:40-54).
Pengalaman apa lagi yang Daud tulis dalam Mazmur 58?
“Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam dari Daud ktika ia lari dari pada Saul ke dalam gua.” (ay. 1)
Miktam = syair emas ditulis di atas batu waktu Daud diliputi ketakutan karena kejaran Raja Saul. Daud dalam penderitaan dan kesendirian oleh karena ulah Raja Saul yang iri hati melihat kemenangan Daud yang disambut gegap gempita oleh perempuan-perempuan yang menari sambil memuji Daud mengalahkan musuh berlaksa-laksa sedangkan Raja Saul hanya beribu-ribu musuh (1 Sam. 18:6-9). Ironis, bukannya berterima kasih kepada Daud yang membantu mengalahkan musuh, Raja Saul malah marah dan iri hati karena takut jabatannya akan jatuh ke tangan Daud. Sejak itu Saul berusaha membunuh Daud dengan berbagai cara: melempar tombak (1 Sam. 18:11), mengangkatnya menjadi kepala pasukan seribu dengan harapan mati dibunuh musuh (ay. 13), mengirim orang- orang suruhan untuk membunuhnya di waktu pagi (1 Sam. 19:11-2) hingga mengejar Daud ke mana pun dia bersembunyi. Saul main hakim sendiri dan mengadili Daud yang dianggapnya sebagai pemberontak.
Aplikasi: hendaknya kita menjaga hati (Ams. 4:23) untuk tidak mudah iri hati melihat keberhasilan seseorang. Mazmur 58 terbagi menjadi 3 bagian, yakni:
- Nasihat dan teguran bahwa sesungguhnya manusia adalah berdosa (ay. 2-6).
“Sungguhkah kamu memberi keputusan yang adil, hai para penguasa? Apakah kamu hakimi anak- anak manusia dengan jujur? Malah sesuai dengan niatmu kamu melakukan kejahatan, tanganmu, menjalankan kekerasan di bumi. Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat. Bisa mereka serupa bisa ular, mereka seperti ular tedung tuli yang menutup telinganya, yang tidak mendengarkan suara tukang-tukang serapah atau suara pembaca mantera yang pandai.”
Daud menyinggung soal keadilan dan kejujuran dalam tulisannya. Apa arti adil menurut KBBI? (1). Sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, sama rata (2). berpihak pada yang menang, berpegang pada kebenaran (3). sepatutnya, tidak semena-mena. Adil dari bahasa Arab berarti: di tengah.
Introspeksi: sudahkah kita bertindak adil dan jujur terhadap orang-orang di dekat kita: anak-anak? Apa yang orang tua anggap adil belum tentu direspons adil oleh anak. Seperti ajaran komunis yang harus sama rata dan sama rasa, apakah ini dapat disebut keadilan kalau yang satu bekerja keras sedangkan satunya duduk-duduk tetapi mereka mendapat penghasilan sama? Juga masalah gender, ada orang tua yang lebih menginginkan kehadiran anak laki ketimbang perempuan, apakah ini adil? Sudahkah hukum kita menerapkan keadilan atau “tajam ke bawah tumpul ke atas”?
Ketidakadilan juga terjadi dalam dunia politik yang mana penguasa bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan kekuasaan. Ternyata Daud mengalaminya sehingga dia menulis “sungguhkah kamu memberi keputusan yang adil para penguasa?”
Kata “penguasa” mempunyai arti positif juga negatif. Penguasa memberikan perintah, instruksi, menugaskan pembagian pekerjaan dll. Tak jarang dia mengorbankan orang lain demi diri sendiri sehingga dia ditakuti dan dihindari. Dia cenderung sombong dan merasa paling benar. Berbeda dengan seorang pemimpin yang mengarahkan, memberi inspirasi, membagikan visi-misi. Dia rela mengorbankan diri demi orang lain sehingga dia disegani dan dihormati. Dia rendah hati dan mau belajar.
Daud menegur pengikut-pengikut Raja Saul sebagai penguasa yang lalim, tidak benar dan tidak jujur. Daud sendiri mempunyai pengikut-pengikut, siapa mereka? Heran, Daud sendiri sedang bermasalah tetapi 400 orang yang dalam kesukaran, dikejar-kejar tukang piutang, yang sakit hati justru berhimpun dan mengangkat Daud menjadi pemimpin mereka (1 Sam. 22:2a). Mereka justru menolong Daud menghadapi Raja Saul dan di kemudian hari menjadi pahlawan-pahlawan baginya.
Aplikasi: ketika kita sedang ditimpa banyak masalah pelik membuat kita khawatir dan ketakutan, orang-orang yang juga lagi menghadapi pelbagai problem malah datang meminta pertolongan kepada kita. Jangan kita menolak mereka karena ini dapat menjadi cara Tuhan menolong kita.
Tak dapat dipungkiri orang fasik dan pendusta-pendusta telah menyimpang dan sesat sejak dari kandungan bahkan Daud pun mengakui dirinya juga orang berdosa (Mzm. 51:7). Kita juga orang berdosa sebelum mengenal Yesus dan diselamatkan oleh-Nya sebab sejak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, keturunan mereka termasuk kita juga orang-orang berdosa. Untuk itu Yesus datang ke dunia menebus dosa kita, menyelamatkan hidup kita dan membenarkan kita. Semua ini dilakukan karena kasih Allah yang begitu besar terhadap manusia ciptaan-Nya (Yoh. 3:16).
Apa yang terjadi dengan Raja Saul yang tidak dapat menjaga hatinya yang penuh iri hati? Di akhir hidupnya dia tidak mencari Allah tetapi datang kepada wanita tenung untuk mencari tahu nasib hidupnya (1 Sam. 28:7- 15).
Walau Daud menghadapi tekanan dan ancaman dari penguasa dan kepungan Raja Saul, Daud tetap menjaga hati dikuasai Roh Allah dan tidak mau membalas dendam walau dia ada kesempatan untuk membunuh Saul yang sedang membuang hajat (1 Sam. 24:4-5).
Aplikasi: apa pun kondisi kita karena beratnya tantangan dan tekanan hidup, tetaplah menjaga hati (dikuasai oleh Roh Kudus) dan percayalah Tuhan pasti menolong kita.
- Tentang doa permohonan (ay. 7-10)
“Ya Allah, hancurkanlah gigi mereka dalam mulutnya, patahkanlah gigi geligi singa-singa muda, ya TUHAN! Biarlah mereka hilang seperti air yang mengalir lenyap! Biarlah mereka menjadi layu seperti rumput di jalan! Biarlah mereka seperti siput yang menjadi lendir, seperti guguran perempuan yang tidak melihat matahari. Sebelum periuk-periukmu merasakan api semak duri, telah dilanda-Nya baik yang hidup segar maupun yang hangus.”
Di sini bukan tentang isi doanya tetapi Daud tetap berdoa membangun relasi dengan Allah dalam kondisi apa pun.
Bukankah manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah Tritunggal untuk menjalin relasi dengan-Nya (Kej. 1:26-27)? Daud sejak kecil pasti sudah diajar oleh orang tuanya tentang siapa Tuhan dan perintah- perintah-Nya (bnd. Ul. 6:1-2, 6-8).
Aplikasi: hendaknya orang tua mendidik anak-anaknya mengenal Tuhan dan Firman-Nya sejak dini agar di masa tuanya mereka tidak menyimpang dari jalan kebenaran (Ams. 22:6).
Firman Tuhan mengajarkan kita untuk tetap berdoa, bersukacita dan mengucap syukur senantiasa (1 Tes. 5:16-18; Ef. 6:18) dalam keadaan sesulit apa pun. Jangan lengah karena Iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum mencari orang yang dapat ditelannya (1 Ptr. 5:8).
- Tentang keyakinan iman Daud (ay. 11-12).
“Orang benar itu akan bersukacita sebab ia memandang pembalasan, ia akan membasuh kakinya dalam darah orang fasik. Dan orang akan berkata: "Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi."
Daud tetap percaya adanya keadilan di bumi. Dia ingin menjadi orang benar (dibenarkan oleh Allah) dan yakin akan mendapat pahala karena mengutamakan Allah sebagai Penolong.
Daud telah mengalami keadilan Allah ketika dia (bukan saudara-saudaranya) dipilih dan diurapi menjadi raja menggantikan Raja Saul sebab Allah melihat hati manusia (1 Sam. 16).
Introspeksi: siapa dapat melihat hati selain kita sendiri dan Tuhan? Untuk itu tetaplah menjaga hati dan percayalah orang benar pasti mendapat pahala dari-Nya.
Kita patut bersyukur karena dosa-dosa kita telah diampuni oleh Yesus melalui pengurbanan diri-Nya. Oleh sebab itu janganlah menyia-siakan kurban-Nya dan percayalah serta bersandarlah kepada Tuhan yang siap menolong setiap langkah kehidupan kita. Senantiasalah berdoa dalam kondisi apa pun dan biarlah Roh Kudus menguasai kehidupan kita. Juga percayalah bahwa Allah itu adil dan keadilan-Nya berlaku bagi siapa pun tanpa membeda- bedakan status sosial. Amin.