Shalom,
Sungguh sangat menyenangkan saat bersama teman-teman bertamasya menyusuri sungai dan tampak batu- batuan dan tanaman langka bahkan buah durian kosong karena isinya sudah dimakan oleh hewan juga air terjun yang menarik. Berbeda dengan Daud yang tidak sedang healing, travelling atau hiking ketika berada di dalam gua Adulam.
Perlu diketahui daerah Timur Tengah merupakan tanah perbukitan sehingga ditemukan banyak gua yang dapat dipakai sebagai tempat tinggal, kuburan, atau tempat bersembunyi. Daud bersembunyi di gua karena dalam tekanan berat, apa yang dilakukannya?
· Berlindung Kepada Allah.
Daud adalah menantu Raja Saul dan berstatus sebagai raja de jure yang belum memerintah tetapi sudah diurapi menjadi raja. Daud adalah seorang panglima perang yang mampu mengalahkan berlaksa-laksa musuh.
Apa seruan Daud ketika bersembunyi di dalam gua? “Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku sebab kepada- Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindun sampai berlalu penghancuran itu.” (ay. 2)
Sangatlah lumrah hidup dilanda stres oleh karena tekanan dalam pekerjaan, tugas yang menumpuk dari guru/dosen, pekerjaan rumah tangga yang tidak ada habisnya, kepala rumah tangga yang pusing menghidupi keluarganya dst.
Saat seseorang diperhadapkan pada suatu permasalahan, apa yang paling mendominasi dalam dirinya itulah yang paling kuat merespons dan keluar dari dalam hidupnya. Misal: ketika seseorang sedang menghadapi persoalan serius dan tidak yakin kepada Allah maka keraguan akan muncul paling kuat dalam dirinya. Dia kemudian tidak datang kepada Tuhan tetapi mencari “orang pintar” untuk minta pertolongan darinya.
Pertanyaan: apakah Tuhan yang pertama kali kita cari dan andalkan ketika kita menghadapi situasi yang menyudutkan?
Ketika dikejar oleh Raja Saul, mertuanya, yang berusaha melenyapkannya, Daud memohon belas kasihan Allah hingga dua kali seolah-olah dia mendesak Allah untuk segera menolongnya. Dia memohon (bentuk imperatif) agar Allah tidak berlambat-lambat dan kalau anugerah-Nya tidak segera menolongnya, dia akan tamat riwayatnya. Ilustrasi: di jalan raya, mobil pemadam kebakaran mendapat prioritas pertama untuk didahulukan kemudian menyusul mobil ambulance dan mobil patwal yang mengangkut orang kecelakaan. Demikianlah kondisi Daud saat itu, dia benar-benar mengalami kesesakan dan terancam nyawanya oleh Saul. Daud ingin mengatakan kepada Allah bahwa nasibnya ada di tangan Allah dan nyawanya bergantung dari bagaimana Allah menjawab doanya.
Sadarkah salah satu doa terbaik yang kita naikkan kepada Tuhan ialah saat kita dalam keterpurukan karena di situlah kita paling jujur menunjukkan ketidakberdayaan dan kita membutuhkan bantuan-Nya dengan segera?
Perhatikan, tidak semua persoalan yang terjadi membuat sesuatu dalam diri kita terguncang. Contoh: apakah semua orang terpukul ketika pandemi melanda hampir seluruh penduduk dunia? Ternyata tidak semua pengusaha maupun PNS terpukul! Namun ketika pikiran dan perasaan kita dihantam, sikap kita pasti berubah dan merespons dengan healing, travelling dll. untuk melupakan masalah sejenak.
Ketika pikiran dan perasaan Daud hancur, dia memilih mencari Allah dan minta pertolongan dari-Nya. Dia justru berlindung kepada Allah. Kepada siapa kita berlindung saat kita ketakutan oleh sebab persoalan yang begitu berat? Berlindung kepada Tuhan atau kepada manusia dan tempat-tempat yang tidak menjamin persoalan kita?
· Allah Dapat Diandalkan.
“Tinggikanlah diri-Mu mengatasi langit ya Allah! Biarlah kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi!” (ay. 6) Dapat dibayangkan ketika dokter dan tenaga medis angkat tangan tidak dapat ‘menyelamatkan’ nyawa pasien walau sudah berusaha semaksimal mungkin? Begitulah posisi dan kondisi Daud menghadapi kejaran Raja Saul saat itu! Siapa dapat menolongnya dalam situasi semacam ini? Daud hanya mempunyai Allah di dalam hidupnya yang dia andalkan sepenuhnya.
Introspeksi: apa yang akan kita lakukan saat kita dalam posisi terjepit tidak ada yang menolong? Misal: kita baru memulai bisnis namun langsung rugi. Tahukah pemilik Microsoft, Bill Gates, sukses karena dibantu oleh temannya, Paul Allen. Juga Brad Pitt menjadi aktor terkenal di industri acting sebab dibantu oleh temannya. Jelas, yang penting ialah siapa yang kita kenal. Kita boleh mengandalkan dokter-dokter spesialis di bidangnya masing-masing tetapi hanya Allah – dokter segala dokter – yang mempunyai kapasitas menolong semua persoalan kita yang paling berat dan pelik. Masalahnya, apakah kita mengenali kebutuhan kita? Logiskah orang tua (walau kaya raya) memberikan mobil Rubicon kepada anaknya yang berusia 9 tahun? Daud meminta Tuhan menolongnya dari situasi yang sulit itu.
Dari awal Daud sudah memohon pertolongan kepada Allah (ay. 2) bukan di ayat-ayat terakhir; baginya Allah bukanlah jurus pamungkas yang diambil ketika kondisi sudah terdesak dan tidak ada jurus-jurus lain yang dapat mengatasinya. Daud membutuhkan belas kasihan Tuhan bukan kekuatan-kekuatan lain dalam hidupnya.
Apakah kalau sudah sangat terdesak, kita baru mencari Tuhan dan memohon belas kasihan-Nya untuk menolong kita? Persoalan dan kesulitan dapat datang sekonyong-konyong bagaikan hujan deras disertai petir dan angin kencang yang mau menumbangkan iman kita. Dalam kondisi genting ini carilah Tuhan dan andalkan Dia sepenuhnya. Ingat, belas kasihan Tuhan tidak hanya terasa ketika di gereja atau Allah terhalangi oleh besar dan sulitnya persoalan kita. Tahukah mukjizat-mukjizat terjadi karena adanya masalah? Allah siap melawat kita yang berlindung kepada-Nya.
Standar pertolongan dapat beraneka ragam, misal: menolong seseorang dengan memberi modal, orang tua menolong anaknya dengan memberi rumah dll. Apa standar pertolongan kita? Apakah ketika situasi sudah tenang, musuh sudah habis, persoalan hilang lenyap? Sesungguhnya kita perlu dikuatkan justru saat menghadapi persoalan sama seperti standar pertolongan Daud adalah bagaimana percaya dan mengandalkan Allah dan terserah cara Allah menolongnya. Demikian pula kita mengandalkan Allah yang memiliki kapasitas untuk menjawab setiap masalah kita.
· Memuji Allah Di Tengah Pergumulan.
“Mereka memasang jaring terhadap langkah-langkahku, ditundukkannya jiwaku, mereka menggali lobang di depanku, tetapi mereka sendiri jatuh ke dalamnya. Sela Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur.” (ay. 7-8)
Tahukah lirik lagu terbaik yang diciptakan oleh penggubah-penggubah lagu justru lahir dari pergumulan yang amat berat? Jujur “lagu pujian” kita lebih sering bernadakan kesusahan, kesulitan, ketidakberdayaan yang kita hadapi bukan mengenai apa yang Tuhan mampu lakukan kepada kita.
“mereka memasang jaring (= net) terhadap langkah-langkahku.” Ikan yang tertangkap di jaring sudah dipastikan tidak dapat keluar melarikan diri tetapi tinggal menunggu dimasak. Demikian pula dengan kondisi Daud; namun aneh bin ajaib, dalam kondisi semacam itu dia malah menyanyi dan bermazmur.
Introspeksi: apa yang keluar dari mulut luapan dari hati saat kita mengalami masalah sangat besar? Dapatkah kita tetap memuji Tuhan? Ingat, Daud memuji Tuhan bukan ketika masalahnya selesai. Sebenarnya Allah mau mendewasakan kita justru saat kita mengalami kondisi-kondisi yang sulit. Jangan malah fokus dengan masalah kemudian kita melalaikan ibadah dan pelayanan. Tempat yang terbaik ialah berlindung di bawah naungan sayap Tuhan. Ia tahu seberapa besar kapasitas kita dalam menanggung beban hidup dan Ia berkuasa mengadakan mukjizat kesembuhan maupun pemulihan yang dianggap mustahil oleh manusia. Kita mampu mengatasi semua masalah bersama dengan Tuhan bukan dengan kekuatan sendiri.
Tidak dapat dipungkiri selagi masih hidup kita pasti menghadapi banyak kesulitan; untuk itu berlindunglah kepada Tuhan sebab hanya Dia satu-satunya yang dapat diandalkan. Dan tetaplah memuji Tuhan sekalipun kita masih dan sedang menghadapi pelbagai persoalan, tantangan dan pergumulan. Percayalah Ia mampu dan mempunyai kapasitas menjawab setiap doa pergumulan kita. Dengan demikian kita tidak perlu frustrasi, stres bahkan depresi ketika hidup di dalam kesulitan sebab kita berada di dalam perlindungan-Nya. Amin.