Shalom,
Berita Firman Tuhan minggu-minggu ini menyinggung soal kekhawatiran, ketakutan, pengkhianatan dari orang dekat dan kita diajar untuk menang mengalahkannya dengan iman.
Sebenarnya apa penyebab munculnya ketakutan? Ketakutan merupakan respons yang wajar terhadap sesuatu yang mengancam baik fisik maupun psikis kita. Contoh: saat itu Daud ketakutan karena orang-orang Filistin menangkap dan menyerahkannya kepada Raja Akhis, musuh bangsa Israel (1 Sam. 21:10-15). Ketakutan dapat melanda siapa saja, anak-anak mengalami bullying di sekolah, orang dewasa takut akan masa depannya menyangkut pekerjaan dan nikah, orang tua takut dengan kesehatan dan ditinggal sendirian oleh anak-anaknya yang sudah menikah dst.
Bagaimana Daud menghadapi dan mengatasi ketakutan?
- Beriman teguh saat menghadapi ketakutan (ay. 1-5).
“…Kasihanilah aku, ya Allah, sebab orang-orang menginjak-injak aku, sepanjang hari orang memerangi dan mengimpit aku! Seteru-seteruku menginjak-injak aku sepanjang hari bahkan banyak orang yang memerangi aku dengan sombong. Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”
Secara fisik Daud ketakutan nyawanya terancam hingga dia pura-pura gila di hadapan Raja Akhis (1 Sam. 21:13). Daud sudah diurapi oleh nabi Samuel untuk menjadi raja (1 Sam. 16:1-13) tetapi dia belum menduduki jabatan raja Israel, malahan dalam perjalanan hidupnya dia menjadi buronan Raja Saul dan menghadapi banyak musuh yang membuatnya ketakutan.
Kondisi yang sama dialami oleh Yusuf dan Abram. Tuhan memberikan visi kepada Yusuf bahwa dia akan menjadi pemimpin melalui mimpi. Namun pada kenyataannya, Yusuf mengalami masa-masa sulit selama ± 13 tahun, dia dibenci saudara-saudaranya, dibuang ke sumur, dijual ke Mesir menjadi budak, difitnah masuk penjara. Demikian pula dengan Abram, bapa orang beriman, dipanggil Tuhan keluar dari negerinya ke negeri yang dijanjikan kepadanya. Dengan iman dia taat dan pergi tetapi setelah 10 tahun kemudian tiba di Kanaan, dia masih orang asing di sana. Dia ketakutan karena usia makin tua dan belum mempunyai anak namun Tuhan datang dan berfirman kepadanya untuk menguatkan imannya (Kej. 15:1-3).
Melihat pengalaman Abram, Yusuf dan Daud, sepertinya mereka membutuhkan iman yang teguh sehingga janji Tuhan atau visi-Nya tidak menjadi kabur sebab kenyataan yang mereka hadapi dari waktu ke waktu.
Apa yang dilakukan oleh Daud? Dalam ketakutan, Daud memohon belas kasihan Allah (ay. 2). Dia tidak mencari solusi lain walau mungkin sepanjang hari orang-orang menyerang dan menindas dia secara fisik. Dia benar- benar dalam tekanan berat sepanjang hari dan di tengah-tengah situasi seperti itu dia tahu kepada siapa harus meminta belas kasihan. Imannya hanya mohon pertolongan kepada Allah.
Sesungguhnya Tuhan mengerti kondisi yang dihadapi Daud dan Ia mampu melepaskannya dari tangan orang Filistin tetapi Tuhan mengizinkan dia mengalami peristiwa itu. Heran, Daud tidak menyangkal dan menyalahkan Tuhan atas apa yang dia alami; sebaliknya, dia malah datang memohon belas kasihan-Nya. Ini adalah sikap yang baik dan benar juga bukti bahwa dia beriman kepada Tuhan.
Aplikasi: saat menghadapi situasi tertentu yang membuat kita takut, khawatir dan gelisah, jangan kita menyalahkan Tuhan lalu mengeluh dan bersungut-sungut. Sebab hal itu menunjukkan bahwa kita tidak memiliki iman sehingga tidak kuat menghadapi suatu masalah. Sebaliknya, kita lari kepada Tuhan (bukan kepada orang tua, anak, teman dll.) meminta pertolongan dari-Nya.
Daud mengaku ketika dia takut, dia percaya kepada Tuhan (ay. 4). Sedikit pun tidak ada keraguan atau kebimbangan dalam dirinya kepada Tuhan juga tidak muncul dalam pikirannya untuk menyalahkan Tuhan dengan kondisi yang dialaminya.
Ada kalanya kita mengalami rasa takut dan ketakutan adalah wajar terjadi dalam kehidupan kita. Yang penting, saat rasa takut melanda, kita percaya dan mengandalkan Tuhan serta minta pertolongan kepada-Nya.
Raja Akhis melepaskan Daud bukan karena dia berpura-pura gila tetapi karena Tuhan turut campur melindunginya. Itu sebabnya Daud berani berkata "Apakah yang dilakukan manusia terhadap aku"? Penyertaan Tuhan nyata dalam kehidupannya dan dia mengalami kuasa Tuhan di dalam setiap perjalanan hidupnya.
Daud tidak lupa akan Firman Tuhan dan berulang kali berkata (“Firman-Nya kupuji”) sebagai peneguhan akan keyakinan imannya (ay. 11-12). Jelas iman yang teguh dan benar lahir dari Firman Tuhan. Bukankah ketakutan Abram dipulihkan dengan Firman Tuhan yang menguatkan imannya?
Aplikasi: kalau kita benar-benar mau mengalami pertolongan Tuhan, jangan pernah melalaikan atau meninggalkan Firman Tuhan yang mampu memberikan kita kemampuan untuk menangani dan menang menghadapi kekhawatiran, ketakutan dll. Firman Tuhan lebih daripada kata-kata motivator atau filsafat yang indah sebab Firman-Nya mempunyai kuasa untuk mengubah hati manusia.
Iman kita harus tegak berdiri di dalam kebenaran Firman Tuhan. Kalau kita jauh dari Firman-Nya, iman kita akan mudah lemah dan luntur. Oleh sebab itu Daud menyimpan Firman Tuhan dalam hati agar tidak berdosa kepada-Nya (Mzm. 119:11).
Sayang, terkadang kita kurang/tidak memercayai Firman Tuhan yang mampu memberikan solusi seperti pengalaman Naaman, panglima raja Aram. Karena ingin sembuh dari penyakit kustanya, Naaman datang ke rumah Elisa dan ditemui oleh abdi Elisa yang memintanya mandi tujuh kali dalam Sungai Yordan tetapi ditolaknya. Untung pegawai-pegawainya dapat membujuknya dan akhirnya dia melakukannya. Alhasil, dia ditahirkan setelah membenamkan diri tujuh kali di sungai itu (2 Raja. 5:8-15).
Jujur, bukankah kita juga tidak sabar menunggu Tuhan menjawab doa kita apalagi kalau sudah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun belum ada jawaban doa kemudian kita mencari solusi lain? Ingatkah Abraham harus menunggu 25 tahun baru doanya dikabulkan Tuhan untuk menguji ketulusan imannya? Waspada, ketakutan yang menghantui dan merasuk jiwa dapat membuat kita makin menjauh dari Tuhan sehingga kita makin terpuruk dan hilang pengharapan juga hilang iman.
- Beriman bahwa ketakutan dapat diubah menjadi kemenangan.
Doa daud yang digubah menjadi nyanyian mengungkapkan bagaimana musuh-musuhnya memutarbalikkan kata-kata, merancang yang jahat, bersekongkol dan menyergap bahkan mengincar nyawanya (ay. 6-8) tetapi dia menemukan jawaban doa dan berakhir dengan kemenangan terhadap rasa takut yang dialaminya.
Daud mengatakan sengsaranya dihitung/dicatat oleh Tuhan, artinya Tuhan benar-benar mengetahui dan memerhatikan situasi yang dihadapinya (ay. 9). Jelas, Tuhan tidak membiarkan atau melupakan Daud tetapi memperhitungkan semua yang telah diperbuat olehnya. Bahkan Tuhan melihat tetesan air matanya.
Aplikasi: kita tidak perlu malu menangis di hadapan Tuhan saat menumpahkan semua kepedihan hati menghadapi banyak masalah yang menimpa kita. Ia memerhatikan setiap tetesan air mata kita dan tidak menutup mata terhadap apa yang kita hadapi. Air mata yang kita tumpahkan bukanlah air mata sungutan tetapi air mata permohonan dalam kerendahan hati di hadapan Tuhan.
Daud begitu yakin musuhnya akan mundur pada waktu dia berseru (ay. 10). Kalau saat ini kita belum mengalami pertolongan Tuhan, jangan pernah meninggalkan iman kita tetapi tetaplah berharap kepada-Nya dan yakinlah bahwa Allah berada di pihak kita. Kalau Allah ada bersama kita, siapakah yang akan melawan kita (Rm. 8:31)? Penindasan, kesesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya tidak dapat memisahkan kita dari kasih-Nya (ay. 35).
Tiba-tiba di ayat berikutnya Daud mengatakan, “Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu. Sebab Engkau telah meluputkan aku dari pada maut bahkan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung; maka aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.” (ay. 13-14)
Tidak dijelaskan apa nazar Daud tetapi dia berjanji akan melakukan sesuatu kepada Tuhan kalau Ia menolongnya. Contoh: ada jemaat bernazar kalau Tuhan memberkati sawahnya, hasil panen satu petak sawahnya akan dipersembahkan kepada Tuhan. Ternyata Tuhan membuat panennya berhasil dan herannya satu petak yang dijanjikan lebih subur menghasilkan panen lebih banyak dari petak-petak lainnya. Awalnya jemaat ini sempat tergoda merasa sayang memberikan semua hasil satu petak itu tetapi karena sudah berjanji akhirnya dia menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan. Waspada, jangan pernah melanggar janji/nazar seperti diingatkan oleh Pengkhotbah 5:4, “Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya.”
Daud melaksanakan nazarnya dan mempersembahkan syukur kepada Tuhan sebab Tuhan telah menolongnya. Terbukti iman Daud kepada Allah dapat mengalahkan ketakutannya.
Aplikasi: ketakutan dapat melanda kita sewaktu-waktu namun tetaplah percaya kepada Tuhan dan Firman- Nya. Jangan iman kita malah kendur dan lemah sebab Ia melihat kesulitan-kesulitan yang kita hadapi. Ia bahkan menghitung setiap sengsara dan tetesan air mata kita untuk menolong dan memberikan solusi bagi kita. Sabarlah menunggu jawaban Tuhan – ada kalanya Ia segera menolong tetapi di lain kesempatan sepertinya Ia mengulur-ulur waktu dalam mengabulkan doa tetapi ini tidak berarti Ia melupakan janji-Nya. Setelah kita menang dari ketakutan dan apa pun yang kita hadapi, kita harus makin setia kepada Tuhan, melayani lebih sungguh-sungguh dan hidup sesuai dengan Firman-Nya. Kita menjaga langkah-langkah kita agar tidak tersandung atau menyimpang tetapi terus berjalan dalam cahaya kehidupan hingga mencapai tujuan iman itulah keselamatan jiwa kita (1 Ptr. 1;9).
Tak dapat disangkal dalam perjalanan hidup mencapai tujuan iman itulah keselamatan jiwa, kita menghadapi pelbagai masalah yang membuat kita takut tetapi tetaplah beriman teguh kepada Tuhan dan yakinlah Ia berkuasa mengubah ketakutan menjadi kemenangan sebab Ia adalah Pelindung dan Pemelihara jiwa kita. Amin.