• IMAN YANG MENGALAHKAN KETAKUTAN
  • Mazmur 56
  • Lemah Putro
  • 2023-08-06
  • Pdt. Stephen Pandir Manurung
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1410-iman-yang-mengalahkan-ketakutan
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

 Shalom, 

Minggu ini kita memasuki bulan kemerdekaan – bulan penuh dengan kemeriahan mulai dari upacara bendera di sekolah, di perusahaan, di instansi pemerintahan hingga istana kepresidenan diikuti perlombaan dan jalan-jalan ditutup karena karnaval. 

Ada baiknya kita mengenang terjadinya pertempuran di kota Pahlawan, Surabaya, dilatarbelakangi oleh kedatangan Sekutu (tergabung dalam NICA) pada tanggal 25 Oktober 1945. Pasukan Sekutu dipimpin oleh Brigadir Jendral Mallaby datang dengan alasan mau membantu Indonesia menjaga ketertiban setelah Jepang menyerah. Namun kenyataannya Sekutu malah mengultimatum arek-arek Suroboyo untuk takluk pada pemerintahan Belanda; jika tidak, Surabaya akan dibumihanguskan. Awalnya arek-arek Suroboyo takut menghadapi mereka karena kekuatannya tidak sebanding dengan Sekutu namun setelah berdiskusi cukup panjang dengan para pemimpin yang diketuai oleh Bung Tomo juga dengan tokoh-tokoh agama akhirnya mereka memutuskan lebih baik mati mempertahankan kemerdekaan dan memang puluhan ribu arek Suroboyo gugur sebagai pahlawan karena semangat nasionalisme mereka rasa tukut berganti menjadi pekik “merdeka atau mati”. Semangat kemerdekaan menghilangkan rasa takut. 

Sekarang kita tidak lagi dijajah oleh negara mana pun tetapi jujur kita masih diteror oleh rasa takut yang melingkupi setiap aspek hidup kita, misal: kita takut di-PHK, tidak menikah, tidak mampu bayar cicilan dst. Apakah kita harus menyerah? Kalau rasa nasionalisme saja dapat mengusir rasa takut apalagi kalau kita beriman?

Kita belajar dari pengalaman Daud saat menghadapi rasa takut seperti yang ditulisnya di Mazmur 56. Ternyata Mazmur 56 identik dengan Mazmur 34 yang mengisahkan Daud dalam keadaan terjepit ketika ditangkap oleh Abimelekh kesatuan raja-raja Filistin yang dipimpin oleh Raja Akhis. Daud ditangkap orang Filistin di Gat (1 Sam. 21:11-15).

Awalnya Daud benar-benar sangat ketakutan tetapi kemudian terjadi turning point yang mana dia berubah menjadi tidak takut seperti ditulisnya, “Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah yang firman-nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut..” (ay. 4-5). 

Bagaimana Daud mengatasi rasa takut dan mengubahnya menjadi tidak takut? Karena percaya kepada Allah. Iman seperti apa yang dapat mengalahkan ketakutan?

  • Iman yang siap dalam menghadapi kenyataan/the struggle of faith (ay. 1-4)

Sangatlah wajar dan manusiawi jika Daud mengalami ketakutan luar biasa menghadapi musuh yang tangguh. Dia jujur mengungkapkan perasaan takutnya; demikian pula dengan kita, kita harus menerima kenyataan bahwa rasa takut itu ada untuk menyadarkan bahwa kita ini lemah dan kita sangat membutuhkan Tuhan. Untuk itu kita harus berdamai dengan rasa takut ini. Jangan menjadi anak-anak Tuhan yang seperti terbang di awan- awan dan mengatakan ‘Aku tidak takut, aku anak Tuhan’. Benarkah ini keluar dari iman atau sekadar sugesti dalam diri kita? 

Rasa takut adalah keniscayaan. Daud tidak malu mengakuinya walau banyak prestasi keberanian pernah diraihnya ketika menghadapi Goliat, singa dan beruang. 

Apa rasa takut menurut pakar kejiwaan? Rasa takut merupakan salah satu emosi dasar manusia dalam merespons secara alami terhadap situasi yang dianggap berbahaya atau menakutkan. Penyebab rasa takut ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: ancaman fisik, pengalaman traumatis, ketidakpastian dan perubahan, fobia, kehilangan kendali, faktor genetik dan lingkungan.

Kalau direnung-renungkan, rasa takut ternyata seperti sebuah anugerah karena membantu kita untuk dapat bertahan hidup dan melindungi diri dari bahaya. Kini kita dapat memahami bahwa siapa pun dapat dilanda rasa takut; oleh sebab itu jangan mudah menghakimi dengan menuduh mereka yang ketakutan tidak rohani atau tidak beriman. Ketakutan dapat melanda siapa saja termasuk nabi (Elia), raja (Daud), pendeta apalagi jemaat. 

Awal rasa takut dialami oleh Adam dan Hawa yang jatuh dalam dosa (Kej. 3:9-10). Sejak itu rasa takut menghantui kehidupan manusia hingga roh kita terpisah dari tubuh yang fana baru kita terlepas dari rasa takut itu. 

Rasa takut apa yang menimpa Daud saat itu?

Seteru-seteruku menginjak-injak aku sepanjang hari, bahkan banyak orang yang memerangi aku dengan sombong

Ketika ditangkap oleh pasukan Raja Akhis, Daud mengalami intimidasi dan persekusi secara fisik karena dia adalah buronan prioritas. Orang Filistin pasti mempunyai dendam kesumat kepada Daud yang telah mengalahkan mereka berlaksa-laksa. Mereka pasti menganiaya dan ‘menginjak-injak’ Daud sebelum menyerahkannya kepada Raja Akhis.

“Sepanjang hari” menunjukkan durasi tekanan hidup yang tidak terukur dan cukup panjang membuat orang depresi.

“Sombong”, Daud mengalami tekanan psikis/jiwa luar biasa dari banyak orang yang memeranginya. Jangan mengaitkan “orang yang takut itu tidak sempurna di dalam iman” (1 Yoh. 4:18) sebab ini tidak ada hubungan dengan tekanan hidup tetapi rasa takut menjelang hari penghakiman ketika Tuhan datang (ay. 17).

Tidak ada salahnya untuk mengaku takut tetapi yang terpenting mengalihkan rasa takut menjadi tidak takut. Daud mampu mengelola dan menata perasaan takutnya bukan malah bermusuhan dengannya. 

Rasa takut ini diubah menjadi kekuatan yang luar biasa melalui pengakuan dan kejujuran. Contoh: Rasul Paulus yang hebat tidak malu mengungkapkan rasa takut dan kelemahannya kepada jemaat (1 Kor. 2:2-3). 

Aplikasi: dengan mengakui kelemahan dan ketakutan kita kepada suami/istri/anak tidak membuat harga diri kita hilang atau kita direndahkan oleh Tuhan. Contoh: Raja Hizkia yang sakit parah menangis dan berdoa kepada Tuhan; Tuhan mendengarkan doanya (2 Raja. 20:1-5). Rasa takut adalah ekspresi orang percaya untuk menunjukkan bahwa kita membutuhkan Tuhan. Jangan sok berani karena terlalu sering mendengarkan khotbah-khotbah bersifat motivasi karena ini bukan iman.

Apa pengakuan Daud? Waktu dia takut, dia percaya kepada Tuhan (ay. 4). Di sinilah rasa takut dialihkan atau diubah menjadi kekuatan. Ini adalah momentum penting untuk mengelola rasa takut dengan baik dan terjadi perubahan signifikan dari rasa takut menjadi kekuatan. 

Jujur tidaklah mudah mengubah rasa takut menjadi kekuatan tetapi diperlukan pergumulan iman untuk terus berperang antara takut dengan percaya/iman. Sebenarnya saat itu Daud masih memiliki ± 400 pasukan yang masih loyal kepadanya tetapi sebagai seorang panglima dia pasti menghitung kekuatan apakah mampu mengalahkan musuh. Ternyata dia tidak mengubah rasa takut dengan kemampuan militer tetapi dengan iman. Contoh: Yesus sangat ketakutan dan bergumul hebat di Taman Getsemane – bergumul menuruti kehendak Bapa atau mengikuti kehendak-Nya sendiri untuk meminum atau menolak cawan yang dipegang oleh-Nya (Luk. 22:44). 

Apa yang diperbuat Yesus dalam pergumulan melawan rasa takut? Ia makin sungguh-sungguh berdoa. Demikian pula dengan Daud, dia tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa takut tetapi percaya kepada Tuhan. 

Aplikasi: hendaknya rasa takut tidak menyetir kehidupan kita tetapi kita bergumul mengelola ketakutan ini menjadi kekuatan dengan makin tekun berdoa. Waspada, di momen-momen seperti inilah Iblis berusaha mengalihkan perhatian kita supaya kita fokus pada rasa takut sehingga lupa kepada Tuhan. Rasa takut tidak boleh menakut-nakuti tetapi menyadarkan kita bahwa kita lemah dan membutuhkan Tuhan. Contoh: ketika mengalami ancaman genosida/pemusnahan bangsa Yahudi oleh Haman, Ester memaklumkan kepada rakyat Yahudi untuk berdoa dan berpuasa (Est. 4:16). Juga Daniel saat diancam dilempar ke gua singa karena fitnah, dia tetap berdoa tiga kali sehari memuji Allah (Dan. 6:11). Ketika Petrus ditahan dalam penjara dan terancam dibunuh, jemaat tekun mendoakannya kepada Allah (Kis. 12:5). Jadi, saat kita mengalami rasa takut, kita harus banyak berdoa bukan malah banyak mengomel atau curhat ke semua orang atau menyalahkan orang lain atau menyalahkan keadaan. Ketika kita sibuk bertemu dengan Tuhan, damai sejahtera akan meliputi kita. 

Apa dampaknya ketika Daud bergumul dalam iman kepada Allah menghadapi rasa takut? 

  • Iman yang diteguhkan karena Firman/the victory of faith (ay. 5-12).

“kepada Allah, yang firman-Nya kupuji (halal = to shine = bersinar), kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?.....Kepada Allah, firman-Nya kupuji, kepada TUHAN, firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut.” 

Setidaknya Daud mengulangi “Firman-Nya kupuji” hingga tiga kali. Ini membuktikan bahwa kemenangan Daud menghadapi rasa takut tidak lepas dari kuasa Firman. Dia sangat menghormati, mencintai dan memuji Firman Allah bagaikan cahaya yang bersinar. Di ayat lain Daud menyanjung Firman Allah lebih manis dari madu (Mzm. 119:103) dan pelita bagi kakinya serta terang bagi jalannya (ay. 105). 

Aplikasi: hendaknya kita tidak menyepelekan kuasa Firman Allah tetapi menghargai dan memprioritaskannya melebihi rasa takut kita. Dalam setiap pergumulan antara takut dan percaya, Firman Allah harus yang terdepan dan dikedepankan untuk beroleh kemenangan iman. Waspada, siapa meremehkan Firman akan menanggung akibatnya (Ams. 13:13). Ironisnya, dunia malah menertawakan kalau kita menasihati dengan Firman dan menganggap kita sok rohani. 

Kalau dahulu Daud memuji muji Firman Allah yang tertulis (dalam bentuk Taurat) sekarang Firman itu menjadi manusia di dalam Yesus Kristus (Yoh. 1:1,14). Jadi sudah sepantasnya kita memuliakan Yesus seperti diingatkan oleh Petrus agar kita bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus (2 Ptr. 3:18). 

Namun sayang, ada segelintir orang yang terus menyebar kebencian tentang Yesus dan berupaya meredupkan cahaya pengagungan kepada Sang Firman dengan cara menurunkan level Yesus menjadi tidak lebih istimewa dari Adam sehingga tidak perlu dipuji puji. 

Daud tidak curiga sama sekali kepada Allah, dia menjelaskan bahwa Allah menghitung dengan rapi semua pergumulannya dan yakin pasti ditolong oleh-Nya (ay. 9-10) berakhir dengan kemenangan akan iman. 

Ketika ketakutan meliputi kita, jangan mudah panik berlanjut pada depresi tetapi berdamailah dengan rasa takut, beriman kepada Tuhan yang mampu mengubah ketakutan menjadi kekuatan untuk mengenal Dia lebih dalam hingga kita beroleh kemenangan di dalam Dia. Amin.