• SERUAN DI TENGAH KESESAKAN (JOHOR)
  • Mazmur 54
  • Johor
  • 2023-07-23
  • Pdm. Setio Dharma Kusuma
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1405-seruan-di-tengah-kesesakan-2

Shalom,

Selama masih hidup tiap orang pasti mempunyai masalah menyangkut ekonomi, rumah tangga, pekerjaan dll. Masalah akan berhenti ketika kita sudah dimakamkan karena sudah bersama Tuhan. Tidak dapat disangkal orang berburu uang karena dipikir uang dapat menyelesaikan masalah. Contoh: Singapura terkenal dengan pengobatannya karena peralatan medisnya canggih, banyak orang sakit dibawa ke sana dan terbaring lemah di rumah sakit tetapi berakhir pulang berupa jenazah. Juga sebelas artis Korea mati bunuh diri di usia muda dst. Ternyata memiliki uang banyak tidak menjamin dapat membeli kesehatan atau lepas dari masalah. Yesus sendiri meminta orang muda kaya untuk menjual hartanya dan mengikut Dia (Mat. 19:16- 22) juga mengingatkan murid-murid-Nya apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya (Mat. 16:26). Memang kita membutuhkan uang tetapi uang bukanlah segala-galanya.

Tema Firman Tuhan hari ini “Seruan Di Tengah Kesesakan” bukanlah mengenai masalah ekonomi tetapi menghadapi musuh berbentuk pengkhianatan. Daud dikhianati dan ini menimbulkan rasa sesak yang luar biasa. Apa curahan hati Daud dalam tulisannya di Mazmur 54?

“Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian pengajaran Daud, ketika orang Zifi datang mengatakan kepada Saul: "Daud bersembunyi kepada kami." (ay. 1-2)

Siapa orang Zifi ini? Orang Zifi ini satu suku dengan Daud yaitu suku Yehuda yang mana saat pembagian tanah pusaka, suku Yehuda ditempatkan di Zif (Yos. 15:21-24). Ternyata orang Zifi ini dua kali mengkhianati Daud dengan melaporkan keberadaan Daud kepada Raja Saul ( 1 Sam. 23:19-20; 26:1-2).

Dapatkah dibayangkan ketika orang yang dahulunya dekat bahkan ditolong sekarang menjadi pengkhianat; orang yang sebelumnya tidak tahu apa-apa sekarang dapat berdiri tegak kemudian menjadi pengkhianat dan seperti orang asing? Kalau dikhianati oleh orang yang dahulunya dekat, hubungan pasti menjadi renggang bagaikan orang asing.

Saat Daud menghadapi pengkhianatan, dia sudah diurapi sebagai raja oleh Samuel dan Roh TUHAN berkuasa atasnya (1 Sam. 16:13). Walau Roh Tuhan ada bersama Daud, dia tetap dikejar oleh Saul. Demikian pula dengan Yesus, setelah dibaptis Ia malah dicobai di padang gurun (Mat. 4:1-10) padahal ketika dibaptis, Allah Bapa mengakui, “Inilah Anak-ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat. 3:17).

Pembelajaran: ketika kita dipercaya untuk memegang suatu jabatan (penting), ini tidak berarti kita lalu duduk mentereng dan berharap menerima penghormatan. Alkitab menyatakan sebaliknya, kita harus siap menerima tantangan, masalah bahkan penderitaan seperti dialami oleh Daud dan Yesus.

Apa upaya Daud dalam menyelesaikan masalah ketika dia berada dalam kesesakan?

  • Beriman

“Ya Allah, dengarkanlah doaku, pasanglah telinga kepada ucapan mulutku!” (ay. 4)

Aneh, mana mungkin mulut dipasangi telinga? Maksudnya ialah kita mendahulukan telinga baru kemudian mulut. Firman Tuhan menasihati supaya kita lambat berkata tetapi cepat mendengar (Yak. 1:19).

Dalam pelarian dari kejaran Raja Saul, Daud bersembunyi di tempat perlindungan di padang gurun Zif. Yonatan, anak Saul, pergi menemui Daud dan menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah dan berkata kepadanya, “Janganlah takut sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau akan menjadi raja atas Israel dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui yang demikian itu.” (1 Sam 23:17)

Heran, Daud sedang diburu oleh Saul dan ribuan tentara dikerahkan untuk menangkapnya tetapi Yonatan malah mengatakan Daud akan menjadi raja atas Israel. Ini menunjukkan Yonatan beriman dan imannya didengar oleh Daud. Itu sebabnya Daud mengatakan, “pasanglah telinga pada ucapan mulutku.”

Betapa pentingnya ketika kita berada di dalam kesesakan, seruan kita didahului dengan beriman. Telinga kita pakai untuk mendengarkan Firman karena iman timbul dari pendengaran akan Firman Kristus (Rm. 10:17). Tahukah iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak pernah kita lihat (Ibr. 11:1)? Kalau sudah pernah dilihat ini bukan iman.

Daud kental dengan pengkhianatan. Sebelum bertemu dengan orang Zifi, Daud membantu orang-orang di kota Kehila yang diserang orang Filistin dan menang (1 Samuel 23:1-13). Ironis, sudah ditolong, orang-orang Kehila malah mau menyerahkan Daud kepada Saul yang terus mencarinya (ay. 12). Orang-orang Kehila tidak tahu berterima kasih tetapi malah menjadi pengkhianat. Daud yang baru diangkat hidupnya dan Roh Tuhan ada bersamanya justru menghadapi banyak kesulitan.

Alkitab mengajarkan kita untuk benar-benar tunduk pada Firman Tuhan dan kalau seizin Tuhan kita diproses menghadapi banyak kesulitan dalam beriman kepada-Nya, jalani saja sebab kita sudah berada di jalur yang benar. Justru perlu dipertanyakan kalau kita tidak menemui tantangan dan kendala dalam pengikutan kita kepada Tuhan.

Daud adalah tipologi – gambar bayang – Kristus. Ada kesamaan yang dialami Daud dan Yesus yang sama sekali tidak masuk di akal kita maupun rumusan dunia. Normalnya orang yang ditahbiskan akan dimuliakan. Namun pengalaman Daud maupun Yesus mengajarkan kita tentang servant leadership atau kepemimpinan yang melayani.

Beriman adalah salah satu poin seruan di tengah kesesakan dan ketika beriman doa-doa kita hanya tertuju kepada Tuhan seperti seruan Daud yang tidak mengadukan masalahnya lebih dahulu tetapi, “ya Allah selamatkanlah aku karena nama-Mu… ya Allah dengarkanlah doaku…” (ay. 3a, 4a) Inilah doa orang beriman yang lebih mengutamakan Tuhan daripada masalahnya.

Introspeksi: seruan doa apa yang kita panjatkan kepada Tuhan? Lebih banyak mengutarakan masalah kita atau memuliakan Dia?

  • Hidup benar di hadapan Tuhan.

“Sesungguhnya Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku.” (ay. 6)

Bagaimana mungkin Daud dapat mengatakan Allah adalah Penolong dan Penopang hidupnya jika dirinya berbuat dosa?

Tidak ada rumusan dalam Alkitab orang berseru kepada Allah tetapi tetap hidup dalam dosa selingkuh, korupsi, kebencian dll. Daud memosisikan diri dan yakin sepenuhnya bahwa Allah mengelilinginya dan menjadi Penolongnya sebab ia hidup benar. Buktinya, dua kali Daud mempunyai kesempatan untuk membunuh Saul tetapi dia tidak melakukannya (1 Sam. 24:1-16; 26:1-24). Daud sama sekali tidak berbuat jahat juga tidak mengkhianati Saul. Itu sebabnya Daud berani mengatakan Allah adalah Penolong dan Penopang di dalam seruan doanya.

Aplikasi: hendaknya kita hidup benar bukan sekadar hidup baik sebab kenyataannya ada banyak orang baik tetapi hidupnya tidak benar. Misal: dia baik dengan memberikan donasi sini sana tetapi hidupnya tidak benar karena hasil korupsi atau kejahatan. Beda dengan orang benar, kehidupannya pasti baik. Bukankah Alkitab menegaskan doa orang benar bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya (Yak. 5:16)? Jadi, kalau doa kita belum dijawab oleh Tuhan, ini berarti: (1) Tuhan sedang memproses kita atau (2) sudahkah kita hidup benar di hadapan-Nya?

  • Tidak membalas kejahatan ataupun pengkhianatan.

Masihkah kita dapat berdiam diri menjaga mulut ketika kita dikhianati orang? Ketika teman baik atau orang yang pernah kita tolong kemudian menjadi pengkhianat, tidakkah kita ingin marah dan memakinya walau tidak membalasnya?

Kenyataannya Daud tidak pernah membalas Saul walau dia dapat melakukannya dengan mudah saat Saul lengah atau panglimanya lengah dalam menjaga rajanya. Apa yang dikatakannya? “Biarlah kejahatan itu berbalik kepada seterus-seteruku.” (Mzm 54:7) Dan benar Saul yang terluka parah ketika dikejar orang Filistin menjatuhkan diri ke atas pedang dan mati (1 Sam. 31:1-4).

Tindakan Daud yang tidak membalas kejahatan tetapi membiarkan kejahatan berbalik menimpa musuh-musuhnya sangat dimengerti oleh anaknya, Salomo, yang waktu itu belum lahir. Salomo menulis pengalaman-pengalamannya di Kitab Amsal dan Amsal 26:27 menuliskan, “Siapa yang menggali lobang akan jatuh ke dalamnya dan siapa menggelindingkan batu, batu itu akan kembali menimpa dia.”

Aplikasi: kita tidak perlu membalas kejahatan bahkan menjaga mulut kita diam tidak mengeluarkan kata-kata makian. Tetaplah hidup melakukan kebenaran maka Tuhan pasti menolong kita. Ingat, di dalam kebenaran pasti ada kebaikan. Yesus sendiri datang ke dunia dengan kasih karunia (anugerah) dan kebenaran (Yoh. 1:14). Di dalam anugerah termaktub kebaikan-Nya. Cara kita beroleh kemenangan harus beda dengan cara orang- orang dunia biasa lakukan.

Pengalaman Daud mengajar kita ketika dalam kesesakan, kita berseru kepada Tuhan dan beriman bahwa Ia sanggup menolong kita. Namun kita harus hidup benar dan tidak membalas kejahatan tetapi menyerahkannya kepada Tuhan karena pembuat kejahatan akan menerima pembalasan dari perbuatan jahatnya sendiri. Amin.