• Seruan Di tengah Kesesakan
  • Mazmur 54
  • Lemah Putro
  • 2023-07-23
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1404-seruan-di-tengah-kesesakan
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Hendaknya kita tidak henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan dan bersorak-sorai memuji Dia senantiasa sebab Ia memang layak dipuji dan ditinggikan.

Apakah Daud juga bersorak-sorai memuji Tuhan dalam tulisannya di Mazmur 54?

“Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu! Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku! Sebab orang-orang yang angkuh bangkit menyerang aku, orang-orang yang sombong ingin mencabut nyawaku; mereka tidak mempedulikan Allah. S e l a

Sesungguhnya Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku. Biarlah kejahatan itu berbalik kepada seteru-seteruku; binasakanlah mereka karena kesetiaan-Mu! Dengan rela hati aku akan mempersembahkan korban kepada-Mu, bersyukur sebab nama-Mu baik, ya TUHAN. Sebab Ia melepaskan aku dari segala kesesakan dan mataku memandangi musuhku.” (ay. 3-9)

Mazmur ini ditulis ribuan tahun lalu dan dikanonkan di Perjanjian Lama lalu dinyanyikan dan dibaca di era gereja mula-mula hingga sekarang. Bagaimana perasaan kita tatkala membaca ayat-ayat di atas ini? Apakah kita ikut terbawa suasana yang terjadi saat itu? Ternyata Daud menulis dalam suasana ketakutan nyawanya terancam dan berseru memohon pertolongan Tuhan karena dia dikejar-kejar musuh.

Siapa yang mengejar-ngejar Daud dan mengapa? “Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian pengajaran Daud, ketika orang Zifi datang mengatakan kepada Saul: “Daud bersembunyi kepada kami.” (ay. 1-2)

Walau kita tidak mempunyai pengalaman sama seperti dialami oleh Daud tetapi setidaknya nyanyian ini menjadi pengajaran bagi kita dan anak cucu kita bahwa Tuhan sanggup menolong kita bila kita berseru kepada-Nya.

Siapa orang Zifi yang lapor kepada Raja Saul bahwa Daud bersembunyi pada mereka? Orang Zifi berasal dari suku Yehuda sedangkan Daud juga dari suku Yehuda (anak ke-4 dari Lea; Kej. 29:35). Sementara Raja Saul yang memusuhi Daud adalah dari suku Benyamin (anak Yakub yang ke-12 dari Rahel). Mereka semua adalah bangsa Israel cuma beda suku tetapi satu ayah, Yakub.

Keluarga Yakub berkembang pesat hingga terjadilah kejar-mengejar, benci membenci dan iri hati yang menimbulkan banyak masalah. Apa yang terjadi? Raja Saul iri hati melihat Daud dipuji-puji lebih dari pada dia, membuatnya takut nanti jabatan raja akan jatuh kepada Daud (1 Sam. 18:6-8). Mulailah Raja Saul membenci Daud dan berusaha membunuhnya dengan melempar tombak saat roh jahat menguasainya dan Daud berusaha menenangkan hatinya dengan bermain kecapi (ay. 9-11). Sejak itu Daud melarikan diri dari ancaman pembunuhan dari Saul.

Dalam pelarian, Daud berada di tempat perlindungan di pegunungan di padang guru Zif (1 Sam. 23:14). Raja Saul mencari dia tetapi tidak menemukannya hingga beberapa orang Zif pergi menghadap Saul memberitahu kalau Daud bersembunyi dekat mereka di kubu-kubu gunung dekat Koresa di bukit Hakhila (ay. 19). Namun Allah tidak menyerahkan Daud ke dalam tangan Saul.

Pengalaman Daud menjadi pengajaran dan pembelajaran bagi kita bahwa kita juga dikejar- kejar oleh musuh. Siapa musuh kita yang sesungguhnya? (1) Iblis yang akan dihukum dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang (Wy. 20:10); (2) dunia yang sedang lenyap (1 Yoh. 2:17) (3) hawa nafsu (Kol. 3:5 dst; Rom. 7:18-24).

Apa yang Daud lakukan menghadapi Saul? Dia belajar mencintai musuh (Saul) yang iri hati kepadanya. Dia berulang-ulang mau dibunuh oleh Saul tetapi dia mencintai TUHAN dan percaya bahwa Ia pasti akan menyelamatkannya (Mzm. 54:3,8).

Daud suka menyebut Nama TUHAN, beda dengan Raja Saul yang tidak pernah lagi menyebut TUHAN karena hatinya penuh dengan iri hati dan kebencian sehingga tidak ada damai sejahtera. Pikiran Saul dipenuhi dengan keinginan membunuh Daud sehingga dia membawa 3.000 orang pilihan hanya untuk menangkap Daud (1 Sam. 24:3). Pikiran Saul sudah tidak jernih lagi padahal Daud adalah menantunya sendiri dan tidak melakukan kesalahan apa pun terhadapnya.

Bagaimana sikap Daud menghadapi mertuanya yang terus berusaha membunuhnya? Dia tetap mengasihi Saul, dan membiarkannya hidup walau dia mempunyai dua kali kesempatan untuk membunuh mertuanya, yakni:

  • Ketika Daud tinggal di kubu-kubu gunung di En Gedi. Saul yang mengejar Daud masuk ke dalam gua untuk buang hajat sedangkan Daud dan orang-orangnya duduk di bagian belakang gua itu. Daud dengan mudah dapat membunuh Saul saat itu tetapi dia hanya memotong punca jubah Saul dengan diam-diam (1 Sam. 24:4-5). Hati Daud bahkan berdebar-debar karena telah memotong punca Saul (ay. 6). Dia tidak mudah terhasut omongan orang-orangnya yang menyuruhnya membunuh dengan alasan sepengetahuan TUHAN (ay. 5, 7). Ketika Saul keluar dari gua, Daud berseru kepadanya, Tuanku raja, mengapa engkau mendengarkan perkataan orang-orang yang mengatakan Daud mengikhtiarkan celakamumatamu sendiri melihat TUHAN sekarang menyerahkan engkau ke dalam tanganku dalam gua itutetapi aku merasa sayang kepadamuaku tidak akan menjamah tuanku sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.(ay. 9-11)
  • Kembali orang Zif lapor kepada Saul bahwa Daud menyembunyikan diri di bukit Hakhila di padang gurun. Saul mengejarnya dan berkemah di bukit itu. Dia tertidur lelap dikelilingi orang-orangnya dengan tombak terpancung di tanah dan kendi di dekat kepalanya. Daud mendekatinya dengan diam-diam dan mengambil tombak serta kendi kemudian meninggalkannya padahal dia dapat dengan mudah membunuh Saul saat itu. Kembali Daud mengatakan kepada Saul yang terbangun dan mendengar suaranya, Mengapa pula tuanku mengejar hambanya ini? Apa yang telah kuperbuat? Apakah kejahatan yang melekat pada tanganku?... TUHAN menyerahkan engkau pada ari ini ke dalam tanganku tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi (1 Sam. 26:18,23)

Daud tidak mau membunuh Saul sebab Roh Tuhan ada pada Daud ketika dia diurapi Tuhan menjadi raja untuk menggantikan Saul (1 Sam. 16:13). Sementara itu Raja Saul telah ditolak Tuhan dan Roh Tuhan telah meninggalkannya.

Aplikasi: hendaknya kita tidak mempunyai musuh, kalaupun ada, kita belajar berdamai dengannya. Darah Yesus berkuasa membuat kita berpikiran jernih untuk dapat mengampuni bukan malah membalas dendam musuh kita. Roh Kudus membuat kita suka hidup berdamai bukan membalas kejahatan dengan kejahatan sebab wajah Tuhan menentang orang yang berbuat jahat. Siapa akan berbuat jahat terhadap kita kalau kita rajin berbuat baik? (1 Ptr. 3:8- 12). Lebih baik menderita karena berbuat baik daripada menderita karena berbuat jahat (ay. 17).

Daud mengalami penderitaan bukan karena dia berbuat jahat. Bahkan dalam pelariannya dari kejaran Raja saul, Daud pura-pura menjadi gila di hadapan Akhis, raja kota Gat, sehingga dia dibiarkan lepas (1 Sam. 21:13-15). Perhatikan, ketika menghadapi masalah dan kita berseru minta tolong kepada Tuhan, Ia tidak langsung mencabut semua masalah tetapi memberikan kita jalan keluar dalam mengatasi masalah itu.

Beda dengan sikap Saul yang berulang-ulang menangis dan menyatakan penyesalan tetapi kenyataannya dia tetap berniat membunuh Daud sebab dia khawatir kedudukannya akan goyah sebelum Daud dibunuh. Raja Saul yang sudah ditinggalkan oleh Roh Allah menjadi plin-plan tidak konsisten. Perlu diketahui, bila Allah mengangkat seseorang, tidak ada seorang pun dapat menjatuhkan dia. Sebaliknya, bila Ia menolak seseorang, jangan coba-coba mempertahankan kedudukannya sebab semua akan tetap berakhir dengan kehancuran.

Daud bertindak tepat terhadap Saul dengan menghormati orang yang (pernah) diurapi Tuhan. Tahukah Yesus adalah Allah yang telah mengurapi kita (2 Kor. 1:18-21) dan memberikan Roh Kudus di dalam hati kita (ay. 22)? Bila ada Roh Kudus, kita tidak perlu takut dan tidak mudah marah, tersinggung apalagi mengundurkan diri dari pelayanan kemudian pindah gereja. Kapan kita dimeteraikan oleh Roh Kudus? Saat kita percaya akan Injil keselamatan dan menerima Yesus, kita dimeteraikan dengan Roh Kudus untuk jaminan memperoleh penebusan sepenuhnya (Ef. 1:13-14). Roh Kudus adalah Penolong bukan sekadar dapat berbahasa lidah atau mengadakan mukjizat sebab Roh Kudus adalah Pribadi Allah sendiri bukan diciptakan tetapi Ia adalah Allah yang memberi hidup. Roh Kudus memersatukan, memberi kekuatan, kesejahteraan dan penghiburan. Oleh sebab itu jangan pernah mendustai Roh Kudus seperti dilakukan oleh Ananias dan Safira yang mengakibatkan kematian tragis (Kis. 5:1-10).

Akhirnya apa pengakuan Saul kepada Daud, “Diberkatilah kiranya engkau, anakku Daud. Apa juapun yang kauperbuat, pastilah engkau sanggup melakukannya." Lalu pergilah Daud meneruskan perjalanannya dan pulanglah Saul ke tempatnya… Tetapi Daud berpikir dalam hatinya: "Bagaimanapun juga pada suatu hari aku akan binasa oleh tangan Saul. Jadi tidak ada yang lebih baik bagiku selain meluputkan diri dengan segera ke negeri orang Filistin; maka tidak ada harapan bagi Saul untuk mencari aku lagi di seluruh daerah Israel dan aku akan terluput dari tangannya." (1 Sam. 26:25; 27:1)

Daud tidak mau membunuh Saul dan berusaha menghindar darinya hingga Saul mati bunuh diri dalam peperangan melawan bangsa Filistin (1 Sam. 3:1-4) dan Daud tidak melupakan keturunan keluarga Saul oleh sebab janjinya kepada Yonatan (2 Sam. 9:1-7).

Pengalaman Daud mengajarkan kita bahwa tidak akan ada habisnya jika kita membalas kebencian dengan kebencian tetapi kita belajar mematikan segala perbuatan daging termasuk amarah, iri hati, kedengkian (Gal. 5:19-21). Biarlah kita dipenuhi oleh Roh Kudus sehingga kita tidak lagi menjadi budak dosa tetapi orang merdeka (Rm. 6:17-18) dan oleh Roh kita berseru, “Ya Abba, ya Bapa!” (Rm. 8:15)

Ketika menghadapi kesesakan hidup karena banyaknya masalah, Roh Kudus menolong kita berseru kepada Tuhan untuk mendapatkan pertolongan tepat menurut waktu-Nya. Amin.