• BERTUTUR KATA YANG BENAR
  • Mazmur 52
  • Lemah Putro
  • Ev. Eko Wahyudiono
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1394-bertutur-kata-yang-benar
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Biarlah segala kemuliaan dan keagungan ditujukan hanya kepada Tuhan yang layak dipuja. Juga dosa kesalahan kita diampuni supaya tidak menutup pengertian kita akan kebenaran Firman Tuhan. Dengan demikian kita dapat mengerti rencana dan kehendak-Nya dalam membentuk pribadi kita menjadi lebih baik. 

Apa pesan Firman Tuhan pada hari ini menurut Mazmur 52?

  • Bertutur kata yang benar (ay. 2)

“Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran (Bhs. Ibr. Maschil = a didactive poem, a contemplation = syair pengajaran atau perenungan) Daud,” (ay. 1)

Nyanyian/syair pengajaran Daud ini ditujukan kepada pemimpin biduan untuk dinyanyikan dalam ibadah sebagai nyanyian pengajaran bagi umat. Ternyata pengajaran Firman atau kehendak Allah tidak hanya disampaikan dalam bentuk khotbah tetapi dapat pula melalui nyanyian, paduan suara dan puji-pujian. Jadi keliru kalau kita datang terlambat beribadah (puji-pujian sudah setengah jalan) tetapi merasa belum terlambat karena Firman Allah belum dimulai. Oleh sebab itu hendaknya sejak dari awal ibadah kita tidak sekadar menyanyi dipandu oleh pemimpin pujian atau kagum mendengar Paduan Suara menyanyikan lagu indah tetapi kita peka menangkap pesan yang Tuhan sampaikan melalui pujian. Juga pemimpin pujian, backing vocal, paduan suara bukan sekadar menyanyi tetapi menyampaikan pesan Firman dalam bentuk nyanyian. Memang diperlukan persiapan suara yang tidak fals, teknik yang bagus, musik yang indah tetapi yang lebih penting ialah kerinduan menjadi alat untuk memuliakan Nama Tuhan. 

“ketika Doeg, orang Edom itu, datang memberitahukan kepada Saul bahwa Daud telah sampai di rumah Ahimelekh.” (ay. 2) 

Kita diajar untuk bertutur kata yang benar. Apa ciri-ciri tutur kata yang benar? Bijak berkata-kata kepada orang yang tepat, situasi yang tepat, suasana hati yang tepat dan tempat yang tepat (bukan bertutur kata seperti Doeg). 

Pernahkan kita mendengar orang berkata, “Lihat, orang Kristen kalau tidak hidup di dalam pengajaran ya seperti itu!” atau “Orang Kristen kalau tidak hidup dalam pengajaran, nikahnya tidak karu-karuan.” Dst.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan pengajaran? Paling sedikit pengajaran memenuhi lima hal, yakni:

  • Menyatakan kebenaran Allah – Ia benar, kudus, sempurna, mulia dll.
  • Menyatakan dosa, pelanggaran, kesalahan dan memberitahu yang benar.
  • Memberitahu dampak dari dosa dan kesalahan yaitu penderitaan tidak hanya di dunia ini tetapi menyangkut hidup kekal.
  • Menghimbau untuk menerima anugerah keselamatan di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus.
  • Memperoleh berkat bila mau menerima keselamatan.

Tidak dapat dipungkiri, kita akan mengalami banyak tantangan ketika menyampaikan pengajaran. Misal: ketika menyampaikan kebenaran Allah dan menyatakan dosa kesalahan kepada pelaku LGBT, kita dituduh menghakimi dan tidak menghargai kemanusiaan dengan menggunakan dalil-dalil yang diputarbalikan dan ayat- ayat yang ditafsirkan berbeda. Waspada, kalau gereja diam walau tahu kebenaran, dosa akan makin merajalela di tengah-tengah keadaan yang tidak menentu sedangkan kedatangan Tuhan sudah makin dekat. Bahkan pemberitaan tentang hukuman kekal akibat dosa akan ditentang dan dianggap sudah tidak relevan. Terlebih lagi pemberitaan Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juru Selamat akan diselewengkan dan berkat bagi penerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dicoba digiring ke arah lain. Contoh: iman diajarkan untuk fokus memperoleh kesembuhan; ketaatan diajarkan untuk mendapat berkat jasmani dll. Memang tidak salah kita berdoa minta berkat tetapi jangan fokus hanya pada berkat-Nya tanpa mengaitkan dengan keselamatan.

Apa maksud pemazmur menyebut nama Doeg, siapa dia dan apa yang dikatakannya? Di sinilah awal mula malapetaka yang mengerikan. Doeg adalah pegawai Saul yang dikhususkan melayani TUHAN (1 Sam. 21:1a,7). Dia melapor kepada Raja Saul bahwa Daud yang dikejar-kejar oleh Saul tiba di Nob bertemu dengan Imam Abimelekh. Informasi dari Doeg yang didengar oleh Saul ini menjadi malapetaka kematian 85 imam juga kematian seluruh penduduk kota Nob bahkan semua ternak ikut dibinasakan (1 Sam. 22:6-19). Dapat dibayangkan pembunuhan terhadap seluruh penduduk kota Nob terjadi hanya gara-gara laporan Doeg yang membuat Saul curiga dan menuduh Ahimelekh bersekongkol dengan Daud untuk melawan dia. 

Memang tidak dituliskan bagaimana ekspresi dan intonasi Doeg menyampaikannya kepada Saul yang membuat Saul sangat marah. Namun pemberitahuan Doeg itu didasari oleh hati yang punya kepentingan. Ternyata dia adalah orang yang sangat kejam. Buktinya ketika Saul menjatuhkan vonis mati terhadap Ahimelekh dan memerintahkan para pegawainya untuk membunuh seluruh imam Tuhan mereka tidak mau melakukannya tetapi Doeg langsung membantai dengan keji ketika diperintah oleh Saul menyebabkan matinya 85 imam-imam yang sedang memakai baju Efod. Mereka mati saat dalam pelayanan atau siap untuk melayani. 

Waspada, perkataan yang tidak bijak apalagi didasari hati penuh dengan kepentingan dan karakter jahat dapat menimbulkan malapetaka besar. Karakter Doeg dalam bahasa Jawa disebut “tumbak cucukan” = mulut yang terbiasa mengumbar kata-kata yang menyebabkan perselisihan, keonaran dan kehancuran. Seseorang yang bermental tumbak cucukan suka “memancing di air yang keruh”. Mungkin dia tidak memperkatakan fitnah secara terang-terangan tetapi menggiring opini agar pendengarnya berpikiran negatif. Ilustrasi: A adalah seorang manager di sebuah perusahaan dan B pegawai bawahannya sedangkan C pemilik perusahaan. Suatu hari A masuk ke ruangannya diikuti seorang sekretaris yang cantik. A kemudian menutup pintu dan gorden. Tidak berselang lama, C datang dan bertanya kepada B di mana si A. Si B menjawab si A ada di ruangan bersama sekretaris tidak tahu sedang berbuat apa sebab pintu serta gordennya ditutup. Mungkin si B tidak memfitnah tetapi telah menggiring opini supaya si C berpikiran negatif. Apalagi kalau dibumbui dengan perkataan si A masih jomblo bertemu wanita cantik di ruang tertutup, dapat ditebak sendiri kira-kira apa yang mereka lakukan. Ketika perkataan B merasuki pikiran si C lalu menganggap A melakukan perbuatan asusila kemudian dipecat, si B mempunyai kesempatan untuk menggantikan A menjadi manager. Berbeda jika B mengatakan bahwa dia tidak tahu apa yang A dan sekretaris lakukan di dalam ruangan tetapi dia menduga mereka sedang mendoakan perusahaan yang sedang bermasalah pascaCOVID juga mendoakan kesejahteraan C sebagai pemilik perusahaan. Pasti C akan berpikir beda. 

Saul tidak bijak dalam merespons laporan Doeg menyebabkan seluruh penduduk Nob dibunuh termasuk ternak. Dia telah melakukan dua kesalahan:

⇒ Tidak taat kepada Allah mengakibatkan jabatannya sebagai raja diambil. Ironisnya, dia tidak rela dan memburu orang yang telah dipilih Allah menggantikan dirinya sebagai raja.

⇒ Telah menghancurkan kota Nob sebagai kota yang terkutuk. Memang Allah mengizinkan pemusnahan sebuah kota jika kota itu memberontak kepada Allah dan menyembah Namun penduduk kota Nob tidak memberontak kepada Allah justru Saul sendiri yang memberontak kepada-Nya bahkan melakukan tindakan pembunuhan. 

Aplikasi: kita mungkin tidak melakukan pembunuhan secara fisik tetapi Yesus mengatakan siapa membenci saudaranya maka dia adalah seorang pembunuh (1 Yoh. 3:15). Hukum Taurat mengatakan “Jangan membunuh” (Kel 20:13) artinya: Allah memerintahkan agar kita mengasihi kehidupan bukan meniadakannya sebab melenyapkan kehidupan itu haknya Tuhan. 

Kebencian pada dasarnya timbul dari hati yang dipenuhi kemarahan. Kebencian penuh kepahitan yang tersimpan di dalam hati masuk dalam kategori pembunuhan. Sebenarnya ketika kita membenci seseorang, kita sedang melukai diri sendiri. Contoh: tensi kita naik ketika bertemu dengan orang yang kita benci dan berusaha menghindarinya. 

  • Mengendalikan lidah seumur hidup (ay. 3-6)

“ ………Engkau merancangkan penghancuran, lidahmu seperti pisau cukur yang diasah, hai engkau, penipu!  ”

Untuk dapat bertutur kata yang baik, kita harus bergumul setiap waktu dan seumur hidup. Tahukah walau lidah termasuk anggota tubuh yang kecil ia dapat menjadi sumber kebaikan sekaligus sumber kejahatan – dapat melukai juga menghibur; mengutuk atau mengucapkan berkat; berkata-kata manis atau pedas dst. Pemazmur menggambarkan lidah seperti pisau cukur yang dapat merapikan rambut tetapi juga melukai. Kitab Amsal menggambarkan mulut lancang bagaikan tikaman pedang tetapi lidah yang bijak mendatangkan kesembuhan (Ams. 12:18-19). Penulis Yakobus juga menuliskan bahayanya lidah yang tidak dapat dikuasai (Yak. 3:1-5). Orang yang tidak bersalah dalam perkataan adalah orang sempurna dan ini menunjuk kesempurnaan mempelai yang tidak ada dusta (Why. 22:15). Pepatah Jawa mengatakan ajining rogo soko busana, ajining diri soko lathi artinya: harga diri badan dari busana, harga diri seseorang dari lidahnya (omongannya). Jujur, sangat sulit untuk mengendalikan lidah tetapi Roh Kudus memampukan kita untuk berkata-kata benar.

  • Pehukuman bagi orang fasik termasuk kejahatan dengan lidah (ay. 7-9)

“Tetapi Allah akan merobohkan engkau untuk seterusnya, Ia akan merebut engkau dan mencabut engkau dari dalam kemah, membantun engkau dari dalam negeri orang-orang hidup….” 

Kalau Allah menghukum, tidak ada satu tempat pun kita dapat bersembunyi sekalipun kita anggap paling aman. Ada kalanya Ia mempertontonkan hukuman-Nya kepada orang lain untuk menjadi peringatan agar orang benar tidak meniru kejahatan yang dilakukan oleh orang fasik. Ingat, Allah mampu menghancurkan sekalipun kejahatan dibalut dengan dusta, kecerdasan, uang, kekuasaan dan jabatan. Kejahatan sebesar apa pun akhirnya dikalahkan oleh kebenaran seperti kata pepatah Jawa “suro diro jayaningrat lebur dening pangastuti” yang berarti: segala kekuatan jahat dapat dihilangkan dengan kebaikan dan kebenaran. Ketika Allah tampil dengan kebenaran, semua kejahatan akan sirna dengan kebenaran-Nya. 

  • Kehidupan orang benar bagaikan pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah (ay. 10). Ranting pohon zaitun menjadi simbol perdamaian, kehormatan, dan kesejahteraan.

Hendaknya perkataan kita membawa perdamaian, kehormatan dan kesejahteraan di mana pun. Kenyataannya, ada orang beribadah di gereja bahkan setia melayani tetapi kehidupannya tidak seperti pohon zaitun. Yang datang ke gereja hanyalah raganya sementara pikirannya melayang entah ke mana sehingga pengajaran Firman yang disampaikan tidak mengubah hidupnya. 

Daud menulis mazmur ini dalam posisi tertekan tetapi dia tetap percaya pada janji Allah. Perhatikan, Allah tidak pernah berdusta dan selalu menepati janji-Nya (Bil. 23:19). 

Aplikasi: saat Anda mengalami ketidakadilan atau kejahatan dari orang terdekat Anda, tetaplah percaya pada (perkataan) Allah, kasih karunia dan janji-Nya yang pasti ditepati. Ia memberikan pertolongan tepat pada waktu-Nya. 

  • Mengucap syukur dan memasyhurkan Nama-Nya (ay. 11)

Biarlah lidah kita senantiasa mengucap syukur kepada Allah dan memasyhurkan Nama-Nya di depan orang. 

Marilah kita bertutur kata benar nan bijak untuk mendatangkan perdamaian dan kesejahteraan serta senantiasa mengucap syukur dan memuliakan Nama-Nya. Dengan demikian makin banyak orang mengenal Tuhan melalui kesaksian hidup kita dan Nama Tuhan makin dipermuliakan. Amin.