• ANUGERAH PENGAMPUNAN (JOHOR)
  • Mazmur 51
  • Johor
  • 2023-07-02
  • Pdm. Wahyu Widodo
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1392-anugerah-pengampunan-2

Shalom, 

Kita perlu menyadari pentingnya anugerah pengampunan sebagai mukjizat terbesar yang diperbuat Tuhan dalam hidup kita. Dalam melangkah di dunia ini, kita pasti mengalami banyak masalah dan semua ini merupakan proses kehidupan yang Tuhan kerjakan bagi kita. Jadi apa yang kita hadapi dari hari ke sehari tidak lepas dari apa yang Tuhan kerjakan sebab kita berada di tangan Tuhan dan kita beriman kepada-Nya. Jika kita melakukan pelanggaran kemudian sadar dan mengakuinya maka kita akan mengalami mukjizat pengampunan dari Tuhan.

Apa yang dimaksud dengan suatu pengakuan? Pengakuan berkaitan dengan keegoan dari 'aku'. Contoh: dosaku, bukan dosa orang lain, disucikan menjadi putih seperti salju dll. Pengampunan dosa bukanlah sekadar pengakuan percaya kepada Yesus kemudian diampuni. Kita dididik untuk mengakui bahwa “dosaku dan pelanggaranku” sudah diampuni. Ini ada kaitan dengan pribadi ‘aku” dan sangat penting karena dilakukan oleh Tuhan dengan sasaran tepat yaitu hati kita. 

Tahukah mukjizat pengampunan dari Tuhan melebihi mukjizat menjadi orang terhormat atau kaya? Pengalaman besar apa yang ditulis Daud dalam Mazmur 51? Apakah tentang kehebatan dan kekuasaannya sebagai raja? Ternyata ada sesuatu yang tersembunyi di dalam diri Daud yaitu kerendahan hati. Dalam tulisannya dia berani mengakui perbuatan dosanya yaitu menodai Batsyeba (ay. 1-2). 

Daud memuji Tuhan karena pengampunan yang diperolehnya. Orang-orang beriman membaca tulisannya dan mengingat pelanggarannya tetapi juga mengetahui kasih Allah dinyatakan melalui pengampunan kepadanya. 

Aplikasi: ketika kita dipersalahkan atau dituduh oleh seseorang, janganlah kita cepat membalas; sebaliknya, kita belajar rendah hati dan introspeksi kalau memang ada kesalahan kita berani mengaku dan memohon pengampunan dari Tuhan. 

Dapat dibayangkan bagaimana perasaan Daud ketika perbuatan dosanya yang memalukan diketahui semua orang Israel dan menjadi bahan cerita orang banyak! 

Apa reaksi Daud ketika Nabi Natan menegur kesalahannya melalui perumpamaan si kaya dan si miskin (2 Sam. 12:1-5)? Dia sangat marah dan mengatakan orang kaya yang merampas seekor anak domba betina milik si miskin untuk menjamu tamunya pantas dihukum mati! Daud mempunyai ketegasan dalam melakukan hukum Taurat tetapi dia tidak sadar kalau teguran itu ditujukan kepada dirinya. Namun Firman Tuhan itu teguh tidak dapat ditambah atau dikurangi. Daud menyadari dia pantas mendapat hukuman mati. Beruntung Daud memiliki hati yang lembut dan mau mengakui apa yang telah diperbuatnya. 

Aplikasi: pengakuan yang keluar dari hati meluncur dalam mulut bibir kita hendaknya utuh – bukan perkara-perkara baik saja yang diakui tetapi juga yang tidak baik. 

Tuhan tidak langsung menegur Daud tetapi mengutus Nabi Natan menegur melalui perumpamaan dengan tujuan mendidik sebab Daud bukanlah orang bodoh. Dia perlu dididik untuk mengetahui kebenaran Firman Tuhan secara murni dan utuh. Karena Daud berani mengakui perbuatan dosanya, Tuhan mengambil keputusan berbeda darinya. Daud tidak dihukum mati saat itu tetapi keturunannya menerima konsekuensi dari perbuatannya. 

Terbukti Daud berbuat dosa dalam keadaan sadar bukan khilaf. Apa yang dilakukannya kemudian? Dia mengatakan, “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.” (ay. 3-5) 

Jelas karena Daud mengakui pelanggarannya, anugerah pengampunan terjadi dalam kehidupannya.

Aplikasi: ketika menyadari dosa yang diperbuat, kita memiliki Imam Besar, Yesus, kepada siapa kita menyampaikan permohonan doa, mengadukan masalah serta mengakui kesalahan kita. Kalau kepada hamba Tuhan, kita hanya mencurahkan hati atau menanyakan keputusan apa yang harus kita ambil tetapi tidak dapat memberikan pengampunan. Perhatikan, Yesus selalu siap sedia memberikan pengampunan dengan pengurbanan yang sudah dikerjakan-Nya di atas salib. 

Apakah dampak dari pelanggaran dosa masih kita rasakan walau kita sudah hidup dalam anugerah pengampunan? Sadarkah kita mengalami dampak akibat dosa pelanggaran nenek moyang kita di masa lalu? Contoh: kita sulit mencari pekerjaan; kalaupun dapat pekerjaan, kita harus mengeluarkan cucuran keringat untuk mendapatkan sesuap nasi. Harus diakui bahwa makin sulit kita mencukupi kebutuhan hidup tetapi percayalah Tuhan memelihara kita dan memberikan jalan keluar di tengah kesulitan hidup. Ia adalah Gembala Agung yang menggembalakan kita seperti pengakuan Daud yang tidak takut berjalan dalam lembah kekelaman sebab Tuhan besertanya (Mzm. 23:1,4)

Kemudian Daud mengatakan, “Kasihanilah aku Ya Allah menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar.” (ay. 3)

Setiap dari kita harus mengenal kasih setia Allah yang peduli dan menjangkau siapa pun yang mau menerima ajaran Firman-Nya. Ia tidak hanya mengasihi tetapi juga setia dengan janji-Nya; berarti kasih-Nya tidak berhenti tetapi berlanjut terus-menerus. 

Marilah kita belajar hidup di dalam kesetiaan bukan meniru kesetiaan dunia yang bersifat sementara dan mudah berubah. Jauh berbeda dengan kasih setia Tuhan yang tidak terbatas oleh waktu dan ruang. Sungguh kita akan berbahagia bila tenggelam di dalam kasih setia Tuhan dan hidup dalam anugerah pengampunan.

Apa yang dimohonkan oleh Daud? “Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.” (ay. 4-5)

Daud rindu mengalami penyucian yang ada di dalam pertobatan. Setelah bertobat, kita disucikan melalui teguran Firman Tuhan untuk membersihkan hati dan menyadarkan kita melakukan yang benar. Kita bukan hanya menyadari dosa tetapi juga sadar hidup di dalam kasih setia Tuhan. 

Kesadaran bahwa kita hidup di dalam kasih setia Tuhan terbangun bila kita tekun membaca Alkitab, mendengarkan Firman-Nya juga rajin beribadah karena di sanalah kasih Allah dinyatakan untuk menguduskan kita. Perhatikan, Allah sendiri yang berjanji kepada kita dan ini merupakan kebenaran bahwa kita hidup di dalam penyucian-Nya. Kita percaya Allah itu benar dan pengajaran-Nya benar untuk kita terima menjadi milik kita. 

Dapat dimaklumi betapa sedihnya hati Tuhan kalau apa yang dianugerahkan oleh-Nya tidak mencapai sasaran. Ia menganugerahkan pengampunan tetapi kita mengabaikan bahkan menolaknya. Namun kalau kita menerima dan menghargai pengampunan dari-Nya, kita akan mengalami keubahan bukan sekadar keubahan nasib dalam mencari nafkah tetapi keubahan hidup terkait dengan hati, jiwa dan pikiran. Keubahan hidup ini merupakan mukjizat anugerah dari Tuhan sebab tidak ada seorang pun dapat mengubah dirinya sendiri menjadi baik karena adanya dosa yang masih menyelimuti dan memengaruhinya. Itu sebabnya kita butuh penyucian didasari pengampunan karena tanpa pengampunan tidak ada penyucian. 

Perhatikan, kita mungkin tidak begitu menghiraukan ketika dianggap jahat oleh manusia tetapi menjadi masalah serius jika Tuhan yang menganggap kita jahat seperti dialami Daud (ay. 6). Daud mengakui bahwa dia sudah berdosa sejak dalam kandungan (ay. 7). Firman Allah menyadarkan bahwa kita juga orang berdosa sejak dalam kandungan tetapi beroleh kemurahan pengampunan dari-Nya. Betapa luar biasa kasih-Nya kepada kita dan Allah mempunyai rencana baik bagi hidup kita! 

Selanjutnya Daud memohon hati yang murni (ay. 9-11) setelah semua pelanggarannya dihapuskan. Hati yang murni dapat membedakan gelap dan terang; yang benar dan yang tidak benar. Bukankah dunia penuh dengan kemunafikan dan tipuan – jelek dikatakan bagus, terang dikatakan gelap, gelap dikatakan terang, tipuan terjadi di mana-mana dst.? Itu sebabnya Daud meminta hati yang murni dan teguh. 

Mengapa batin kita perlu diperbarui dengan Roh yang teguh? Untuk kelengkapan kita menjalani hidup ini. Berjalan dalam terang Firman Tuhan berdampak pikiran dan hati kita murni tidak berjiwa penipu sebab hati manusia itu paling licik dari segala sesuatu dan tidak ada seorang pun yang tahu (Yer. 17:9). Dia tidak hanya menipu orang lain tetapi juga menipu diri sendiri. Contoh: apakah Daud tidak punya hati ketika mengambil Batsyeba yang sudah bersuami? Terbukti Daud punya hati tetapi dia dikelabui oleh hatinya sendiri. 

Aplikasi: kita perlu memiliki hati murni dan Roh Kudus yang teguh untuk tetap berada dalam jalur keselamatan oleh sebab pengampunan dari-Nya. 

Daud menyadari Allah sanggup menyelamatkan dia dari utang darah sehingga dia dapat memberitakan keadilan- Nya dan pujian atas pengampunan dari-Nya karena kurban sembelihan yang benar didasari jiwa yang hancur dan hati yang remuk penuh penyesalan (ay. 16-21). Itu sebabnya penulis Ibrani menasihati, “Waspadalah, hai saudara- saudara supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari selama masih dapat dikatakan ”hari ini” supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa. Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula. Tetapi apabila pernah dikatakan: ”Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman.” (Ibr. 3:12-15) 

Jelas hati memegang peran penting untuk menerima anugerah pengampunan dari-Nya. Jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk beroleh anugerah keselamatan hanya karena mempertahankan kekerasan hati. Ingat, Yesus adalah satu-satunya Juru Selamat dunia yang berkuasa memindahkan manusia dari kebinasaan kepada kehidupan kekal bersama Dia selama-lamanya. Amin.