Shalom,
Tidak dapat dipungkiri dalam keseharian hidup kita sering melakukan banyak kesalahan melalui perkataan, perilaku, cara pandang dan praduga yang belum tentu benar dst. Bagaimana kita dapat move on melanjutkan kehidupan dalam dunia kerja, pendidikan dan pelayanan? Kita perlu pengampunan dari Tuhan dan sesama. Bila kita menyadari kesalahan dan kekurangan kita untuk beroleh pengampunan dan masalah terselesaikan, kita dapat move on memandang ke depan melanjutkan kegiatan yang Tuhan arahkan sesuai dengan rencana-Nya yaitu pada kekekalan.
Apa kata pemazmur 51 berkaitan dengan anugerah pengampunan?
- Pengampunan memerlukan pertobatan (ay. 3-15)
Daud menulis mazmur ini mengenai pengampunan berdasarkan pengalamannya yang telah melakukan kesalahan fatal kemudian dia beroleh pengampunan. Pengalaman ini sangat membekas dalam hati dan pikirannya sehingga dia terdorong untuk menggubahnya menjadi Mazmur (ay. 1-2). Nabi Natan menjalankan kenabiannya untuk menegur Daud dan membuatnya sadar akan kesalahannya (2 Sam. 12).
Aplikasi: apapun fungsi, kedudukan dan jabatan kita di perusahaan, dunia pendidikan, di pemerintahan maupun di gereja, Tuhan selalu menempatkan seseorang menjadi “nabi” untuk menegur kesalahan-kesalahan kita dan kita harus menyadari hal ini. Jangan kita malah tersinggung dan marah karena tidak terima ketika seseorang mengingatkan kita! Tuhan juga dapat memakai kita untuk menegur dan mengingatkan sesama. Budaya dalam komunitas Kristen ialah budaya saling mengampuni dan berani mengakui kesalahan oleh dorongan Roh Kudus. Oleh sebab itu kita harus mengejar karunia-karunia Roh terutama karunia bernubuat tanpa lupa mengejar kasih terlebih dahulu (1 Kor. 14:1). Memang bagus kalau kita memiliki karunia berbahasa Roh tetapi bahasa ini hanya dimengerti oleh kita yang berkata-kata dengan Allah sementara pendengar tidak mengerti. Namun siapa bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia dan ia membangun, menasihati serta menghibur (ay. 2-4). Bernubuat dapat menyangkut banyak hal dan salah satunya adalah pemakaian Tuhan atas seseorang untuk menegur kesalahan sesama.
Kita boleh giat beribadah dan pelayanan tetapi yang terutama ialah giatlah dalam saling menasihati agar kita makin bertumbuh dan makin dikuduskan menjelang hari Tuhan. Waspada, kalau kesalahan dilakukan berulang- ulang atas kehendak diri dengan seluruh jiwa dan roh karena mengabaikan nasihat dan teguran maka tidak ada lagi kurban bagi kesalahan itu (Ibr. 12:25-26).
Anugerah pengampunan memerlukan pertobatan. Apa saja langkah-langkah pertobatan yang harus ditempuh ketika dosa dan kesalahan kita dinyatakan?
- Menginsafi dosa (ay. 3-8)
“….Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku…”
Kita harus bergumul dengan dosa yang masih mengikat juga dosa yang baru dikatakan, dipikirkan atau diperbuat. Kita tidak boleh berhenti dari pertobatan sepanjang hidup dan menganggap ringan kesalahan terhadap sesama serta mengira akan lupa seiring dengan berjalannya waktu. Ingat, setiap kesalahan itu menyangkut hukum Allah (ay. 6-7) sehingga kita bersalah kepada-nya. Misal: ketika berzina, Daud bersalah kepada Batsyeba, Uria (suami Batsyeba) dan Tuhan menetapkan hukuman. Daud bersalah terhadap sesama dengan menodai kekudusan Batsyeba. Apa yang melatarbelakangi Batsyeba mandi saat itu? Ada dugaan jika dikaitkan hukum Taurat, dia membersihkan diri dari kecemaran entah karena haid atau alasan lain. Ketika Daud melihat pemandangan ini, dia memanggilnya dan menodai Betsyeba yang baru saja menahirkan diri. Tidak berhenti di sini, dia juga membunuh Uria, suami Batsyeba, memakai tangan orang lain. Tuhan kemudian mengutus Natan untuk mengoreksi Daud.
Apa pun kesalahan yang kita lakukan kepada sesama, kita berdosa kepada Tuhan. Oleh sebab itu jangan menganggap ringan suatu kesalahan baik terhadap orang tua, saudara , anak dll. dengan mengemukakan beribu macam alasan.
Firman Tuhan Mazmur 51 ini tidak hanya untuk dosa perzinaan, tetapi berlaku untuk setiap kesalahan, pelanggaran, dan dosa (bnd. ay. 15). Misal: kita melanggar hukum negara pidana maupun perdata, kita melakukannya kepada Tuhan sebab Tuhanlah yang mengangkat perangkat pemerintah daerah yang terendah setingkat RT/RW sampai pusat (Rm. 13:1). Demikian pula tata tertib di dalam nikah, rumah tangga, sekolah, kantor dst. Kita mendengar Firman Tuhan supaya Roh Kudus menulis di dalam loh hati dan menguasai pikiran kita untuk berpikir dahulu sebelum bertindak sebab pada dasarnya setiap orang telah berdosa sejak di kandungan ibu (Mzm. 51:7) dan cenderung berbuat jahat sejak kecil di musim apa pun (Kej. 8:21-22). Oleh karena itu kita mutlak harus memiliki kebenaran dalam batin agar diam-diam Tuhan memberitahukan hikmat (ay. 8).
Apa hikmat menurut Mazmur? Taurat TUHAN yang sempurna memberikan hikmat (Mzm. 19:8). Firman Tuhan di masa Daud itu Taurat (Perjanjian Lama) tetapi sekarang kita memiliki Alkitab lengkap (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) yang menuntun kita memiliki hikmat.
Aplikasi: hendaknya orang tua menanamkan benih Firman Tuhan kepada anak-anak mereka sejak dini supaya mereka belajar dapat menimbang mana yang baik dan yang buruk sebelum melakukan sesuatu. Juga pentingnya membaca Alkitab secara urut dan runut dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu, sepanjang hidup kita, agar Roh Kudus menginsafkan dan memimpin kita kepada seluruh kebenaran (Yoh. 16:8-13). Tidak semua perkataan dan perbuatan Yesus yang begitu banyak tercatat semuanya dalam Alkitab karena murid-murid tidak sanggup mengingatnya. Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk mengingatnya. Oleh sebab itu kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus setiap waktu.
Setelah menginsafi dosa dan minta ampun kepada Tuhan serta minta maaf kepada sesama, apa yang terjadi kemudian?
- Pembaruan hati (ay. 9-14)
“Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop maka aku menjadi tahir, basuhlah aku maka aku menjadi lebih putih dari salju!................................. perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! ..Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu dan lengkapilah aku dengan roh yang rela!”
Setelah menerima anugerah pengampunan dan bertobat → Mezbah Kurban Bakaran terjadilah pembaruan total → Bejana Pembasuhan
Roh Kudus berperan aktif → Pintu Kemah
memakai kehidupan kita menjadi kesaksian hidup → Kandil Emas
kemudian kita mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran supaya mereka berbalik kepada-Nya (ay. 15) → Meja Roti Sajian
dan terus hidup dalam doa penyembahan → Mezbah Pembakaran Ukupan
Saat percaya, kita sudah dimeteraikan Roh Kudus (Ef. 1:13), kita menerima karunia Roh, dan perlu berdoa agar memiliki karunia bernubuat.
Tuhan memampukan kita bertumbuh di dalam kekudusan dan di komunitas di mana kita menjadi “nabi” untuk menegur sesama yang bersalah dengan roh kerelaan, bukan roh terpaksa apalagi roh marah, balas dendam dan benci tetapi kasih (1 Kor. 14:1; Ibr. 10:25-26).
Harus diakui hidup di dalam komunitas pasti terjadi gesekan dan sandungan namun Roh Kudus memampukan kita terus melangkah maju hingga hari Tuhan.
- Pengampunan memerlukan tindak lanjut (ay. 16-19).
“Lepaskanlah aku dari hutang darah ya Allah, Allah keselamatanku, maka lidahku akan bersorak-sorai memberitakan keadilan-Mu!”
Daud menyadari bahwa kesalahannya patut dihukum mati dan dia harus menanggung konsekuensi dosa walau sudah diampuni.
Walau sudah diampuni, kita tetap harus menanggung konsekuensi dari perbuatan salah kita. Ilustrasi: makan berlebihan membuat gula darah, kolesterol dan asam urat naik hingga harus tinggal di rumah sakit. Memang Tuhan berkuasa menyembuhkan tetapi pasien tetap menderita di rumah sakit hingga sembuh sebagai konsekuensi dari makan lepas kontrol.
Bagi Daud memang utang darah terkait perzinaannya yang memici pembunuhan sengaja terhadap Uria tetapi terkait kesalahan lain, misal: kesalahan dalam penggunaan uang, menyangkut utang uang, kita mohon agar Tuhan melepaskan karena berkaitan dengan keselamatan untuk menjadi kesaksian hidup (ay. 17)
Bagaimana cara Tuhan melepaskan kita dari ikatan utang?
“Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” (ay. 18-19)
Daud harus menanggung konsekuensi dari perbuatan dosa yang dilakukannya, yakni: anak hasil perzinaannya mati; beberapa tahun kemudian dia direndahkan ketika keluar dari Yerusalem ke arah padang gurun – dari takhta kepada kehampaan – dengan kepala berselubung dan berjalan tanpa kasut bahkan tanpa Tabut Tuhan. Kepada dua imam yang menyertainya dia menyuruh mereka mengusahakan mengembalikan Tabut ke Yerusalem. Dia dihina Simei, dari kaum Saul. Dia hidup bagaikan kurban sembelihan tetapi pertolongan, kekuatan dan penghiburan dari Tuhan dirasakannya melalui orang-orang yang diutus-Nya.
Di zaman Perjanjian Lama, mereka mempersembahkan kurban sembelihan dan kurban bakaran sebagai ritual ibadah sementara kita sekarang berbentuk ibadah dan pelayanan yang dilakukan secara lahiriah/jasmani saja.
Bagaimana Tuhan mau agar kita terlepas dari pelbagai macam utang? Pembayaran utang tidak dapat dilunasi hanya dengan rajin beribadah dan melayani kemudian otomatis Tuhan melepaskan kita dari jerat utang tersebut. Ia menginginkan jiwa yang hancur dan remuk karena menyesali utang-uangnya dan berupaya keras membayar semua utang dengan segala yang ada padanya – hidupnya bagaikan disembelih. Baru setelah itu Tuhan turut bekerja menolong supaya utang-utang itu terselesaikan. Dia tidak boleh berdiam diri membiarkan utang-utangnya diselesaikan Tuhan; ini tidak menjadi kesaksian yang baik.
Aplikasi: bila kita serius menyelesaikan utang-utang kita dengan hati hancur dan jiwa yang remuk, kita bagaikan kurban sembelihan dan Tuhan pasti menolong sehingga kita tidak perlu khawatir dan takut berlebihan. Yakinlah kita akan keluar dari masalah utang oleh sebab kemurahan Tuhan dan kita dikuduskan untuk menjadi kesaksian bagi sesama.
Mengapa kita harus berani menanggung konsekuensi dosa?
- Pengampunan berdampak bagi komunitas (ay. 20-21).
“Lakukanlah kebaikan kepada Sion menurut kerelaan hati-Mu bangunkanlah tembok-tembok Yerusalem!.. ”
Sesungguhnya perzinaan tidak sebatas tindakan mesum antara laki-laki dan perempuan tetapi perzinaan berarti ketidaksetiaan terhadap ikatan perjanjian yang sudah disepakati sama seperti perjanjian Allah dan umat-Nya dalam ikatan perjanjian nikah (bnd. Yer. 2:1-2, 5-8). Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita telah dipertunangkan dengan Kristus (2 Kor. 11:2).
Di ayat-ayat terakhir Daud menyebut Sion, apa kaitannya dengan pengampunan yang dialaminya? Sion adalah kota Daud. Pengampunan yang dialaminya jelas berdampak pada kota Daud, Sion. Singkatnya, pengampunan dosa yang dialami oleh seorang pelayan Tuhan berdampak pada kebaikan Tuhan atas komunitas di mana dia menjadi anggotanya. Sebaliknya, jika seorang pelayan Tuhan tidak setia, ia dapat memengaruhi sesama pelayan Tuhan dalam komunitasnya pula.
Juga Yerusalem adalah daerah yang lebih besar di mana Sion dan Bait Allah ada di dalamnya. Perlindungan Tuhan mengelilingi Yerusalem dan pelayanan Bait Allah dibangun makin teguh, kukuh dan stabil serta diperkenan oleh-Nya bagaikan Ia berkenan pada kurban yang benar.
Bagi kita yang hidup di zaman akhir, Sion dan Yerusalem menunjuk pada kerajaan 1.000 tahun damai yang Tuhan janjikan. Kita melangkah ke sana menuju kerajaan 1000 tahun damai setelah itu Tuhan memindahkan kita ke langit dan bumi baru itulah Yerusalem Baru di mana pengantin Anak Domba bersekutu erat dengan Tuhan.
Marilah kita menginsafi dosa kita dan bertobat kepada Tuhan serta berjanji menyelesaikan segala urusan dosa termasuk berbagai bentuk utang kepada sesama walau harus menanggung konsekuensi dari dosa yang kita perbuat sebab kita mau dikuduskan agar berdampak bagi orang-orang di sekitar hingga satu kali kelak kita dipermuliakan untuk tinggal dalam Kerajaan-Nya bersama Dia selama-lamanya. Amin.