Shalom,
Kita patut bersyukur atas kasih Allah yang rela menyerahkan Putra Tunggal-Nya mati demi manusia berdosa. Ia membuktikan kasih-Nya bukan sekadar kata-kata tetapi dengan perbuatan. Demikian pula hendaknya kita tidak sekadar menyanyikan lagu kasih kepada-Nya sebatas di bibir tetapi dibuktikan dengan menaati setiap perkataan Firman-Nya.
Bila kita diberi kesempatan untuk beribadah, kita berbahagia bukan karena bertemu satu sama lain tetapi karena Allah hadir di tengah-tengah kita. Namun sayang entah sadar atau tidak kita sering memandang sebelah mata mereka yang belum/tidak mengenal Kristus dan menganggap diri sendiri lebih baik dan hebat daripada mereka. Padahal Rasul Paulus mengingatkan jemaat Roma (juga kita) bahwa tidak ada seorang pun benar, semua orang telah berbuat dosa (Rm. 3:9-10,23).
Introspeksi: apa yang mau kita banggakan apalagi menghakimi dan membanding-bandingkan diri dengan orang lain? Baik orang Yahudi maupun non Yahudi tidak ada yang baik (ay. 12) walau orang Yahudi dipercayakan Firman sebab mereka dipilih lebih dahulu (ay. 2).
Kalau tidak ada seorang pun benar dan baik, bukankah ini berarti kita sedang menuju pada pehukuman untuk binasa? Ternyata manusia dibenarkan karena iman bukan karena hukum Taurat sebab Allah bukanlah Allah orang Yahudi saja tetapi juga Allah bangsa-bangsa lain (ay. 28-29). Iman timbul dari pendengaran oleh Firman Kristus (Rm. 10:17) dan di bawah kolong langit ini hanya di dalam Nama Yesus manusia dapat diselamatkan (Kis. 4:12). Setelah diselamatkan, kita tidak boleh puas diri lalu santai tetapi harus lanjut mengerjakan keselamatan supaya hidup kita terus menerus disucikan hingga dimuliakan seperti Bapa Surgawi yang mulia.
Introspeksi: apakah kita beribadah dan melayani Tuhan dengan iman atau sekadar melakukan liturgi agama? Kita akan mempelajari lebih jauh tentang Mazmur 50. Apa pesan pemazmur dalam tulisannya kali ini?
- TUHAN Allah itu mahakuasa, terang, api yang menghanguskan dan hakim yang adil.
“Mazmur Asaf. Yang Mahakuasa, TUHAN Allah, berfirman dan memangil bumi dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya.”
Siapa Asaf ini? Setelah Tabut Perjanjian kembali ke rumah Allah di Yerusalem, Raja Daud menugaskan orang- orang yang memimpin puji-pujian dan salah satu yang ditunjuk ialah Asaf dari keturunan Lewi (1 Taw. 6:31- 48). Asaf menulis bahwa Yang Mahakuasa adalah TUHAN Allah. Maha artinya sangat, amat, besar, tidak tertandingi. Jadi mahakuasa artinya sangat, amat, besar, tidak tertandingi kuasanya.
Di mana letak kuasa Allah yang besar tidak tertandingi? Ia berkuasa memanggil bumi dari terbitnya matahari sampai pada terbenamnya. Siapa dapat memanggil bumi kecuali Allah, Pencipta alam semesta juga manusia (Kej. 1). Ia tidak hanya menciptakan tetapi juga mengatur semuanya dengan tertib sehingga tidak terjadi kekacauan antarplanet atau tabrakan antara matahari dan bulan dst. padahal di langit tidak ada rambu-rambu lalu lintas seperti di bumi ini. Bukankah tiap negara di dunia memiliki lembaga kepolisian yang salah satu tugasnya mengatur lancarnya lalu lintas tetapi kecelakaan di darat, laut dan udara masih saja terjadi oleh sebab human error karena manusia diberi kuasa tetapi tidak mahakuasa seperti Allah.
Bagaimana Asaf mengagumi Allah yang mahakuasa? “Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil bersinar. Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapan-Nya api menjilat, sekeliling-Nya bertiup badai yang dahsyat.” (ay. 2-3)
Selain mahakuasa, Allah juga bersinar terang. Suatu hari Allah menyuruh Musa naik ke gunung Sinai untuk menerima dua loh batu berisi 10 hukum (Kel. 34:28). Tanpa disadari ketika Musa turun dari gunung, kulit mukanya bercahaya karena dia telah berbicara dengan TUHAN (ay. 29).
Allah tampil bersinar dari Sion. Yang dimaksud Sion di sini bukanlah Sion di Timur Tengah yang hampir tiap hari terjadi perang tetapi Yerusalem Surgawi, kota Allah yang hidup (Ibr. 12:22).
Memang kita tidak dapat melihat Allah kasatmata tetapi Firman Tuhan adalah Pribadi Alah (Yoh. 1:1). Percayakah kita ketika mendengar dan membaca Firman Tuhan yang adalah terang? Terang Firman Tuhan mampu menasihati dan menegur serta menyatakan kesalahan, membuat kita sadar dan bertobat lalu kembali kepada Allah. Bila kita merespons Firman Tuhan dengan baik, kehidupan kita makin dikuduskan hingga menjadi suci dan mulia seperti Bapa Surgawi yang suci dan mulia. Apabila kita berbalik kepada-Nya, selubung dosa yang menutupi hati kita disingkapkan dan hidup kita menjadi terang mencerminkan kemuliaan Tuhan (2 Kor. 3:16-18). Secara fisik mungkin kita tidak merasakan dampak dari penyucian ini – semua tampak seperti biasa – tetapi orang-orang di sekitar kita dapat menyaksikan dan merasakan bagaimana keubahan hidup dalam terang itu.
Asaf juga mengatakan bahwa Allah juga datang sebagai api, diperjelas di Perjanjian baru sebagai api yang menghanguskan (Ibr. 12:29). Firman Tuhan datang seperti api untuk membakar dan seperti palu untuk menghancurkan (Yer. 23:29) dosa sebab kita harus mempertanggungjawabkan setiap dosa yang diperbuat di hadapan Allah.
Dalam pola Tabernakel, emas dibakar, dipukuli dan dimurnikan dengan api untuk dibentuk menjadi Kandil Emas yang indah menyinari kegelapan.
Aplikasi: hendaknya kita bersedia dibakar, dipukuli dan dimurnikan oleh Firman Tuhan walau terasa sangat sakit. Jika tidak mau bertobat dan menolak Firman-Nya karena tidak mau menderita sakit, nasib kita akan serupa dengan Sodom dan Gomora yang tidak mau bertobat dan Allah menghukum mereka dengan menurunkan hujan belerang dan api (Kej. 19:24).
Tidak berhenti sebagai api, Allah juga Hakim untuk mengadili umat yang dikasihi-Nya (Mzm. 50:4-6). Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim itulah Allah yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan (Yak. 4:12).
Tahukah penghakiman dimulai lebih dahulu pada rumah Allah sendiri (1 Ptr. 4:17,19)? Terdengar aneh, umat yang dikasihi-Nya malah dihakimi dengan api pemurnian! Namun justru ini merupakan bukti dari kasih-Nya seperti seorang ayah mengasihi anaknya (Ibr. 12:7) supaya kita terlepas dari penghakiman akhir di mana Tuhan tampil sebagai Hakim untuk menghukum Iblis dan antek-anteknya untuk dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang tanpa batas waktu (Why. 20:10).
Aplikasi: hendaknya kita tidak main hakim sendiri karena merasa lebih baik dan lebih benar dari yang lain. Serahkan segala perkara kepada satu-satunya Hakim yang adil dan benar yaitu Tuhan sendiri! Dan sebelum penghakiman terakhir tiba, marilah kita bersedia dinasihati dan ditegur oleh Firman Tuhan untuk menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik kita dalam kebenaran (2 Tim. 3:16).
- Allah memilih bangsa Israel karena kasih bukan karena kurban sembelihan (ay. 7-15).
"Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu! Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu sebab punya-Kulah segala binatang hutan dan beribu-ribu hewan di gunung. Aku kenal segala burung di udara dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku. Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya. Daging lembu jantankah Aku makan atau darah kambing jantankah Aku minum?”
Bangsa Israel tahu Allah itu mahakuasa, Pencipta alam semesta, tetapi beribadah dan puas mempersembahkan binatang kurban (fisik) namun hatinya tidak beriman kepada-Nya. Untuk itu Tuhan mau menyadarkan mereka bahwa Ia mengasihi mereka bukan karena banyaknya jumlah atau kebaikan mereka tetapi karena setia pada janji-Nya (Ul. 7:6-9).
Allah memilih Israel karena Ia mengasihi mereka dan meminta supaya Israel juga mengasihi-Nya dengan bukti menaati hukum-hukum-Nya. Namun sayang bangsa Israel malah fokus melakukan ritual ibadah dengan menyembelih binatang dst. padahal Allah tidak membutuhkan binatang-binatang sembelihan.
Bagaimana dengan kondisi kita, bangsa kafir? Ternyata Allah memilih kita, non-Yahudi, sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4).
Berbicara mengenai binatang kurban, dari mana asalnya? Oleh sebab kejahatan manusia makin memuncak, Allah menyesal telah menjadikan manusia dan mau menghapus mereka dari muka bumi (Kej. 6:1-7). Namun Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan (ay. 8). Nuh orang beriman (Ibr. 11:7) karena taat ketika disuruh membuat bahtera walau menjadi bahan ejekan penduduk setempat. Nuh bersama keluarga dan segala jenis burung serta binatang melata disuruh masuk ke dalam bahtera sepasang-sepasang sebelum air bah menenggelamkan bumi (Kej. 6:18-20).
Setelah air bah surut, Nuh sekeluarga juga binatang-binatang keluar dari bahtera dan dia mendirikan mazbah kemudian mempersembahkan kurban bakaran dari beberapa binatang dan burung yang tidak haram kepada Allah sebagai ucapan syukur (Kej. 8:18-21).
Aplikasi: kita beriman kepada Yesus Kristus yang telah menyelamatkan dan memberikan kurban syukur kepada- Nya. Kita beriman lebih dahulu kemudian diikuti dengan perbuatan-perbuatan iman. Jangan beriman tetapi tidak mau berbuat apa-apa!
Sayang, bangsa Israel sampai sekarang melakukan persembahan kurban sembelihan untuk memenuhi peraturan Taurat dan berpikir hal ini menyenangkan hati Tuhan. Padahal tanpa iman kepada Yesus Kristus, satu-satunya Juru Selamat dunia, kegiatan ritual tersebut tidak ada gunanya sebab darah binatang-binatang sembelihan hanya menyucikan secara lahiriah tetapi darah Kristus menyucikan hati nurani dari perbuatan- perbuatan sia-sia untuk dapat beribadah kepada Allah yang hidup (Ibr. 9:13-14).
Perhatikan bila hati sebagai sumber dari segala pikiran jahat dan najis (Mat. 15:19-20) disucikan, semua yang baik akan diekspresikan melalui tutur kata, tingkah laku dan perbuatan kita.
Dalam pola Tabernakel, Mazbah Pembakaran Ukupan di Tempat Kudus terletak paling dekat dengan Tempat Mahakudus, hanya dibatasi dengan tabir (Kel. 26:33).
Doa Yesus sebelum ditangkap berkenan di hadapan Bapa-Nya sebab Ia taat dan tidak menuruti kehendak-Nya sendiri. Ia mempersembahkan darah-Nya untuk menebus dosa manusia dan kita yang percaya kepada-Nya dibenarkan serta disucikan oleh-Nya.
Apa yang harus kita lakukan sebagai kurban syukur kepada-Nya? Dengan mulut bibir kita memuliakan Nama- Nya dan kita tidak lupa berbuat baik serta memberi bantuan (Ibr. 13:15-16).
- Allah menghukum mereka yang perkataannya tidak sesuai dengan perbuatan (ay. 16-22).
“Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: "Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku dan menyebut- nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu padahal engkaulah yang membenci teguran dan mengesampingkan firman-Ku? Jika engkau melihat pencuri maka engkau berkawan dengan dia dan bergaul dengan orang berzinah. Mulutmu kaubiarkan mengucapkan yang jahat, dan pada lidahmu melekat tipu daya….Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu. Perhatikanlah ini, hai kamu yang melupakan Allah; supaya jangan Aku menerkam dan tidak ada yang melepaskan.”
Sesungguhnya kita yang dahulu termasuk orang fasik beroleh kasih karunia keselamatan oleh iman dan harus lanjut menyelidiki kebenaran Firman Tuhan supaya mengalami keubahan hidup. Jangan mempertahankan kehidupan fasik dengan membenci teguran Firman berakibat kehidupan lama tidak mengalami keubahan sehingga menjadi sandungan bagi orang-orang di sekitar. Allah telah mempersiapkan hukuman atas kefasikan dan kelaliman manusia (Rm. 1:18-23,32) dan kalau tetap mengabaikan Firman Tuhan, satu kali kelak tidak akan lolos dari penghakiman terakhir!
Kalau begitu apa yang Allah inginkan dari umat-Nya? “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya." (ay. 23)
Kini kita makin mengerti bahwa persembahan syukur yang benar bukanlah sekadar persembahan kurban sembelihan (fisik) untuk memenuhi ritual keagamaan tetapi kita mempersembahkan hidup yang berkenan kepada- Nya dengan taat menuruti perintah-Nya. Dengan hidup dalam kebenaran Firman Tuhan, kita bebas dari penghakiman terakhir untuk masuk dalam Kerajaan-Nya yang kekal selamanya. Amin.